Tribulasi (Ujian) di Jalan Dakwah (2)

11.1 Bolehkah Kita Mengelakkan Tribulasi (Ujian)? Apakah Mengurangkan Tekanannya Merupakan Penyelewengan di Jalan Dakwah?

Ada yang menggambarkan bahwa dengan sedikit berpolitik, diplomasi dan menggunakan kecerdikan dapat mengelakkan ujian dan bencana yang menimpa para pendukung dan pemimpin dakwah serta menjauhkan mereka dari bencana dan siksaan yang sangat dahsyat dari musuh-musuh Allah. Benar dan tepatkah pendapat ini? Benarkah mereka boleh berbuat demikian selagi mereka berpegang teguh dengan dakwah mereka? Marilah kita mencari jawaban yang sahih terhadap persoalan ini.

Marilah kita lihat sirah RasuluUah saw. yang kita ikuti jejak langkahnya dan berjalan di atas jalannya. Kita semua mengetahui bahwa Rasulullah saw. bersungguh-sungguh membawa kebaikan kepada orang-orang yang beriman, sangat pengasih dan sayang kepada mereka dan bersusah hati di atas kesusahan mereka sebagaimana yang disifatkan Allah Taala tentang baginda:

"Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin". (At-Taubah: 128)

Rasulullah s.a.w. sendiri mengalami berbagai ujian penyiksaan hingga baginda sendiri melihat mukmin mengalami bentuk penyiksaan dari pihak kafir Quraisy. Sekiranya Rasulullah mampu membuat sesuatu untuk menghalangi penyiksaan kaum Musyrikin kepada mukminin dan melindungi mereka, niscaya baginda berbuat demikian. Namun, baginda hanya mewasiatkan supaya mereka bersabar, bertahan di atas akidah mereka, menggembirakan mereka dengan surga, dengan pertolongan Allah s.w.t. dan kemenangan agama Allah.

Baginda bersabda kepada mereka, "Bersabarlah, sungguh hai keluarga Yasir, karena sesungguhnya janji Allah untukmu ialah surga".

Imam Bukhari rahmatullah telah meriwayatkan dari Qais berkata:

“Aku telah mendengar Khabab r.a. berkata: Aku telah mendatangi Rasulullah saw. sedang baginda berbantalkan burdadi di bawah naungan Ka’bah. Ketika itu kami sedang menerima penyiksaan yang keras dari kaum musyrikin, lalu dia berkata: Tidak maukah kamu berdoa kepada Allah? Lalu Rasulullah saw. duduk dengan merah padam mukanya lantas bersabda: Sesungguhnya telah terjadi kepada orang-orang sebelum kamu siksaan, di antara mereka ada yang disikat dengan sikat-sikat besi yang mencakar-cakar daging-daging dan urat-urat mereka hingga ke tulang-tulang mereka. Itu tidak memalingkan mereka dari agama mereka. Kepala mereka digergaji hingga terbelah dua. Ini tidak memalingkan mereka dari agama mereka. Satu masa nanti, pasti Allah akan menyempurnakan urusan agama ini dengan memberi kemenangan di mana orang yang menunggang itu berjalan dari San’a di Yaman ke Hadramaut tanpa rasa takut kecuali hanya kepada Allah dan hanya khawatir dengan serangan serigala ke kambing-kambing mereka. Tetapi, kamu ini ingin meraih kemenangan dengan segera."

Demikianlah kita mendapati Rasulullah, walaupun sangat sedih melihat orang-orang yang beriman ditimpa bencana dan siksaan dari kaum Musyrikin, baginda murka apabila diminta supaya berdoa’ kepada Allah untuk mereka. Ini bertujuan mendidik mereka supaya mereka tahu bahwa ujian dan bencana itu bukan perkara baru dan itu adalah sunnah Allah, undang-undang Allah yang pasti berlaku ke atas orang-orang yang beriman dan pasti berlaku di atas jalan dakwah Islam, sebagaimana yang telah dialami oleh orang-orang mukmin sebelum mereka.

Oleh karena itu, hendaklah mereka bersabar sebagaimana sabarnya mukminin sebelum mereka, bersabar dengan penuh tenang dan yakin bahwa kemenangan akhirnya akan menjadi milik mereka. Allah akan menyempurnakan urusan Islam itu dan menegakkan kedaulatannya di muka bumi sekalipun bagaimana besar dan banyaknya tipu daya musuh-musuh Allah.

11.2 Hingga Kapan Penyiksaan Musuh-Musuh Allah Terhadap Mukminin akan Berhenti?

Sesungguhnya musuh-musuh Allah itu memerangi dakwah Allah melalui para pendukung dakwah dengan berbagai usaha, di antaranya dengan penyiksaan yang berterusan dan berulang untuk memalingkan mereka dari jalan dakwah. Kadang-kadang dengan rayuan, iming-iming palsu atau janji-janji manis yang penuh muslihat. Kadangkala pula berupa ancaman, gertakan, penyiksaan dan tindakan yang kejam. Mereka tidak berhenti berbuat demikian hingga para pendukung dakwah meninggalkan jalan dakwah. Dan nantinya, orang-orang mukmin atau objek dakwah meninggalkan dakwah mereka, mengikuti cara hidup aktivisnya menyokong kebatilan.

Benarlah Allah swt. Yang Maha Agung berfirman:
"Mereka tidak henti-henti memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup." (Al-Baqarah: 217)

Firman Allah lagi:
"Jika mereka menangkap kamu, niscaya mereka bertindak, sebagai musuh bagimu dan melepaskan tangan dan lidah mereka kepadamu dengan menyakitimu, dan mereka ingin supaya kamu (kembali) kafir." (Al-Mumtahinah: 2)

"Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan ridha kepadamu hingga kamu mengikuti agama mereka." (Al-Baqarah: 120)

Sesungguhnya, penyiksaan yang dilakukan musuh-musuh Allah karena akidahnya tidak akan berhenti selagi para penganut akidah itu tidak mau meninggalkan akidah mereka, atau sekurang-kurangnya goyah dengan pegangan akidah dan tidak melakukan kegiatan dakwah mereka. Atau tidak melakukan gerakan akidah dan dakwah mereka.

Sesungguhnya ini bukanlah merupakan permusuhan pribadi atau tujuan duniawi karena mereka telah menawarkan harta dan kekuasaan kepada Rasulullah saw. lalu baginda menolaknya dengan penuh kemuliaan iman, kekuatan azam, berpegang teguh dengan akidah dan terus bekerja untuk dakwah walaupun sikap yang tegas itu membawa kepada kebinasaannya.

Dengan tegas, Rasulullah saw. bersabda:

"Demi Allah, sekiranya mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku supaya aku meninggalkan urusan ini, niscaya aku tidak akan meninggalkannya hinggalah Allah memberi kemenangan ataupun aku binasa karenanya."

Para aktivis dakwah dan penganut akidah Islam, tidak akan meninggalkan akidah dan dakwah mereka. Mereka tidak akan berhenti dari melaksanakan tugas-tugas harakah dan kegiatan dakwah mereka dan tidak akan memberhentikan jihad dan perjuangan mereka lantaran rintangan, gangguan dan penyiksaan yang menimpa mereka. Kalau tidak, lebih baik sejak awal mereka tidak tampil ke depan untuk memikul amanah ini dan tidak bangun melaksanakan segala tuntutannya.

11.3 Dakwah Itu Tegak dari Keazaman, Bukan Kemudahan

Memang benar, Allah memberi keringanan untuk mengaku dengan kalimah kufur hanya pada lidah disebabkan tekanan dan penyiksaan selagi hatinya tidak rela dengan kalimah kufur itu dan jiwanya tetap beriman. Hal itu merupakan rahmat Allah kepada hambaNya, karena mengetahui kemampuan mereka yang terbatas.

Firman Allah yang bermaksud:
"Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah) kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang di dalam beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar." (An-Nahl: 106)

Tetapi, kemudahan itu tidak berarti kita boleh menjadikannya sebagai asas dan pokok pendirian mukmin apabila menghadapi gangguan dan penyiksaan. Lalu kita jadikan pengecualian itu sebagai ketahanan dan ketetapan dan berpegang teguh dengan akidah dan tidak menyahut segala tuntutan mereka.

Sesungguhnya dakwah yang benar tidak mungkin berdiri di atas rukhsah (kemudahan) dan tidak boleh dijual beli dengan murah. Sebaliknya, ia mesti dibangun di atas uzmah (keazaman) oleh orang-orang yang mempunyai keazaman dan kekuatan. Oleh itu, sudah menjadi sunnah Allah dalam membedakan dan membersihkan serta menyucikan mukmin.

Karena itulah, kita dapati Rasulullah saw. tidak menyuruh orang-orang mukminin menggunakan keringanan itu dengan tujuan menjauhkan mereka dari gangguan dan penyiksaan musyrikin Quraisy. Tetapi sesungguhnya baginda mengasihani mereka, menyuruh mereka bersabar, bertahan menanggung segala gangguan-gangguan musyrikin dan menggembirakan mereka dengan kemenangan yang pasti datang dan menjanjikan mereka dengan surga Allah.

Rasulullah s.a.w. mempunyai pendirian yang tegas bersama dengan orang-orang yang beriman dan wahyu berturut-turut turun kepada baginda:

"Maka berpegang teguhlah kamu kepada agama yang telah diwahyukan kepadamu, sesungguhnya kamu berada di atas jalan yang lurus. Dan Al-Quran itu benar-benar suatu kemuliaan besar bagimu dan bagi kaummu dan kelak kamu akan dipertanggungjawabkan." (Az-Zukhruf: 43-44)

"Maka karena itu, serulah (mereka kepada agama itu) dan tetaplah sebagaimana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka dan katakanlah: ’Aku beriman kepada semua kitab yang diturunkan Allah." (As-Syuura: 15)

"Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Quran kepadamu (Muhammad) dengan berangsur-angsur. Maka bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu dan janganlah kamu ikuti orang-orang yang berdosa dan orang-orang yang kafir di antara mereka." (Al-Insaan: 23 dan 24)

"Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang musyrik." (Al-Hijr: 94)

Namun, orang-orang yang beriman itu harus menerima keuzuran (alasan), yaitu bagi orang-orang yang tidak mampu lagi menanggung derita gangguan dan penyiksaan selagi hatinya tidak berubah. Janganlah berubah hati terhadapnya dan janganlah mereka memutuskan hubungan persaudaraan dengan dia.

11.4 Mengelakkan Tribulasi (Ujian) adalah Penyelewengan dari Jalan Dakwah

Apabila dakwah Allah telah berjalan dan dijalankan oleh para pendukungnya di jalan yang benar dan sahih secara syumul dan sempurna tanpa penyimpangan, musuh-musuh mengetahui tentang hasilnya berupa menghapuskan kebatilan mereka, menegakkan yang hak, membangun kebenaran di atas tempatnya karena sesungguhnya kebenaran itulah yang lebih patut diikuti.

Musuh-musuh Allah menjalankan usaha-usaha dan tipudaya mereka tanpa henti untuk memalingkan dakwah Allah, menyimpangkan para pendukung dan para petugasnya dari jalan sahih. Ini menyebabkan orang-orang yang beriman mengalami bencana dan penyiksaan.

Orang-orang yang beriman sebagai satu jamaah tidak akan dapat mengelakkan bencana dan penyiksaan itu kecuali apabila mereka meninggalkan dakwah mereka ataupun meninggalkan perkara yang menimbulkan kemarahan dan kegelisahan musuh-musuh Allah atau mereka bermufakat dan bekerjasama untuk dakwah atau bergerak dengannya.
Segala bentuk toleransi demikian pada hakikatnya menyelewengkan dakwah dari jalan yang diridhai Allah di mana Rasulullah saw. dan para sahabat telah berjalan di atasnya. Kita wajib berjalan di atasnya mengikuti Rasulullah saw. yang menjadi sebaik-baik tauladan.

Para pemimpin dan para pendukung dakwah harus mengetahui bahwa jalan dakwah tidak ditaburi dengan bunga-bungaan yang harum. Mereka mesti menguatkan azamnya untuk sabar dan mempertahankan akidah mereka. Hendaklah mereka tenang dan percaya kepada pertolongan Allah dan sokonganNya.

Pada hakikatnya, musuh-musuh Allah itu tidak memerangi tubuh-tubuh mereka yang lemah. Yang menjadi sasaran siksaan, gangguan, sasaran senjata dan tali gantung mereka itu hanya karena mereka memusuhi Allah dan dakwah, "Dan Allah berkuasa terhadap urusanNya, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui." (Yusuf: 21)

Janganlah seseorang itu memahami bahwa kami dari golongan yang suka memasuki dan mencari tempat tahanan atau dari golongan yang suka diganggu dan dibunuh. Sekali-kali tidak. Justru, kita senantiasa memohon keselamatan pada Allah dan tidak menjadikan kita fitnah bagi orang-orang yang zalim.

Kita mohon kepada Allah supaya kita diselamatkan dengan rahmatNya dari kaum yang zalim. Kita tidak pernah menolak keamanan dan kebebasan yang terbuka selagi hal itu tidak menyentuh akidah kita, tidak mengganggu keselamatan tujuan dakwah, penerusan usaha dan tidak merintangi jalanNya.

Kita bukannya bercita-cita menemui musuh. Kita tidak mencari musuh atau membangkitkan kemarahan musuh dan kita tidak suka memberi alasan untuk membenarkan dia membuat permusuhan kepada kita. Sekiranya mereka memusuhi kita, itu menunjukkan permusuhannya kepada dakwah dan kita tidak dapat berbuat apa-apa kecuali bersabar menanggung dan mengharap kepada Allah. Kita tidak akan mengabaikan upaya dakwah kita dan kita tidak akan menguranginya.

"Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah dan tidak lesu dan tidak pula menyerah kepada musuh. Allah menyukai orang-orang yang sabar. Tidak ada doa selain ucapan: ’Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami menghadapi orang-orang yang kafir." Karena itu, Allah memberikan mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di Akhirat.. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan." (Ali lmran: 146-148)

"Mengapa kami tidak akan bertawakkal kepada Allah, padahal Dia telah menunjukkan jalan kepada kami? Kami benar-benar akan bersabar terhadap gangguan-gangguan yang kamu lakukan terhadap kami, dan hanya kepada Allah saja orang-orang yang bertawakal itu berserah diri." (Ibrahim: 12)