“Dia” Gagal Menjadi Pemimpin

Oleh M. Natsir

Dia adalah seorang yang terkemuka diantara penduduk Madinah, dia mempunyai pengaruh yang cukup besar di antara semua penduduk Madinah selain daripada kaum Yahudi. Kedua duanya suku Arab , Banu Khazraj, Banu Aus yang tinggal di Madinah sudah merancang dan menobatkan Abdullah bin Ubay menjadi ketua masyarakat untuk mereka semua.

 

Sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Madinah , sudah mulai ada dari anggota anggota kedua suku itu yang dengan sengaja datang dari Makkah menjumpai Rasulullah SAW dan mereka masuk Islam. Bagi Abdullah bin Ubay hal ini tidak menjadi persoalan. Berlainan dengan Abu Lahab yang selain sudah mempunyai kedudukan dan amat fanatic kepada agama Quraisy, Abdullah bin Ubay bukanlah seorang yang berpegang teguh pada salah satu kepercayaan, atau ideology dan bersedia mempertahankannya dengan bersungguh sungguh. Kalaulah ada cita cita hidup yang dianutnya secara konsekwen, itu adalah ambisinya kepada pengaruh, kedudukan dan kekuasaan.

Malang baginya, baru saja idam idamannya akan berhasil jadi pemimpin di Madinah, Rasulullah dan kaum Muhajirin Hijrah dan disambut oleh Muslimin Madinah, yang terdiri dari hampir seluruhnya dari kaum suku Aus dan Khazraj. Semua memandang Rasulullah SAW sebagai pemimpin dan panutan mereka sehidup semati. Tak disebut sebut lagi suku ini dan itu, yang disebut hanyalah Jamaah Islamiyah, langsung dibawah tuntunan yang satu, yaitu Rasulullah SAW.

Abdullah bin Ubay dilupakan orang, dia tersisih ke pinggir. Hal ini sangat mengecewakannya. Dia memandang Rasulullah SAW sebagai seorang yang merebut dan memotong langkah dia menuju pemimpin Madinah. Andaikatapun dia masuk Islam bersama sama dengan kaum Madinah, itupun tidak membuka pintu untuk jadi berkuasa. Nomornya akan sama dengan nomor anggota masyarakat madinah lainnya. Jadi tidak ada rencananya untuk masuk Islam secara penuh, karena seluruh pemikirannya ditujukannya kepada satu tujuan yaitu bagaimana menuntut balas dan menghancurkan kekuatan umat Islam dan dengan begitu dia bisa mengusir Muhammad dari Madinah. Persoalan dia adalah masalah Ambisi, bukan persoalan Aqidah atau Pendirian. Begitulah yang dia lakukan hingga nyawanya melayang, selalu membuat kerisauan dan kerusuhan dan memecah kesatuan barisan dan sejarah mencatat dia mati dalam kondisi munafik tulen.