Ujian Dapat Meninggikan Derajat dan Gugurkan Kesalahan

Sesungguhnya di surga ada tingkatan yang tidak dapat dicapai oleh seorang hamba dengan amalnya, apapun amalnya itu. Allah menyediakan kedudukan tertentu di surga bagi hamba hambanya beriman; bukan karena amal mereka melainkan karena ujian dan cobaan yang mendera mereka. Oleh karenanya Allah menyiapkan bagi mereka sebab sebab yang akan mengantarkan mereka kepada ujian dan cobaan itu. Ya, sama persis seperti halnya Dia memberikan taufik kepada mereka untuk beramal saleh yang juga merupakan sebab sebab yang akan menyampaikan mereka ke sana.

Ada tingkatan iman yang tidak bisa dicapai oleh seorang hamba dengan amalnya. Ia hanya akan mencapainya dengan ujian dan cobaan. Allah berkehendak untuk meningkatkan imannya maka Allah pun menetapkan ujian dan menolongnya untuk bersabar dan teguh menghadapinya. Jadi, ini merupakan rahmat dariNya bagi sang hamba. Bukannya sekiranya orang orang musyrik Quraisy tidak merampas harta Shuhaib Ar Rumiy, ia tidak akan mencapai derajat, “Wahai Abu Yahya, perniagaanmu benar benar beruntung.”

Bukankah sekiranya keluarga Yasir tidak merasakan pedihnya siksa yang dilakukan oleh orang orang musyrik Quraisy, mereka tidak akan sampai derajat,”Bersabarlah wahai keluarga Yasir, sesungguhnya kalian dijanjikan surga.”

Sekiranya bukan karena tubuh Anas bin Nadhar tercincang dalam perang Uhud, ia tidak akan meraih kemuliaan, “Seandainya ia bersumpah dan memohon sesuatu kepada Allah, niscaya Allah akan mengabulkannya.” Kalaulah bukan karena itu, niscaya wajahnya tidak akan berseri seri dan tidak akan terwujud apa yang diinginkannya saat ia bersumpah,” Demi Allah! Gigi seri Rubayyi tidak akan tanggal.”

Jika bukan karena siksa yang dirasakan oleh Bilal bin Rabah dari tangan Umayyah bin Khalaf dan algojo algojonya, niscaya ia tidak pernah mendapat gelar, “Bilal penghulu kita.”

Kalaulah bukan karena kesabaran Yusuf As saat digoda dan saat dipenjara, ia tidak akan mndapatkan panggilan, “Wahai yang terpercaya.” (QS Yusuf :46)

Sekiranya bukan karena kesabaran Umar bin Khattab mengenyam pahit getirnya kebenaran dan keadilan, tangannya tidak akan terbentang menguasai dunia seisinya. Atau seperti banyak dikatakan, “ Tangannya terbentang menyentuh bumi dengan kilau perhiasan.”

Sekiranya bukan karena kesabaran Umar bin Abdul Azis mengenyam pahitnya kebenaran dan keadilan, ia tidak akan diakui sebagai khalifah yang kelima.

– Dr Najih Ibrahim –