Ketahuilah Apa Sumber-sumber Dosa Itu

Mashadi

Apa yang menjadi penyebab sumber-sumber dosa? Dosa dan maksiat telah menimbulkan kerusakan dan kekacauan kehidupan. Hukuman dan akibatnya, baik di dunia dan akhirat berbeda-beda bagi mereka yang telah melakukan perbuatan dosa dan maksiat. Namun, pada hakekatnya, asal-usul dosa itu ada dua hal. Pertama, meninggalkan perintah Allah, dan kedua, melakukan larangan Allah.

Dengan dua hal itu, Allah menguji jin, iblis, dan bapak manusia, Adam Alaihi Sallam. Masing-masing dari dua hal itu, terutama dari segi mahall (subjek), terbagi menjadi dua,yaitu dosa lahir yang dilakukan oleh organ fisik, dan dosa bathin, yang dilakukan oleh hati. Dari segi keterkaitannya dengan objeknya, ada dua macam, yaiu dosa melanggar hak Allah, dan melanggar hak makhluk-Nya.

Kemudian, dosa dibagi menjadi empat bagian, yang masing-masing mempunyai pengaruh yang sangat mendasar bagi kehidupan manusia.

Pertama, dosa mulkiyah. Dosa mulkiyah, ialah perbuatan atau sifat makhluk yang mengambil sifat dan perbuatan yang menjadi hak (privasi) Allah. Seperti merasa suci, dan kultus, kesombongan, kesemena-menaan, merasa tinggi, merasa mulia, memperbudak manusia, menjajah, dan lainnya. Semua itu masuk dalam kategori ini adalah dosa menyekutukan Allah.

Selanjutnya, kesyirikan itu sendiri terbagi dalam dua hal. Pertama, menyekutukan Allah dalam sifat, dan menjadkan tuhan selain Allah. Kedua, menyekutukan Allah dalam bentuk perbuatan kepada-Nya. Bagian kedua ini bisa jadi tidak mengharuskan pelakuknya masuk neraka. Meski dapat menghapus amal yang di dalamnya ia menyekutukan Allah.

Jenis dosa yang pertama di atas adalah jenis dosa yang paling besar dan berat. Termasuk dalam kategori ini adalah mengatakan tentang Allah tanpa ada ilmu dan dasarnya dari wahyu, baik dalam hal penciptaan Allah atau dalam hal syariatnya. Barangsiapa yang menjadi pelaku jenis dosa ini, maka ia telah merampas ketuhanan dan kerjaaan Allah dan menjadi tandingan bagi-Nya.

Kedua, dosa syaithaniyah. Dosa syaithaniyah ini ialah dosa di mana pelakunya menyerupai perilaku dan sifat syetan. Seperti iri, melampaui batas, penipuan, dengki, makar, memerintahkan perbuatan maksiat kepada Allah, menghiasi kemaksiatan dengan kebaikan, melarang kethaatan kepda Allah, melakukan bid’ah, serta mendakwahkan bid’ah dan kesesatan. Dosa jenis ini berada dibawah jenis dosa pertama yaitu dosa mulkiyah dari segi tingkatan dan tingkat mafsadahnya .

Ketiga, dosa saba’iyah. Dosa saba’iyah ialah kebuasan. Dan, yang dimaksudkan dosa saba’iyah, seperti permusuhan (memusuhi orang), marah, menumpahkan darah, dan menindas kaum yang lemah. Dari dosa ini lahir perbuatan (tindakan) menyakiti manusia, keberanian menganiaya, dan permusuhan.

Keempat, dosa bahimiyah. Dosa bahimiyah ialah seperti binatang. Jenis dosa bahimiyah, seperti kejam, dan rakus dalam melampiaskan nafsu syawat perut atau seksual. Dari sinilah lahir tindak perbuatan perzinahan, pencurian, memakan harta anak yatim, bakhil, pelit, penakut, keluh kesah, dan lalinnya. Dosa inilah yang banyak dilakukan manusia. Karena, ketidak berdayaan mereka melawan dosa saba’iyah dan dosa mulkiyah. Dari dosa bahimiyyah mereka diseret untuk melakukan dosas saba’iyah kemudidian ke dosa syaithaniyah, kemudian melakukan dosa yang mencabut hak-hak rububiyah (ketuhan) dan kesyirikan.

Tentu, barangsiapa yang dapat merenungi hal ini dengan seksama, maka ia akan dapat menyimpulkan bahwa dosa-dosa adalah pintu masuk menuju kesyirikan, kekufuran, dan pecabutan rububiyyah Allah.

Dalil-dalil Al-Qur’an, Sunnah, ijma’ (konsensus) shahabat, tabi’in, dan imam-imam mazhab, dosa itu dibagi menjadi dosa besar dan dosa kecil.

Allah berfirman :

“Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahan (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga)”. (An-Nisa’ : 31)

“Yaitu orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil”. (An-Najm : 32)

Dalam hadist disebutkan :

“Shalat lima waktu, dari Jum’at ke Jum’at, dari Ramadhn ek Ramadhan adalah saat penghapusan dosa-dosa yang besar ditinggalkan”. (HR Muslim).

Sesungguhnya, amalan-amalan yang menghapus dosa keil ada tiga tingkatan. Pertama, amalan yang tidak mampu menghapus dosa-dosa kecil, karena lemahnya amalan itu. Hal ini bisa jadi karena kurang ikhlas. Seperti halnya obat yang tidak mampu melawan penyakit, diakibatkan dari segi kualitas obat yang sangat rendah, sehingga tidak mampu melawan penyakit. Kedua, amalan-amalan itu mampu melawan dan menghapus dosa-dosa kecil, kerena amalan tersebut amat kuat.Kekuatannya hingga mampu menghapus sebagian dosa besar.

Rasulullah Shallahu Alaihi Wa Sallam, bertanya kepada Shahabat, “Maukah kalian aku beritahu tentang dosa-dosa yang paling besr?”. Mereka menjawab, “Ya wahai Rasul”. Beliau menjawab, “Syirik kepada Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan alasan yang benar dan tidak berzina, makan harta anak yatim, makan riba, melarikan diri dari peperangan, dan menuduh wanita (yang telah kawin) yang tidka tahu menahu dan mukminat dengan berzina”.

Dalam hadist shahih disebutkan, bahwa Rasulullah Shallahu Alaihi Wa Sallam, di tanya, “Dosa apa yang paling besar di sisi Allah?”. Beliau menjawab, “Engkau menjadikan sekutu untuk Allah, sedangkan Ia yang menciptakanmu”.

“Lalu apa lagi?”, tanya shahabat.

“Engkau membunuh anak-anakmu, karena engkau takut mreka makan bersamamu”, jawab Rasul Shallahu Alaihi Wa Sallam.

“Lalu apa lagi?”, tanya shahabat.

Berliau bersabda , “Engkau berzina dengtan isteri tetanggamu”.

Kemudian, Allah menurunkan ayat :

“Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar dan tidak berzina… “. (Al-Furqan : 68).

Menurut Abdullah bin Mas’ud dosa besar itu jumlah empat. Menurut Abdullah bin Umar jumlah dosa besar itu jumlahnya tujuh. Menurut Abdullah bin Amr ibn Ash jumlah dosa besar itu ada sembilan, dan menurut yang lain jumlahnya ada sebelas, seemntara yang lainnya mengatakan jumlah dosa besar itu ada tuju puluh.

Empat dosa besar itu, pada lisan, ialah bersaksi palsu, menuduh berzina tanpa bukti, sumpah palsu, dan sihir. Tiga perut, yaitu meminum minuman keas, makan harta anak yatim, dan makan riba. Satu pada kaki, yaitu lari dari peperangan dan satu yang terkait dengan semua tubuh, yaitu durhaka kepada orang tua.

Bahwa tingkat mafsadah (kerusakan) dosa terkait dengan keberanian melangkahi hak Allah. Karena itu, seandainya, ada orang yang meminum khamar atau berzina dan ia berkeyakinan bahwa perbuatan tersebut tidak haram, maka ia telah menyatukan dua kesalahan yaitu kebodohan dan mafsadah melakukan keharaman sekaligus. Itulah hakekat dosa-dosa yang manusia tidak memahaminya. Wallahu’alam.