Obama Atau McCain, Tidak Ada Manfaatnya Buat Umat Islam

Sebagai bagian dari masyarakat AS, Muslim Amerika juga antusias untuk ikut memberikan suaranya dalam pemilu presiden AS yang akan digelar 4 November besok. Sejak masa kampanye, muslim Amerika tak jarang berdebat tentang siapa kandidat presiden yang seharusnya mereka dukung, Barack Obama atau John McCain.

Sebagian mereka berpendapat, meski kedua kandidat tidak menjanjikan apa-apa bagi warga Muslim, mereka selayaknya berpatisipasi, paling tidak ada yang lebih baik dari dua pilihan yang buruk.

Namun, menurut ulama Syaikh Anwar Awlaki, Muslim AS seharusnya tidak melibatkan diri dalam pemilu presiden karena fakta menunjukkan bahwa siapapun yang menjadi presiden AS sama sekali tidak memberikan manfaat bagi umat Islam, baik di AS maupun di seluruh dunia.

Dalam tulisan berjudul "Voting for American Presiden" di situs pribadinya, Syaikh Awlaki yang pernah menjadi imam di sebuah masjid di California, AS ini juga mengatakan bahwa sistem demokrasi-yang digembor-gemborkan AS ke seluruh dunia-adalah sistem yang tidak Islami dan umat Islam seharusnya tidak menjadi bagian dari sistem demokrasi itu, apalagi mengadopsinya.

"Jika orang melihat akar dan sejarah demokrasi atau melihat realitas demokrasi yang diterapkan saat ini, mereka akan menyadari bahwa demokrasi adalah sistem yang bukan hanya sangat berbeda, tapi sangat bertentangan dengan sistem Islam," tulis Syaikh Awlaki

Umat Islam, kata Syaikh Awlaki, seharusnya melihat bahwa Barat dalam perangnya terhadap Islam, menawarkan sistem demokrasi sebagai alternatif untuk menentang sistem Syariah. "Jika Barat, sebagai pendiri sistem demokrasi melihat sistem itu berlawanan dengan Islam, mengapa sebagian umat Islam masih ingin mempertahankan partisipasinya dalam sistem demokrasi dan mengadopsinya sebagai landasan politik mereka?" tukas Syaikh Awlaki.

Demokrasi, kata Syaikh Awlaki, adalah sistem Barat yang diciptakan dan dikembangkan di Barat. Dan sekarang, Barat-lah dan bukan Muslim, yang memegang otoritas dan merasa berhak secara penuh untuk mengatakan pada dunia apa itu demokrasi dan bagaimana demokrasi harus dipraktekkan dan diimplementasikan.

Ia menegaskan, umat Islam punya sistem pemerintahan sendiri. Sebab itu, umat Islam sendiri yang harus mendefinisikannya dan tidak membiarkan orang-orang non-Muslim ikut campur dalam ajaran agama kaum Muslimin dan tidak mengajari umat Islam apa yang benar dan apa yang salah.

"Mereka yang gencar mempromosikan agar umat Islam harus berpartisipasi dalam pemilu presiden AS berargumen bahwa kita memilih yang agak baik dari dua pilihan buruk. Prinsip itu tidak salah, tapi mereka lupa bahwa proses ketika memilih diantara dua kandidat yang buruk itu, pada saat itulah mereka sedang berkomitmen pada kejahatan yang lebih besar lagi," papar Syaikh Awlaki.

Pada kenyataannya, kata Syaikh Awlaki, persoalan ini bukan sekedar menjadi orang Amerika dan menjadi bagian dari sistem demokrasi itu tapi lebih pada apa manfaatnya bagi umat Islam jika Muslim AS memilih salah antara Obama dan McCain atau siapa pun dia.

Menurut Syaikh, alasan untuk menghapuskan kendala psikologis antara Muslim dan non-Muslim, ancaman erosi aqidah dan resiko seseorang kehilangan agamanya, jauh lebih berat dibandingkan kemungkinan manfaat yang muncul dari partisipasi umat Islam dalam sistem demokrasi seperti yang berlaku di AS.

"Saya tidak bisa membayangkan, bagaimana bisa seorang Muslim yang memiliki iman di dadanya menuju kotak suara dan memberikan suaranya pada makhluk macam McCain atau Obama?! Bagaimana umat Islam bisa tidur nyenyak setelah memilij orang-orang macam George W. Bush?."

"Tak peduli apakah pilihan Anda relevan atau tidak, di hari kiamat nanti Anda akan dipanggil untuk menjawab pertanyaan atas pilihan Anda itu. Anda, dibawah paksaan, ancaman atau tidak, secara sadar telah memilih pemimpin bangsa yang mengobarkan perang terhadap Islam," papar Syaikh Awlaki.

Ia mengungkapkan, ada keyakinan yang aneh di sebagian kalangan Muslim AS yang berpartispasi dalam pemilu presiden AS. "Mereka meyakini, jika mereka ikut dalam pemilu orang-orang kafir, maka akan membawa kebaikan bagi diri mereka, sementara jika mereka percaya pada Allah swt tapi mereka menghindari orang-orang kafir-padahal itulah yang dingingkan Allah dari umat Islam-mereka akan kehilangan kebaikan itu dan akan membahayakan diri mereka sendiri," jelas Syaikh Awlaki.

Sikap seperti itu, tegas Awlaki, menunjukkan kelemahan orang Islam karena meyakini bahwa mereka hanya bisa bertahan jika mereka mencari dukungan dari musuh-musuh Allah swt. "Bagi mereka yang beriman, cukuplah Allah buat mereka dan mereka tidak perlu mencari bantuan dari para pemimpin atau pemerintahan orang-orang kafir."

"Ikut memilih Firaun Amerika yang baru, tidak ada manfaatnya bagi umat," tandas Syaikh Awlaki.

Nasehat Syaikh Awlaki bisa menjadi bahan renungan bagi umat Islam, bukan hanya di AS tapi juga di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia yang masih saja "berkiblat" pada sistem demokrasi ala Amerika. Kita lihat bagaimana antusiasnya sejumlah stasiun televisi di negeri ini menyiarkan gegap gempitanya pelaksanaan pemilu di AS, tanpa bersikap kritis terhadap agenda-agenda dan perilaku para kandidatnya terhadap isu-isu dunia Islam dan umat Islam. (ln)