Selamat Berkat Sholat

Mang Odon (bukan nama sebenarnya) pernah berkisah padaku akan sebuah pelajaran atas suatu peristiwa. Semasa mudanya, ia merasa sangat sibuk, bekerja seharian, berurusan dengan pipa-pipa minyak, terkadang terpeleset di sebuah saluran atau lumpur, tentunya membuat pakaian kotor.

Bukan itu saja, kadang bertaruh nyawa, sebagaimana yang pernah terjadi pada teman satu shiftnya, terpeleset dekat pipa bocor, lalu tercebur ke dalam minyak panas, meninggal di tempat. Innalillahi wa inna ilaihi rojiuun, “namun Saya bahagia bisa ikut mengabdi pada negeri, dengan bekerja di sebuah perusahaan minyak”, urainya.

Karena pakaian yang sering berkeringat dan terkena lumpur, Mang Odon malas melakukan sholat di pabrik, padahal adzan selalu terdengar setiap waktu sholat telah tiba. Biasanya jika lembur saja beliau membawa baju salinan agar bisa berganti baju, lalu mengerjakan sholat fardhu.

Dan suatu hari kepala tim kerja Mang Odon berganti, dia adalah Haji Shaleh. Sejak satu shift bersama Pak Shaleh, ternyata semua teman satu tim itu selalu sholat dengan ontime, bahkan berjama’ah. Menarik sekali ceritanya, bahwa Mang Odon membenarkan petikan hadits, “Kamu semua adalah pemimpin dan semua pemimpin bertanggung jawab atas semua kepemimpinannya…" (HR Bukhari Muslim), Pak Shaleh merupakan contoh teladan bagi para bawahannya.

Mang Odon sangat bahagia mengenang satu timnya makan bersama, sholat berjama’ah, pulang berbarengan apalagi jika jadwal shift malam sampai subuh, tentu jauh lebih nyaman suasana pulang bersama, lalu akhirnya kegiatan mereka menular pada aktivitas di rumah, nonton bola bareng, piknik keluarga, dll.

Satu kisah yang membuat Mang Odon merasa bahwa Allah SWT selalu menjaganya, dengan segala rencana dan ketetapanNYA, sebagai contoh pada saat shift malam beberapa tahun silam. Jadwal shift mereka adalah dari jam 4 sore hingga jam 12 malam. Saat itu adalah bulan Ramadhan, beberapa hari menjelang iedul fitri. Pekerjaan sangat padat, ada beberapa pipa bocor dan saluran yang harus diperiksa.

Saat dekat waktu adzan, Pak Shaleh mengajak mereka untuk membersihkan diri, berwudhu dan siap-siap berbuka puasa. Tepat adzan maghrib, mereka berbuka, sama-sama menghidangkan takjil yang telah dibekali oleh istri masing-masing, satu tim malam itu berjumlah enam orang. Usai menyantap takjil sekedarnya, sebenarnya bapak-bapak itu ingin langsung makan malam, perut mereka sudah lapar. Namun karena tak enak hati alias segan ketika Pak Shaleh mengajak sholat maghrib berjama’ah dahulu, baru nanti makan bersama, maka mereka bersiap melakukan shalat.

Mushalla pabrik tak jauh, sekitar 10 menit mereka berjalan kaki, dan bisa berbarengan sholat dengan tim bagian lain. Sungguh tak disangka, baru saja menyelesaikan rakaat terakhir, ada bunyi meletus, berdegum seperti suara ban mobil pecah, namun lebih keras. “Duaaaaaaaaar…”, semua beristighfar. Sekian menit dari situ, sudah ada tim evakuasi, mereka yang di dalam mushalla sangat bingung, “ada apa yah ini….?”, sekaligus penasaran dan tentu saja khawatir. Singkat cerita, Mang Odon, dan semua jama’ah di musholla itu segera dikumpulkan di aula kantor yang rapi.

Di sela kesibukan ambulance, mobil polisi dan pihak keamanan pabrik, Mang Odon dan teman-temannya saling bertanya, dan akhirnya ada pihak manajer yang datang menjelaskan, “bapak-bapak… di sektor E 980 ada ledakan dari pipa bocor, dan minyak yang panas menyembur keluar, sudah ada korban jiwa… bapak-bapak diminta tenang, silakan gunakan telepon kantor bergantian, segera menelepon keluarga di rumah untuk mengabari, dan silakan beristirahat dahulu disini”, penjelasan yang masih belum tuntas, namun Mang Odon dan teman-temannya sudah sangat lemas, mengelus dada, E 980 adalah kode “basecamp” tim mereka, “Ya Allah… ternyata kami baru saja selamat dari bencana”, mereka bersujud syukur, Pak Shaleh pun berurai air mata. Lalu pihak kantor menyediakan makanan untuk para bapak tersebut, mereka belum makan malam, bahkan makanan yang terhidang di basecamp mereka tadi, beserta sepeda dan peralatan yang biasa mereka pakai, belum diketahui nasibnya.

Walaupun telah menenangkan pihak keluarga, juga telah disiapkan makan malam, namun Mang Odon dan teman-temannya tak dapat menikmati santapan itu dengan tenang, mereka turut menangis menyaksikan beberapa belas korban jiwa, yang berbeda tim dengan mereka, ada pula korban luka bakar yang tengah dievakuasi. Malam itu juga, para korban luka berat segera dikirim ke Jakarta untuk di operasi. Kalian pembaca bisa bayangkan para korban yang terkena minyak panas (di pabrik pengolahan minyak bumi), ada yang telinganya hilang satu, bibirnya meleleh, wajah-leher-perut terbakar, kaki menjadi buntung, dsb.

Penulis pernah menyaksikan salah satu korban luka bakar, teman Mang Odon yang sembuh, oom itu kehilangan bentuk wajah dan berjalan dengan satu kaki. Kalau bertemu dengannya, aku tak kuasa menatapnya, pernah satu ruang tunggu saat saya kontrol di rumah sakit, diam-diam saya menangis dalam hati… “Ya Allah, begitu mudahnya engkau mengadakan suatu peristiwa yang membuat orang berubah… berubah penampilan atau mungkin berubah kondisi hati, jagalah kami sekeluarga ya Robb, agar perubahan atas segala ketetapanMU adalah perubahan yang lebih baik, amiin…”

“Mang Odon… berarti mamang diselamatkan Allah SWT melalui jalan keluar yang hebat, yaitu sholat…”, kesimpulanku. “tentu saja, ri…Subhanalloh…teguran buat saya juga”, Mang Odon mengangguk-angguk.
Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk (Al-Baqarah : 45).

Terima kasih ya Allah, kisah yang diceritakan Mang Odon telah menambah keimanan serta rasa syukurku padaMU. Rasululloh SAW pernah bersabda, “Barang siapa yang menjaga salatnya, maka salat itu menjadi cahaya dan keterangan (bukti) serta penyelamat baginya di hari kiamat”, (HR. Ahmad, Ibnu Hibban dan Thabrani).

Lalu aku jadi teringat pada sindiran dosenku saat ada teman yang bertanya, “bagaimana posisi orang yang berpuasa ramadhan namun sholatnya bolong-bolong ustadz…?”,
“yah tentu saja ia ibarat orang memakai dasi tapi tidak pakai baju,” sedikit bercanda ustadz kami menjawabnya.

Wallahu ‘alam.

(Krakow, malam 21 ramadhan, 1431 H)