Buah Bersatu Padu

Sabtu siang di saat suhu mulai di atas tiga puluh derajat akhir Mei lalu, saya bersama anak-anak berangkat ke masjid untuk memenuhi janji membantu rekan-rekan yang hendak membuat sate dan siomay, dua jenis makanan yang menjadi maskot dalam penggalangan dana. Sebuah kegiatan dari tahun ke tahun sebagai salah satu upaya masyarakat untuk mempertahankan keberadaan masjid Indonesia di Berlin.

Sesampai di masjid, suasana masih terasa sepi tetapi beberapa orang sudah nampak sibuk. Segera saya bergabung dengan rekan-rekan yang sedang menyiapkan bahan-bahan membuat siomay di ruang tengah masjid. Sementara itu di ruang masjid lainnya, nampak beberapa pemuda mulai mempersiapkan bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat sate.

Semakin siang suasana masjid bertambah ramai. Banyak muda-mudi, bapak-bapak juga ibu-ibu berdatangan membantu pembuatan kedua jenis makanan tersebut. Sebagian anak-anak muda menyiapkan alat-alat perlengkapan berjualan untuk esok hari. Semua nampak sibuk dengan tugasnya masing-masing. Ada rasa haru bercampur bahagia kala melihat begitu ceria dan semangatnya mereka menuntaskan seluruh pekerjaan. Saya bayangkan suasana seperti di masjid itu terjadi pula di rumah-rumah yang mendapat tugas membuat makanan lainnya, seperti empek-empek, baso dan berbagai kue khas Indonesia.
——————
Minggu siang awal Juni, beberapa stand penjualan makanan nampak telah didirikan di beberapa tempat lokasi penggalangan dana, sebuah taman yang biasa digunakan masyarakat untuk piknik terletak di depan Schloss (istana) Bellevue. Panitia terlihat sibuk menyiapkan makanan yang akan dijual.

Tak terasa taman yang dikelilingi pepohonan rindang itu mulai ramai pengunjung, selain orang Indonesia, banyak juga wajah-wajah Jerman atau Eropa lainnya, Malaysa dan Arab turut mengantri di stand-stand makanan. Saya perkirakan yang hadir memenuhi lapangan lebih dari dua ratusan orang. Mereka menggelar tikar dan duduk berkelompok sambil menyantap makanan lezat khas nusantara. Sementara anak-anak dengan ceria bermain di tengah lapangan rumput. Alhamdulillah, saat petang menjelang seluruh dagangan habis terjual.

Kembali rasa haru menggugah hati ketika melihat kekompakan panitia muda-mudi, bapak-ibu membereskan dan membersihkan lapangan. Begitu pula saat kembali ke masjid, nampak sebagian pemuda dan pemudi mencuci peralatan bekas dagangan, sebagian lagi sibuk menghitung hasil penjualan, sebagian shalat Ashar, sebagian lagi berbaring kelelahan, sebagian lainnya saling pijit-pijitan. Semuanya terasa begitu harmoni, aroma persaudaraan nampak di wajah-wajah letih mereka.

Saat seluruh pekerjaan usai dituntaskan, seluruh panitia berkumpul kemudian dengan seksama mendengarkan uraian ketua penyelenggara acara. Alhamdulillah, dalam waktu sehari terkumpul keuntungan sebesar 3000 euro!

Sejumlah angka yang cukup besar, buah dari kekompakan seluruh elemen masyarakat baik yang menjadi panitia penyelenggara penggalangan dana maupun kesadaran dan ketulusan pembeli yang memahami dan menghargai upaya mempertahankan keberadaan masjid Indonesia tempat muslim Indonesia berkumpul untuk shalat jumat, menimba ilmu keIslaman, tempat belajar al-Quran, menjalin silaturahim, dan lain-lain.

Tak terhingga segala puji bagi Allah yang telah membuka dan melapangkan hati setiap orang yang hadir ke tempat tersebut baik yang menjadi panitia penjual maupun pembeli. Saya tak dapat membayangkan bagaimana jadinya jika bukan karena pertolongan Allah, akankah terbentuk panitia yang solid dan jiwa-jiwa yang terketuk nuraninya untuk membeli?

Alhamdulillah, hanya karena kuasamu ya Allah, Engkau jadikan kami bersatu padu untuk sebuah usaha mempertahankan keberadaan masjid sebagai syiar agama bagi muslim Indonesia di perantauan. Tiada daya dan upaya kami melainkan segalanya hanyalah pertolonganMu ya Allah!