Kesibukan Membuat Hidup Menjadi Nikmat

Oleh : Halimah Taslima

Keberangkatan Jum’at pagi dari bandara Tanjung Bara bersama anakku, Yazid berjalan mulus. tiba di Balikpapan, alhamdulillah selamat setelah menjalani terbang hampir satu jam.

Aku menyangka, perjalananku kali ini hanya memakan waktu satu malam, dan akan pulang kembali ke rumah sabtu sore, seperti biasanya. Tapi itu hanyalah sebuah sketsa keinginanku dan bukan dari Allah Swt.

Ternyata, aku harus menginap hingga senin atau bahkan lebih dari itu. Mungkin selintas terlihat enak, karena bisa ‘cuti’ dari pekerjaan rutin di Sangatta.

Di Balikpapan, sepertinya terikut arus gerak irama perkotasan. Jalan-jalan ke mall, melihat bagaimana suasana kota, baik siang maupun malam. Berbanding terbalik jika aku di Sangatta. Jangankan malam, siangpun jarang keluar rumah bila memang tak ada jadwal rutin.

Bahkan parahnya, tadi malam aku seperti sangat kesepian, dan tidak merasakan apa sebenarnya yang terjadi. Setelah aku menekuri suasana, ternyata aku mengingat sebuah kebiasaan yang aku tinggalkan. Selama di Balikpapan, ternyata aktifitasku di hotel, tak ada pendampingku, bukan suami maksudku. Tapi, tilawah Al_Quran yang biasa aku dengarkan, baik dari televisi maupun dari radio.

Kebiasaan di rumah, pekerjaan rumahku seringkali didampingi dengan ayat-ayat  itu, dan bukan nyanyian. ternyata di sini, jiwaku jadi meranggas, karena melupakan siraman rutin untuk telinga dan hatiku.

Saat suami menelpon, dan memintaku menikmati saja keadaan ini, aku hanya bisa meringis malu. beberapa waktu yang telah berlalu, memang sempat aku secara bergurau meminta kepadanya untuk memberiku ‘cuti’ dari aktifitas di  rumah. ternyata saat ini Allah mengabulkan doaku itu.

Bukan hanya itu, tarian rutinku di rumah dan sekitarnya, saat ini terpapar jelas di mataku. saat ini aku bisa menilai dan merasakan betapa itu sebenarnya sebuah nikmat. Yah saat ini, aku bisa meneropong jiwaku, setelah aku di ruang lain, jauh dari Sangatta.

Betapa bernilainya hiduipku di Sangatta. Waktu yang terasa berlari dikeseharianku, bahkan terasa meluluhlantakkan jiwa dan badanku, ternyata adalah sebuah titian waktu keberkahan yang kadang teringkari, dan malah tak sengaja kadang ingin berada di suasana yang lain.

Saat ini, aku berada di sebuah tempat, tanpa suami dan teman-teman yang selalu mendampinpingi gerakku. tanpa rengekan anak-anakku, tanpa keributan tetanggaku. tanpa teriakan penjual sayur, penjual es di siang hari. Tanpa kehadiran tamu yang mendadak membutuhkan pertolonganku.

Saat ini, di ruang waktu yang lain, aku melihatnya bagaikan sebuah pagelaran kesenian yang sangat aku butuhkan, bahkan menjadikan waktuku disini terasa sangat panjang.

Alhamdulillah Ya Rabb, walau jauh dari Sangatta, aku menerima pembelajaranmu, bahwa memang hidup ini tak akan terasa nikmatnya, bila kita  hanya berpangku tangan.

Balikpapan,

 

Halimah Taslima