Konsistensi Lisan atau Tulisan dengan Tindakan

Siang itu, aku mampir ke perpustakaan perusahaan tempatku bekerja. Ada buku standar tentang perpipaan pabrik proses kimia yang harus dipinjam sebagai bahan referensi untuk tugas yang harus kukerjakan.

” Assalamu ’alaikum…..” seseorang menegurku dari belakang saat aku sedang mengambil buku standar yang kucari dari rak buku di ruang perpestakaan. ” Wa ’alaikum salam….” kujawab sambil menoleh ke belakang. Ternyata, pak Supriyanto petugas perpustakaan yang menyapaku. ” Ini ada titipan dari Ta’mir Masjid Mubarakah, ” katanya sambil menyerahkan selembar kertas kepadaku. Pak Supriyanto sering bertugas mengumandangkan adzan di Masjid Mubarakah.

Kubaca sejenak kertas dengan kop logo Masjid Mubarakah. Berisi jadual petugas pengisi ceramah ba’da sholat Dhuhur setiap hari Senin dan Kamis di masjid tersebut. Masjid Mubarakah adalah masjid perusahaan yang terletak dalam kompleks kantor dan pabrik tempatku bekerja di kota Bontang. Aku dapat tugas untuk mengisi ceramah hari Senin, hari itu juga. Tinggal satu jam lagi waktu adzan Dhuhur akan tiba. Aku termenung sejenak. Harus kusiapkan dengan segera tema dan bahan ceramah yang harus disampaikan kepada jama’ah sholat Dhuhur.

Kuingat satu ayat Al-Qur’an: ” Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.” (QS Al-Maidah [5]: 35). Salah satu perintah dalam ayat di atas adalah mencari jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sering disebut dengan taqarrub ilallah. ” Tepat untuk dijadikan tema ceramah ba’da sholat Dhuhur, ” kataku dalam hati.

Alhamdulillah, dalam waktu singkat dapat kusiapkan materi dalam benak untuk bahan ceramah. Aku akan menyampaikan beberapa hal positif dari taqarrub ilallah kepada jama’ah sholat Dhuhur. Pertama, kita akan selalu ingat kepada-Nya, sehingga merasakan ketenangan dan ketentraman hati. Tidak timbul kegelisahan, kecemasan atau kekhawatiran dalam menghadapi berbagai macam situasi dan kondisi, karena yakin bahwa Dia selalu menyertai kita. Kedua, kita selalu berhati-hati dalam berpikir, berperasaan, berkata dan bertindak agar tidak menyimpang dari jalan-Nya, karena selalu merasa dalam pengawasan-Nya. Ketiga, kita berkeinginan selalu memperbaiki amal saleh, karena akan semakin mendekatkan diri kepada-Nya.

Akan kusampaikan juga dalam ceramah, firman Allah SWT dalam hadis Qudsi, ”Apabila seorang hamba-Ku mendekati-Ku dengan berjalan, maka Aku akan mendekatinya dengan berlari. Apabila ia mendekati-Ku satu jengkal, maka Aku akan mendekatinya satu hasta.”

Beberapa saat setelah jama’ah Masjid Mubarakah menyelesaikan sholat Dhuhur, aku maju ke mimbar. Kusampaikan ceramah singkat sekitar 10 menit saja. Ini adalah pengalamanku yang ke dua mengisi ceramah Dhuhur di tempat yang sama. Mayoritas jama’ah adalah karyawan perusahaan tempatku bekerja. Ta’mir Masjid mempunyai ide agar ceramah diisi sendiri oleh jama’ah sendiri secara bergiliran, jadi dari jama’ah untuk jama’ah. Sebagai sarana untuk saling menasehati antar jama’ah masjid.

Ceramah yang kusampaikan bukan semata-mata untuk jama’ah yang mendengarkan saja. Namun, untuk menasehati diriku sendiri juga. Demikian juga halnya dengan tulisan-tulisanku. Ketika menyampaikan nasehat untuk orang lain lewat lisan atau tulisan, prinsip yang sangat mendasar harus selalu dipegang teguh, yaitu harus konsisten dengan tindakan. Ayat di bawah merupakan peringatan dari Allah SWT agar kita memperhatikan hal tersebut. ” Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan.” (Ash-Shaff [61]: 2 -3 ).