Lidah itu Raja

Aku membayangkan apa yang ditimbulkan kebencian dan perpecahan antar sesama manusia. Tak aneh bila sebagian orang terasa lebih berat daripada gunung bagi sebagian yang lain. Karena itu, mereka tak sudi melihat, duduk dan pergi bersama, bahkan datang memenuhi undangannya. Menurutku, yang paling banyak menghantarkan seseorang pada kondisi ini adalah salah satunya karena faktor “Lidah”.

Betapa banyak pertengkaran yang meletus di antara sesama saudara, suami isteri, dan sebagainya dikarenakan caci maki, gunjingan serta kata kata kotor.

Selama bisa menyampaikan gagasan dengan cara yang  baik, mengapa kita harus bersandar pada cara yang tidak baik?

Konon seorang raja yang diagungkan bermimpi giginya rontok, esok harinya ia memanggil seorang penafsir mimpi untuk menanyakan artinya. Mendengar penuturan sang raja, mendadak wajah sang penafsir berubah. Berkali kali ia mengucapkan, Audzubillah…Audzubillah…

Ada apa dengan mimpiku? Tanya sang raja terkejut.

Sang penafsir berkata ,” Engkau akan menjalani hidup bertahun tahun, saat itu , anak dan isterimu meninggal dunia semuanya. Dan , tinggallah engkau seorang diri dalam istanamu.”

Sang raja marah, sumpah serapah dan kalimat laknat terlontar, sang penafsir pun dihukum dang digiring ke penjara.

Setelah itu, sang raja memanggil penafsir mimpi lainnya,setelah mimpi itu diceritakan, sang raja menanyakan artinya. Mendengar penuturan sang raja,  wajah penafsir berubah menjadi ceria, senyum merekah. Ia berkata,”berbahagialah, sungguh baik, wahai raja.”

“Apa arti mimpiku?” Tanya raja penasaran.

Sang penafsir berkata,” Mimpimu punya arti, engkau panjang umur, engkaulah orang terakhir yang akan meninggal dunia di antara keluargamu dan , engkau akan menjadi raja sepanjang umurmu”.

Sang raja tersenyum ceria, lalu ia perintahkan agar sang penafsir ini diberi hadiah. Jadi ia senang terhadapnya, dan tidak suka pada penafsir yang pertama.

Padahal, coba di pahami, dua penafsiran mimpi itu tiadalah berbeda. Yang pertama menggunakan dengan caranya , dan yang kedua diuraikan apapun dengan cara yang lain.

Ya, lidah memang adalah raja.

 

-Muhammad Al Arifi-