Masjid Impian Kami: Masjid Al-Noor Fukuoka

“Alhamdulillah, Walailahailallah Wallahu Akbar!” gumam seorang bapak warga pribumi Jepang yang sudah menjadi muslim.

Suaranya merayap memasuki kuping saya, walau jarak kami tak berdekatan. Maklum bangunan rumah Allah yang masih lenggang dan baru ini, membuat gumamannya cukup menggema. Tangannya terlihat sekali-kali bergerak perlahan, membesut titik-titik air yang mungkin sudah merembes di kelopak matanya yang sipit. Tak lama kemudian, bapak itu pun mengangkat kedua tangannya, tanda memulai untuk sholat sunah.

Saya menghampiri seorang ibu muda, untuk ikut melaksanakan sunah tahyatul masjid di sebelahnya. Permadani merah baru yang berukir sulam keemasan di sisi-sisinya, empuk sekali diduduki. Suara isakan, lamat-lamat terdengar karena kami dalam shaf yang dekat. Desah tangisnya kian jelas terdengar, masuk menyelinap ke kalbu saya, membuat hati ini bertambah masyuk haru.

Ya, saya pun sejak mencari di mana letak rumah Allah yang baru itu berada, hati sudah berdebar-debar. Bahkan baru mendengar kabarnya saja, membuat hati ini bahagia tak terkira. Dari Yukuhashi menuju  Hakozaki yang panjang, tak membuat lelah. Terlihat kubah hijau lumut tersembul, di antara bangunan apartemen dan jalan layang kereta api di dekatnya. Tanpa sadar genangan airmata sudah rapih berkumpul dan terjun tanpa aba-aba ke pipi ini.

“Masya Allah indah nian rumah-Mu wahai Allah!” bibir berbisik-bisik sendiri. Dua pasang bola mata buah hati kami, yang turut ingin melihat si ‘Al-Noor’ yang baru, juga terbelalak tak percaya. Bangunan yang telah lama ditunggu, sudah berdiri gagah di depan mata. Betapa waktu penantian yang panjang… Terkadang bikin hati bergumam kecewa, “Duh kapan sih Fukuoka punya masjid?” Kini menjadi hilang seketika! 

Walau saya bukanlah pemrakarsa ataupun ikut bersusah payah memperjuangkan secara langsung. Tapi, ikut girang bukan kepalang, ketika kabar masjid sudah pasti jadi berdiri!  "Perjuangan ingin memiliki masjid ini sungguh teramat berliku, cukup bersimbah lelah.” ucap sahabat saya, yang tinggal di dekat Hakozaki dan sekitarnya.

Seiring waktu berjalan, do’a kaum muslimimin dan usaha keras saudara-saudara muslim kami, akhirnya membuahkan hasil jua. Izin dari pemerintahan daerah setempat pun keluar. Dan masjid segera dibangun dengan gegap gempita. Bagai membuat perahu Sangkuriang, yang tercipta dalam waktu satu malam. Allahu Akbar!

Rasanya lain sekali, ketika menyaksikan masjid berdiri di tanah air. Bukan berarti keberadaan masjid tak dinanti, ketika di tanah air. Tetapi, lebih kepada rasa bangga, rumah Allah bisa berdiri di negeri ‘antah berantah’ ini. Entah berapa juta Yen yang sudah dikeluarkan, untuk bisa membangun sebuah masjid di negara Jepang. Kepala tak bisa menghitung lembaran itu.

Semua adalah karena kebaikan Allah Azza wa Jalla semata. Hanya Allah yang mampu menggerakan hati kaum muslimin untuk bahu membahu membangun masjid. Yang memang sangat diperlukan di Profinsi Fukuoka ini.

Peresmian akan dilaksanakan pada 12 April 2009. Tapi hari Jum’at lalu, saya berhasil memasuki, bergerilya bersama anak dan seorang sahabat. “Subhanallah, cantik banget ‘masjid kami’!” ucap kami serempak. Dan tanggal 15 April 2009 kemarin, kami dari perkumpulan keluarga muslim Jepang dan Indonesia, Alhamdulillah sudah melaksanakan sholat Ashar di masjid yang bernama: “Masjid Al-Noor Fukuoka”.

Pada tanggal 20 Maret 2009, insya Allah sholat Jum’at, akan dilaksanakan pertama kali, di masjid baru Al-Noor Fukuoka ini. Umat muslimin dari berbagai asal negara, insya Allah akan datang dan sekalian merayakan keberadaan masjid impian kami.

Terimakasih wahai Allah, Yang Maha Pemurah. Semoga kami bisa menghidupkan masjid ini. Bukan hanya memiliki dan berbangga hati, tanpa ‘ayunan langkah’ yang berarti. Ya, Allah, satukan hati-hati kami, eratkan persaudaraan kami ini. Jauhkan kami dari rasa dengki dan rasa permusuhan dalam membangun agama Islam tercinta. Amiin, Allahumma Amiin. (end)

*teriring do’a dan ucapan terimakasih yang dalam: “Jazakumullah khoiron Katshiro wahai saudara kami yang telah memperjuangkannya! especially tuk Pak Eko dan Ibu, dari pojok Yukuhashi”