Menebar Dakwah Bersama TKI

Matahari masih terasa hangat menyegarkan, pagi yang sangat cerah menambah semangat bagi yang mau beraktifitas. Di sebuah dewan besar berduyun-duyun orang berdatangan, ada yang datang dengan berjalan kaki, naik bus umum, taxi bahkan bus kilang. Tamu yang berdatangan didominasi oleh para jilbaber, dari logat dan ciri fisik Nampak sekali mereka berasal dari Indonesia, tapi mereka bukan sedang berada di tanah air. Mereka adalah para pejuang devisa (TKI), yang sedang menghadiri acara Halal Bi Halal yang diselenggarakan oleh IKMI ( Ikatan Keluarga Muslim Indonesia ). Tidak kurang dari 1200 orang yang menghadiri acara tersebut, mereka berdomisili di sekitar Johor Bahru.

Ada yang menempuh perjalanan sejauh 85 km, bahkan ada juga yang datang dari Melaka sekitar 170 Km dari Johor. Subhanalloh mereka begitu bersemangat menghadiri acara Halal Bi Halal yang mendatangkan Da’I kondang Ustadz Yusuf Mansur ini. Acara-acara besar seperti ini menjadi agenda rutin yang diselenggarakan IKMI, dalam rangka menyebarkan syiar Islam kepada perantauan asal Indonesia khususnya TKI.

Jumlah TKI di Johor ini sangat besar yang tercatat resmi sekitar 300. 000 orang. Bekerja di berbagai sector, yang paling dominan bekerja di pabrik-pabrik ( kilang ). Berada di negeri orang jauh dari orang tua, tidak sedikit yang terjebak dalam dunia hitam dan pergaulan bebas, akhirnya menimbulkan kasus-kasus kriminal yang mencemarkan nama baik Bangsa Indonesia. Atas dasar inilah kemudian IKMI dibentuk ( pada tahun 1998 ) yang dimotori para mahasiswa asal Indonesia. Dengan kesadaran sebagai da’i yang punya misi mengajak manusia kepada Allah atau mengembalikan manusia pada fitrahnya, mendorong para mahasiswa beserta keluarganya untuk menyusuri bumi Johor meretas jalan dakwah.

Bergerak dari pintu ke pintu mendatangi tempat tinggal TKI (hostel ) dengan hanya bermodalkan mobil tua yang siap mogok kapan saja. Dengan memboyong semua anggota keluarga setiap akhir pekan para mahasiswa ini rutin mengadakan pengajian di hostel-hostel, pulang hingga tengah malam. Subhanalloh mudah-mudahan pengorbanan mereka mendatangkan keridhoan Allah dan dijaga keikhlasannya.

Berdakwah kepada TKI ini memberikan efek yang luar biasa kepada perbaikan citra pekerja asal Indonesia. Sebelumnya pekerja Indonesia dicap sebagai pendatang yang suka bikin onar dan berprilaku tidak baik. Lambat laun Alhamdulillah citra kurang baik itu sedikit demi sedikit luntur dengan hadirnya para TKI yang terbina. Ada kisah seorang pekerja laki-laki yang asalnya berpenampilan layaknya seorang preman dengan rambut panjang dan celana belel, subhanalloh setelah ikut program rutin IKMI pekerja ini tampil lebih santun, bahkan setahun kemudian Dia pun tampil sebagai da’I yang berdakwah kepada sesama pekerja.

Ada kisah lain seorang akhwat, datang ke Malaysia pertama kali dengan busana sangat ketat setelah mengikuti kajian rutin penampilannya berubah total, memakai abaya dan jilbab panjang. Ketika akhwat ini pulang kampung, orang tuanya terperangah “nduk kamu kerja di Malaysia kok malah nyantren” seloroh orang tuanya karena kaget melihat penampilan putri terkasih yang ibarat lulusan pesentren. Bukan hanya penampilan fisik tapi juga akhlaknya yang menjadi lebih santun. TKI yang memiliki kisah seperti ini bukan satu dua tapi ratusan. Mereka biasanya di tempat kerja menjadi lebih dihargai dan disegani, tidak dilecehkan seperti sebelumnya. Tidak sedikit yang menjadi kaki tangan warden (ibu asrama) untuk menjaga teman-temannya. Mereka seolah menjadi duta Bangsa yang membawa citra baik Bangsa Indonesia.

Para TKI terbina ini kebanyakan punya orientasi hidup yang berbeda dari sebelumnya, banyak diantaranya yang melanjutkan kuliah bahkan ada yang sudah meraih gelar sarjana. Ada juga yang sudah menjadi guru TKIT dan SDIT, diantaranya ada juga yang buka klinik bekam. Kepedulian mereka terhadap kondisi Bangsa pun sangat luar biasa. Ketika ada bencana alam di tanah air, dalam hitungan hari saja mereka dapat mengumpulkan puluhan juta untuk dikirim ke tanah air. Kehadiran para TKI ini memberikan secercah harapan pada masa depan Bangsa dan Umat, perbaikan pribadi akan mendatangkan perbaikan pada masyarakat dan Bangsa. Walohu’alam