Menjemput Rezeki di Perut Bumi

Namanya Doddy. Usia hampir 40 tahun. Bergabung di perusahaan pertambangan ini sejak beliau tamat dari sebuah universitas di Palembang. Rendah hati, humoris, dan suka membantu rekan yang kesulitan. Dengan sifat-sifat itulah semua orang -terutama di unit kerjanya termasuk saya, merasa akrab dengan beliau.

Perusahaan tempat kami bekerja ini, dulunya milik belanda yang kemudiaan di ambil alih oleh pemerintah. Kantor pusat pada awalnya di Jakarta, sedangkan unit-unit produksi tersebar di Kepulauan Bangka-Belitung dan Kepulauan Riau. Banyak cerita hiperbolis berkaitan dengan masa-masa kejayaan perusahaan.

Para pejabat di unit-unit produksi waktu itu pergi-pulang Jakarta layaknya orang masuk-keluar toilet. Gambaran bagi frekuensi mobilitas dan kekuatan financial. Mandi menggunakan air mineral sudah biasa, karena air tanah mengandung unsur bahan tambang. Berbagai fasilisitas dan kemudahan diberikan kepada Pejabat Pemda tanpa harus merasa menjadi “sapi perah”. Fasilitas umum dan insfrastruktur banyak dibangun. Sekolah, Rumah Sakit, tempat ibadah, jalan, jembatan, lapangan terbang, listrik dan banyak lainnya. Waktu itu pulau Sumatera masih gelap gulita belum ada listrik. Namun pulau Bangka terang benderang karena memiliki PLTU terbesar di Asia Tenggara yang dibangun perusahaan. Hasil tambang perusahaan lebih berharga dibanding minyak. Perusahaan memiliki kendali atas harga tambang di pasaran dunia. Fantastic!.

Itulah kejayaan masa lalu. Seiring dengan waktu, penurunan berjalan hari demi hari sampai pada titik nadhirnya. Restrukturisasi pernah dilakukan, namun tidak mampu mengejar kenangan kejayaan masa lampau. zaman telah berubah. Cadangan tambang kian menipis, alat produksi makin tua, harga tambang jatuh di pasaran, laba perusahaan makin menurun, dan penyakit KKN kian menggerogoti perusahaan.

Dulu hasil penggalian jarang meleset dari rencana. Namun sekarang tidak lagi. Suatu cadangan tambang telah disurvey matang, tetapi pada saat digali ternyata tidak ada apa-apanya. Nihil. Tidak signifikan. Padahal biaya yang telah dikeluarkan cukup besar. Belum lagi biaya penggalian yang menelan biaya puluhan milyar. Ironis. Aroma kecurigaan antar unit pun tak terelakkan terjadi. Masing-masing merasa sudah optimal dalam tugasnya. Tetapi kenapa hasilnya begini? Mucul lelucon bahwa cadangan tambang itu bisa berpindah-pindah atau hilang tanpa sebab. Sesuatu yang tidak masuk akal dan absurd tentunya!.

***

“Bapak-bapak, sebelum bekerja, mohon agar bapak-bapak mau melakukan sholat dhuha. Mungkin Allah tidak mengeluarkan cadangan tambang dari perut bumi karena kita tidak rajin sholat dhuha. ” Kata Doddy saat melakukan kunjungan pada unit-unit produksi perusahaan suatu ketika.

“ Doa dhuha itu kan bunyinya kalau nggak salah: ‘Ya Allah, jika rezkiku jauh maka dekatkanlah, jika sulit maka mudahkanlah. Jika ada dilangit maka turunkanlah, jika ada di perut bumi maka keluarkanlah’. Rezki kita ini ada di perut bumi. Kalau hasil kita sedikit, mungkin Allah belum mengeluarkannya kepada kita”.

Doddy selalu “berkampanye” untuk sholat dhuha. Beliau begitu antusias dan yakin betul bahwa seandainya karyawan perusahaan secara kompak rajin sholat dhuha, keajaiban akan terjadi. Tanpa segan beliau ungkapkan “hipotesa” ini dihadapan para pejabat perusahaan pada momen rapat bulanan produksi. Kontroversial. Bukankah seharusnya Doddy, sebagai auditor perusahaan, memberikan rekomendasi yang rasional, yaitu menghilangkan penyebab utama atau meminimalisirdampak yang terjadi?

***

Saya berfikir. Bisa jadi benar bahwa rekomendasi sholat dhuha menghilangkan sebab utama yang menimpa perusahaan. Karena sebenarnya sumber dari kegiatan yang tidak efisien, tidak efektif, dan boros adalah penyakit KKN yang bersarang. Sholat dhuha tidak serta merta membatasi dan mereduksi penyakit tersebut. Jika perusahaan membudayakan sholat dhuha, itu artinya perusahaan menciptakan “lingkungan pengendalian” yang baik. Dan ini bisa berimbas pada penguatan moral karyawan untuk tidak korupsi.

Saya mengambil hikmah bahwa ajakan sholat dhuha adalah ajakan untuk menyerahkan pengaturan rezeki hanya kepada Allah. “Laa raaziqan illa Allah, Tiada pemberi rezeki selain Allah”. Jika demikian maka niatpun terjaga, langkah terbimbing, dan keberkahan diperoleh.

***
Saya berenung. Ketika sahabat Rosulullah mengetahui bahwa ada makanan haram yang masuk ke perutnya, maka dengan segala upaya akan dimuntahkannya. Resikonya luar biasa. Doanya tidak akan didengar Allah. Daging yang tumbuh darinya akan dibakar dengan api neraka. Na’udzubillahi min dzalik.

KKN tidak hanya menimpa perusahaan Doddy. Mayoritas perusahaan dan organisasi di negeri ini terkena penyakit KKN kronis. Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka. Jagalah diri dari tindak korupsi. Waallahua’lam.