Nilai Dunia Yang Tidak Seberapa

Apa kesan orang setelah melihat ka’bah? Apa pula kesan Anda yang telah melakukannya saat menunaikan umrah atau haji? Tentu jawabannya sangat ragam.

Kiki sahabat saya, memberi jawaban yang cukup unik dan mengandung hikmah yang cukup mendalam. Ia mengatakan, “Saudaraku, dunia itu kecil dan tidak ada artinya.” Maksudnya gimana? Ia melanjutkan, “ketika ketika melihat ka’bah yang tergambar adalah keagungan Allah. Allah begitu Agung. Allahu Akbar.”

Masih belum paham dengan jawaban singkatnya, saya pun bertanya apa maksudnya. Ia bertutur, “Gimana ya jika orang bertemu dengan dzat yang diagungkannya? Orang bertemu denga pujaan hatinya aja bisa histeris, gembira luar biasa, dan seperti tersedot perhatiannya, cintanya, dan emosinya hanya kepada dia. Lha ini kita bertemu “Allah”, Dzat yang kita fahami bisa mengampuni dosa kita, yang berkehendak memperluas dan mempersempit rezeki kita, yang ketika kita mendekat Dia jadi lebih dekat dengan kita, yang sanggup mematikan dan menghidupkan diri kita. Yang memiliki segala keagungan. Pantaslah kita menganggap bahwa dunia itu tidak ada apa-apanya karena semua ada pada genggaman-Nya. Ketika kita mengabdi-Nya sepenuh hati dan cinta, kita tidak bakal ditelantarkan oleh-Nya.”

Jawaban Kiki sungguh membuka kesadaran baru akan pemaknaan keagungan Allah dan tidak signifikannya nilai dunia bagi mereka yang benar mencintai-Nya.

***

Ramadhan sebentar lagi tiba. Sejauh manakah kita bisa merasakan keagungannya? Boleh jadi kita bisa menilai dan membuktikannya nanti. Tatkala kita begitu antusias mengisi hari-hari Ramadhan dengan ibadah sunnah dan amal kebaikan selain amal-amal yang wajib, ketika hati kita begitu dekat dengan Allah dibanding dengan dunia, ketika kita merasakan bahwa nilai dunia tidaklah sebanding dengan nilai akhirat, ketika kita mendapat berbagai kemudahan justru ketika kita makin mendekat kepada-Nya, boleh jadi saat itulah kita merasakan batapa agung-Nya Ramadhan.

Para sahabat dan generasi salafussaleh adalah generasi yang paling sensitif dengan aura keagungan Ramadhan. Jauh hari sebelum Ramadhan datang, terutama di bulan Rajab dan Sya’ban, mereka begitu bersiap-siap menyambutnya. Sungguh berbeda dengan apa yang dilakukan oleh manusia di akhir zaman ini, yang hilang sensifitasnya akan keagungan nilai Ramadhan.

Ramadhan adalah wujud kasih sayang Allah kepada hamba-Nya. Allah memberi keistimewaan pada nilai setiap detiknya, keistimewaan akan balasannya, keistimewaan berupa pintu surga khusus bagi penyambut dan pencinta-Nya (orang yang berpuasa), keistimewaan bagi malam sepuluh terakhirnya, dan keistimewaan pada satu malam (dari sepuluh malam terakhir) yang menentukan perjalanan hidup kedepan hamba-hamba-Nya.

Dengan segala keistimewaan Ramadhan dan keagungan Allah yang terpancar di dalamnya, tidakkah jiwa manusia tergerak untuk mengisi hari-hari Ramadhan HANYA dengan ketaatan dan ketundukan dan HANYA tertuju kepada-Nya?

Membandingkan apa yang dialami Kiki dan apa yang dilakukan orang beriman di bulan Ramadhan, wajarlah jika tercetus sebuah ungkapan, “Ya Allah, Engkau begitu Agung. Dunia ini tidaklah ada artinya dihadapan Engkau.”

Marhaban Ya Ramadhan, Marhaban Kemuliaan dan Keagungan…

Waallahua’lam ([email protected])