Alam Pun Meng-amin-kan Doa

Percayakah kita dengan kekuatan pikiran dan perkataan kita?
Bahwa pikiran atau perkataan kita itulah yang akan menggerakkan kita menuju ke arah yang sama, sehingga pada suatu saat yang akan datang kita terhenyak, "Wow, ini yang saya mimpikan beberapa tahun yang lalu. Alhamdulillah!"

Saya rasa tentang ini banyak ahli motivasi dan psikolog yang sudah mengupasnya.
Intinya, kita perlu punya mimpi akan jadi seperti apa kita nanti. Mimpi yang menghiasi hari-hari kita, dan penuh keyakinan suatu saat akan terwujud.

Ingat lagu ‘I Have a Dream’ yang dulu dinyanyikan ABBA tahun 80-an (dan di-retouch oleh westlife tahun 90-an)? Saya suka sekali dengan syairnya, karena sangat memotivasi kita untuk terus punya mimpi:

I have a dream, a song to sing
to help me cope with anything
If you see the wonder of a fairy tale
You can take the future even if you fail

I believe in angels
Something good in everything I see
I believe in angels
When I know the time is right for me
I’ll cross the stream – I have a dream

I have a dream, a fantasy
To help me through reality
And my destination makes it worth the while
Pushing through the darkness
Still another mile

I have a dream, a song to sing
To help me cope with anything
If you see the wonder of a fairy tale
You can take the future even if you fail

Nah, kalau mau dibahas dari sisi agama, ada hadist Qudsi yang mengatakan, ‘Allah ada di atas persangkaan hambaNya’ .Jadi, kalau kita berprasangka baik, Insya Allah baik pula yang akan kita alami. Sebaliknya, jika kita selalu takut, khawatir, berprasangka buruk, maka apa yang kita khawatirkan, takutkan, itulah yang kemudian akan terjadi.

Ibaratnya, saat kita berdoa, bahkan meskipun itu hanya lintasan dalam hati, Allah mendengarkannya dengan teliti. Malaikat mencatatnya. Pohon, hewan, tanah dan air di sekeliling kita juga ikut meng-amin-kannya. Jadi, pesan moralnya, berdoalah dan bermimpilah yang baik2, sehingga doa dan mimpi itu akan dikabulkan, pada saat yang tepat. Kapan itu? Hanya Allah yang tahu.

Sebaliknya, jangan sampai kita berandai-andai tentang hal yang buruk (untuk diri sendiri maupun orang lain), apalagi mendoakan hal yang buruk untuk orang lain. Naudzubillah, semoga itu tidak pernah terjadi.

Tentang berprasangka baik,saya beberapa kali membuktikan itu. Terutama saat haji, Subhanallah, benar-benar harus husnudzon kalau gak mau ‘kepentok’. Misalnya, dengan menu makanan daging unta yang ualot luar biasa itu dan masakan yang aneh bin ajaib rasanya, sebetulnya tak tega untuk masuk perut. Tapi tiap ditanya orang masakannya enak gak, ya harus jawab, "Enak". Takutnya kalau jawab ‘gak enak’ jadi yak enak beneran dah, terus tak mau makan, terus sakit, terus tak bisa ibadah. Kacau kan?

Contoh lainnya lagi, sejak awal kuliah S1, tiap kali ditanya apakah akan lanjut S2 atau tidak, saya dengan mantap menjawab, "Ya, lanjut Insya Allah". Padahal waktu itu tak ada bayangan sama sekali, dari mana sumber dananya. Setelah tak punya ‘gaji’ lagi, berhubung harus membiayai hidup sendiri di jakarta tanpa kiriman dari ortu lagi, menurut kalkulasi normal saya sangat belum mampu untuk membiayai kuliah S2 sendiri. Tapi ternyata, rencana itu Allah mudahkan, dan akhirnya terlewati juga S2, dengan beasiswa dari dikti. Alhamdulillah wa syukrilllah….
(Hmm, kalau begitu sekarang harus yakin lanjut ke S3 ya, biar bisa jadi doktor terus profesor beneran? hehe)

Sebaliknya, saya juga mengalami sendiri peristiwa yang cukup memalukan, kaitannya dengan kekhawatiran yang tak beralasan, yang membuat saya benar2 tobat untuk berandai2 tentang hal yang aneh2 lagi. Ini terjadi waktu saya kuliah di sebuah PTN kedinasan.

Alkisah, siang itu saya ada kuliah, dan paginya justru tidak ada. Kebetulan saya dan 2 temanku serumah kost, juga adalah teman sekelas. Maka berjalanlah beriringan kami bertiga (semuanya berjilbab). Hmm, repot banget bawa buku cost accountingnya si Matz Usry yang tuebel itu dan bawa buku intermediate accounting yang tak kalah tebelnya, jadi harus ditenteng karena gak muat kalau dimasukkan ke tas. Mana waktu itu lagi musim hujan, jadi musti extra hati-hati kalau berjalan.

Mendekati kampus, tampak teman2 sudah banyak yang datang. Di depan gedung C, seperti biasa duduk berderet para mahasiswa (cowok2) menunggu saatnya kuliah atau sedang beristrahat sambil mengobrol kesana kemari.

Saya sempat memandang sejenak ke deretan mahasiswa itu, dan sepintas kulihat di depan mereka ada sedikit kubangan air bekas hujan, yang tampak kotor. Paving blok di sekelilingnya berwarna hijau, pertanda sudah ditumbuhi lumut, dan tentu saja.. licin.

Entah syetan mana yang membisiki, segera saja terselip rasa khawatir padaku, dan saya bilang ke 2 temanku "Duh, disitu licin banget kayaknya, gak kebayang deh, kalo ada akhwat yang terpeleset dan jatuh di situ. Ih, malunya kayak apa ya, ditonton cowok2 itu?"

Dua temanku tak terlalu menanggapi, hanya senyum2. Segera mereka berjalan di depanku agak lebih cepat.

Tapi tiba-tiba….. syuuuutt…. gedebug!
Duh aduh…. saking serius melihat ke paving blok yang licin itu, sayatak sadar kalau paving blok persis di depanku juga licin sehingga aku terpeleset. Buku cost accounting dan si intermediate yang nyebelin itu terlempar dengan sukses dari tanganku, jatuh ke tanah paving yang kotor. Dan saya pun, tanpa dapat mengendalikan diri, jatuh ‘krungkep’ (tengkurep). Brukkk, tas, buku, semuanya berantakan. Behh, mana aku pakai rok putih. Wuaaa, kotor semua dah 🙁

Tapi tak apalah kotor baju dan bukuku, karena ada hal lain yang lebih parah. Ternyata kecelakaanku itu dilihat juga oleh deretan cowok yang sedang duduk2 dekat situ. Ada yang spontan ngakak, ada juga yang segera memalingkan muka (ghadul bashar kali ceritanya). Mungkin kalau ngaca, mukaku sudah seperti kepiting rebus waktu itu saking malunya (Eh campur coklat2 dikit deng, kena tanah soalnya)
Sudah gitu, 2 temanku yang berjalan di depanku tadi bukannya langsung menolong, malah ikut ketawa geli kepingkel-pingkel. Ih sebellllll 🙁

Baru setelah puas ketawa, mereka membantuku membereskan buku-buku yang berserakan dan merapikan bajuku yang jadi awut2an & super kotor. Salah satu dari temanku berkata, "Makanya mbak, jangan suka mikir yang aneh2. Tadi kan bilang, rasanya kayak apa ya kalo jatuh di depan situ? Nah, sama Allah langsung dikabulin tuh mbak, langsung disuruh ngerasain"

Hiks hiks, iya juga ya.
Astaghfirullah, benerrrrr2 dah, tobat.. …tobat……