"Senangkanlah Hatimu"!

Saya termasuk penikmat tulisan Bang Adian Husaini, terutama dalam rubrik Catatan Akhir Pekan (baca CAP) yang sering disiarkan di salah satu stasiun radio di Bekasi juga dimuat di salah satu situs majalah Islam nasional. Tulisannya selalu berisikan ilmu-ilmu yang bermanfaat dan disajikan dengan sangat ilmiah.

Pada suatu kali, kalau tidak salah bertepatan dengan peringatan hari lahirnya seorang ulama Indonesia, Buya Hamka, Bang Adian Husaini menuliskan sekelumit tulisan Hamka yang cukup menarik perhatian saya. Seperti biasa tulisan tersebut disajikan dengan baik sehingga saya tidak bergeming dari stasiun radio tersebut untuk mendengarkan CAP sampai tuntas. Adapun tulisan Bang Adian Husaini yang membahas tentang Bua Hamka sebagai berikut;

Dalam bukunya, Tasauf Modern, Prof. Hamka pernah menyalin sebuah artikel karya Al-Anisah Mai berjudul ”Kun Sa’idan”. Artikel itu diindonesiakan dengan judul: ”Senangkanlah hatimu!”

Dalam kondisi apa pun, pesan artikel tersebut, maka ”senangkanlah hatimu!” Jangan pernah bersedih. Dalam kondisi apa pun.

”Kalau engkau kaya, senangkanlah hatimu! Karena di hadapanmu terbentang kesempatan untuk mengerjakan yang sulit-sulit….”

”Dan jika engkau fakir miskin, senangkan pulalah hatimu! Karena engkau telah terlepas dari suatu penyakit jiwa, penyakit kesombongan yang selalu menimpa orang kaya. Senangkanlah hatimu karena tak ada orang yang akan hasad dan dengki kepada engkau lagi, lantaran kemiskinanmu…”

”Kalau engkau dilupakan orang, kurang masyhur, senangkan pulalah hatimu!

Karena lidah tidak banyak yang mencelamu, mulut tak banyak mencacatmu…”

”Kalau tanah airmu dijajah atau dirimu diperbudak, senangkanlah hatimu! Sebab penjajahan dan perbudakan membuka jalan bagi bangsa yang terjajah atau diri yang diperbudak kepada perjuangan melepaskan diri dari belenggu.”

Tulisan di atas langsung mengingatkan saya kepada hadits Nabi saw yang menerangkan bahwa kehidupan seorang muslim itu sungguh menakjubkan karena diliputi kebaikan-kebaikan. Jika diberi nikmat dia bersyukur dan itu sebuah kebaikan. Apabila diberi musibah dia bersabar, itu juga sebuah kebaikan.

Saya menangkap ada keterkaitan tulisan yang dibuat oleh Hamka dengan hadits Nabi saw tersebut. Keduanya mencoba membangun daya pikir yang positif dalam menyikapi segala fenomena yang ada yang dihadapi oleh setiap muslim. Selalu mencari sebanyak mungkin alasan untuk berbaik sangka terhadap ketentuan Allah SWT yang ditentukan kepada seluruh hamba-Nya.

Dengan mengedepankan daya pikir yang positif akan membangkitkan energi yang akan membuat diri tegar dan kuat terhadap setiap problematika kehidupan. Energi positip yang timbul akan menguatkan mental sehingga akan dapat menguatkan kaki agar senantiasa berdiri meskipun harus terseok-seok ketika berjalan. Kebaikan pun akan senantiasa muncul di antara tumpukan permasalahan jika disikapi dengan benar.

Seharusnya keluh kesah itu tidak diperlukan lagi jika merujuk pada nasihat Buya Hamka. Justru kata-kata semangatlah yang harus keluar acapkali ujian itu manghadang. Yang harus diingat pula adalah apapun yang menjadi ketetapan-Nya terdapat tujuan yang baik selama kita bisa memandangnya dengan hati dan pikiran yang jernih.

Www.galih0302.multiply.com