Sholat Jum'at dan Cabe Merah !

Kemarin hari Kamis 25 Maret 2010 saat istirahat sekitar kurang lebih jam 13.30 saya biasa jalan kaki di sekitar kantor di jalan Novokunetskaya yang tidak jauh dari stasiun Metro ( kereta bawah tanah ) Novokuznetsakay. Kalau di tanya teman-teman sekantor " Mau kemana ? " Saya jawab " Biasa… nyari angin " lumayan istirahat sekitar 45 menit, waktu tersebut digunakan untuk sholat Dzuhur dan makan siang. Nah kalu sedang puasa sunnah Senin atau Kamis, setelah sholat punya waktu yang lebih panjang, sekitar 30 menit, karena tak perlu makan siang, lumayan jalan-jalan di sekitar kantor.

Nah saat jalan-jalan inilah yang melatar belakangi tulisan ini….. mengapa ? Karena sedang jalan-jalan tiba-tiba saya melihat seorang teman yang sudah hampir sebulan lebih tak pernah kelihatan … terutama pada saat sholat Jumat di KBRI … , saya kwatir teman saya ini sakit atau ada sesuatu yang menghalanginya untuk sholat Jum’at. Bila saat Jum’at sudah berapa lama saya tidak melihat teman yang satu ini … kemana gerangan ? …. sakit kah ? Pernah saya tanya ke teman yang juga dekat dengannya, " Kemana teman kita ? " Maka jawab teman yang satu lagi … wah memang repot dia… entah kenapa saya juga tak tahu, katanya sih pernah diskusi pada teman-teman yang lain tentang Islam yang menyebakan dia agak kecewa, karena dia tak mendapat respon yang positif.

Aku pikir, akh masa iya, hanya karena berbeda pendapat maka tak sholat Jum’at. Begitu pikirku setiap Jum’at… pernah mau telpon dan mau ke rumahnya untuk melihatnya…. namun karena pekerjaan yang sedang bertumpuk-tumpuk selalu … menjadi lupa ! Lagi pula kalau ke rumahnya harus punya waktu ekstra, karenanya rumah jauh…. apa lagi masih dingin dan iklim yang tidak menentu menjelang musim semi. Suhu yang turun naik dan tak menentu yang menyebabkan penyakit flu dan batuk-batuk.

Kembali ke awal cerita… saat saya melihat teman saya … saya langsung teriak …hai ! Nah saya melihat saya teman saya yang memang selalu riang… langsung saya dipeluknya ….saya dipeluknya erat sekali … terasa cukup lama memang tak bertemu, dan saat bertemu ya saat sholat Jum’at itu. Sahabat saya ini memang aktif, bila datang lebih awal, dia langsung menggelar sejadah… tak banyak bicara, tapi kalau sudah bicara nyerocos terus tanpa bisa di rem, apa lagi kalau diskusi soal agama dan Al Qur’an… wah bisa berjam-jam, kalau mau dilayani… karena memang dia haus akan siraman rohani, ya maklum … selama ini karena pengaruh lingkungan di Rusia yang saat itu Komunis… ya mau mau tak mau "menyerepet" juga ke sahabat saya ini, ya setengah ragu-ragu gitu. Namun kini dia sudah kembali ke cahaya Illahi … rajin sholat dan membaca Al Qur’an yang terjemahannya pakai bahasa Rusia… nah ini yang membuat diskusi denganya menjadi menarik, karena terjemahan yang pakai bahasa Rusia …. bukan lain sih, tapi ada terjemahan atau tafsiran yang membuat bebas atau liar, nah mau tak mau saya harus mengeremnya dengan menjelaskan… bukan begitu maksud ayat itu, begitu seterusnya, karena memang dia sering bertanya dan pertanyaan kadang-kadang tiba-tiba, misalnya, Coba buka surat sekian ayat sekian, apa pendapat you ? Begitu katanya. jadi tanpa basa-basi langsung ke titik persoalan, Maka saya sering dibuat "gelagapan" … ayo mari kita lihat suratnya sama-sama", begitu kata saya dan diskusipun mengalir … walau kadang-kadang pengaruh komunisnya sangat terasa, ketika dia bicara atau menafsirkan Al Qur’an dengan bahasanya sendiri, yang kadang-kadang seenaknya dia aja ! Makanya dengan teman-teman saya yang lain dia mendapat "serangan" bukan-bukan begitu…, salah itu…, keliru itu …. Pokonya heboh kalau teman yang satu ini datang ! Kadang-kadang sehabis sholat Jum’at… langsung aja tangan saya di tarik…. " Coba buka surat ini ayat ini, apa pendapat You ? " Begitu caranya dia mengajak saya diskusi. Dia begitu bergairah… karena memang saat di sholat Jum’at lah dia bernostalgia dengan teman-temannya sesama bangsa Indonesia dulu, dia sekarang sudah warga negara Rusia, tinggal di Rusia, dia eks Mahid ( Mahasiswa Indonesia ) yang menetap di Rusia sekarang ini.

Sampai mana tadi ? Oya … setelah bertemu di jalanan tadi … saya tanya kepadanya : " Kemana aja… tak kelihatan-kelihatan sholat Jum’at, sakit yakh ? Ada apa ? Kenapa ? Saya serbu dengan berbagai pertanyaan … sahabat saya tertawa … sambil menjawab, " Enggap apa-apa kok… cuma saya sholat Jum’atnya sekarang di dekat rumah saya, ada Masjid baru ", katanya. " Akh masjis baru di mana ? Tanya saya, " saya kok gak tahu sih ada Masjid Baru ?

" Itu loh di dekat Metro Borodino, di taman Kemenangan Borodino", katanya. " yang di pojok itu yakh ? Kata saya, ‘Iya benar " jawabnya. " Ye… kalau itu sih saya sudah tahu dan sayapun pernah sholat di sana, itu bukan Masjid baru… itu sudah beberapa tahun berdiri di sana " Kata saya. " Oh gitu toh " katanya.

Oh… itu toh alasan yang menyebabkan sahabat saya ini beberapa lama tak sholat Jum’at di KBRI, saya kira dia sakit atau ada apa-apa, karena kasihan dia sendiri di rumahnya, tak ada sanak keluarga. tak ada orang Indonesia di sekitar rumahnya atau yang terdekat apartemen dengan rumahnya, walaupun dia sekarang warga negara Rusia, namun dia Muslim, sedangkan sesama muslim adalah saudara, lagi pula bagaimanapun dia adalah " tetap orang Indonesia " hanya politiklah yang "memisahkan " kami, hanya pasporlah yang membedakan kami. Dia berpaspor merah ( memang merah paspornya ) warga negara Rusia dan saya berpaspor hijau warga negara Indonesia, tapi kami disatukan dengan Islam !

Kembali kepada pertemuan tadi, " Loh sekarang mau kemana ? " tanya saya. Coba apa jawabnya : " saya mau tanya, di mana toko Vietnam yang menjual cabe merah ? " Ya ampun…. jauh-jauh ke kantor hanya mau tanya cabe merah ! Kan bisa telpon , atau mungkin dia juga kangen dengan teman-temannya orang-orang Indonesia, yang pasti dapat di jumpai di KBRI.

Nah keunikan muncul di sini …. ya itu tadi … jauh-jauh ( rumahnya memang jauh… kurang lebih delapan stasiun metro harus dilaluinya dari kantor ke rumahnya atau memakan waktu sejam lebih, itupun harus di sambung lagi dengan naik bus ke rumahnya/apartemnnya ) hanya mencari toko Vietnam yang menjual cabe merah !

Mengapa di toko Vietnam … ya memang di situ adanya, ada di toko atau di swalayan, tapi harganya tak kira-kira…. harganya di swalayan bukan per kilo gram, tapi satuan, begitu juga di pasar ( rinok, orang Rusia menyebutnya) jual satuan kalau musim dingin, karena langkahnya, satu cabe bisa sampai 10 rubel ( Rp 3500 ! ) di swalayan 5 – 10 buah yang sudah di pax pakai plastik cabe harganya antara 250 -350 rubel ! nah kalu musim panas nanti harga akan turun hitungan per kg, minimal 100 rubel ! Sebagai bandingan harga magga per Kg 590 rubel ( Rp 332.500,- ) ! Makanya kalau saya liburan ke Indonesia, saya selalu "dendam" pada mangga, saya makan mangga hampir tiap hari kalau lagi di Indonesia, habis kangen sih dan harganya "murah meriah ", Bolehkan kangen mangga ?

Kembali ke teman saya. setelah saya beritahu tempatnya dengan menujukkan peta Metro, teman saya itu kembali dan langsung menuju ke pasar Vietnam untuk membeli Cabe ! Sambil balik belakang … " sampai jumpa besok di hari Jum;at, saya akan sholat Jum’at di KBRI lagi !

Ini mungkin seperti cerita mengada-mengada… hanya karena ingin makan sambel yang bahan bakunya cabe…. orang harus jauh-jauh berburu cabe. Tapi ini fakta… di Moskow ibu-ibu bisa-bisa pinjam meminjam cabe ! Loh kok bisa… yaitu tadi… karena cabe di Moskow bisa hilang dari peredaran, tak ada di toko-toko dan di pasar swalayan, apa lagi kalau musim dingin cabe nyaris tak ada. Makanya kalau musim panas, saat cabe banyak… ibu-ibu warga Indonesia berburu cabe dan membeli cabe di borong sekaligus, 5-10 Kg untuk di simpan di kulkas ! Ya mungkin ini uniknya hidup di Rusia…nabung bukan hanya uang… tapi juga menabung cabe ! Makanya bahagialah Indonesia dan hidup di Indonesia … sekurang-kurangnya masih bisa bertemu cabe, masih bertemu sambel ! Alhamdulillah.

Oke sekian dulu ceritanya, sampai jumpa di lain kisah.