Syukur Saat Sehat, Sabar Saat Sakit

Terdengar alarm tanda waktu pulang kerja. Aku segera merapikan tumpukan dokumen di meja kerja, mengunci laci meja dan mematikan komputer. Kemudian menuju mesin absensi yang selalu setia melakukan identifikasi sidik jari tangan saat masuk kerja dan pulang kerja. Sore itu, sebelum pulang ke rumah aku akan mampir ke sebuah rumah sakit untuk menjenguk seorang tetangga dekat rumah yang menjalani rawat inap. Beberapa menit sebelum jam kerja berakhir, aku sempat mengirim sms untuk isteriku, memberitahukan bahwa kepulanganku ke rumah agak terlambat karena menjenguk tetanggaku itu.

Allah SWT memerintahkan kita untuk berbuat baik kepada tetangga, sesuai firman-Nya: "Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri. " (QS An Nisaa’ [4]: 36 ). Beberapa hadis Rasulullah SAW juga mengingatkan kita untuk menghormati tetangga, tidak menyakiti tetangga dan memenuhi hak tetangga. Salah satu hak tetangga yang harus dipenuhi adalah menjenguknya jika sakit.

Setiba di lobby ruang rawat inap yang sangat bersih dan nyaman, aku menanyakan lokasi ruang rawat inap tetanggaku kepada seorang petugas medis yang bertugas. Ia menjawab dengan ramah dan menunjukkan lokasi ruang rawat inap yang kumaksud. Rumah sakit yang bersih dan nyaman disertai keramah tamahan dokter, petugas medis, petugas kebersihan atau petugas lain merupakan harapan setiap pasien yang sedang berobat. Hal ini akan membantu proses penyembuhan penyakit atas izin-Nya.

“ Ada dua nikmat yang banyak orang lalai mensyukurinya yaitu nikmat sehat dan nikmat waktu” (HR Bukhari). Nikmat sehat merupakan karunia dari Allah SWT, dan sering dianggap sebagai suatu hal yang biasa saja, sehingga kita lalai untuk bersyukur kepada-Nya. Biasanya, kesadaran akan besarnya nikmat sehat baru timbul pada saat kita mengalami sakit. Pada saat terbaring sakit, betapa lemah dan tidak berdayanya kita. Dalam kondisi seperti, kita akan mengalami kesulitan untuk melakukan berbagai aktivitas dengan baik, termasuk melakukan ibadah wajib seperti sholat lima waktu. Namun, Allah SWT memberikan keringanan-keringanan saat kita mengalami sakit. Jika tidak bisa berdiri karena kondisi badan lemah ketika sakit, kita boleh sholat sambil duduk. Begitu juga dengan puasa wajib di bulan Ramadhan, jika sakit, kita diperbolehkan untuk tidak berpuasa. Dengan konsekuensi mengganti puasa pada hari yang lain. Allah SWT menghendaki kemudahan dan tidak menghendaki kesukaran bagi hamba-Nya dalam beribadah.

Allah berfirman: “ Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu “ (QS Al-Baqarah [2]: 168). Ayat di atas merupakan peringatan dari Allah SWT yang harus kita perhatikan. Makan makanan yang halal dan baik sesuai kebutuhan tubuh. Tidak berlebihan. Banyak penyakit yang diakibatkan oleh faktor makanan. Puasa wajib di bulan Ramadhan dan puasa sunnah yang dilakukan secara rutin akan memberi manfaat yang banyak terhadap kesehatan tubuh. Para ahli kesehatan telah melakukan penelitian terkait dengan puasa dan bisa membuktikannya secara ilmiah kedokteran.

Melakukan olahraga secara teratur adalah cara untuk menjaga kesehatan diri kita. Rasulullah SAW mencontohkan kepada kita beberapa jenis olahraga. Beliau sering melakukan beberapa jenis olahraga, yaitu berenang, lari, gulat, panahan, anggar dan pacuan kuda (HR Baihaqi, Hakim, Abu Dawud dan Bukhari). Jangan memaksakan diri kita untuk berolahraga di luar kemampuan. Bagaimanapun juga, tubuh memerlukan istirahat dengan tidur yang cukup dan teratur.

Di samping itu, memelihara kebersihan lingkungan merupakan amanah dan tanggung jawab yang harus kita laksanakan secara konsisten. Banyak penyakit yang ditimbulkan oleh lingkungan yang tidak kondusif ditinjau dari aspek kesehatan. Sampah yang tidak tertangani dengan baik, saluran air pembuangan yang tidak lancar mengalir, ventilasi dan pencahayaan matahari yang kurang dalam rumah merupakan contoh penyebab munculnya berbagai penyakit. Hewan peliharaan dan kandangnya juga memerlukan penanganan kebersihan secara rutin.

Dan apabila aku sakit, Dia -lah yang menyembuhkan aku” (QS Asy Syu’araa’ [26]: 80). Jika Allah SWT memberikan ujian berupa sakit, ikhtiar harus dilakukan dengan berobat kepada yang ahli dalam bidang pengobatan melalui cara pengobatan yang sesuai dengan syariat. Tentu diisertai do’a mohon kesembuhan kepada-Nya. Kita harus bersabar dan menyadari bahwa sakit yang kita alami adalah kehendak-Nya.

Bisa jadi sakit yang dialami sebagai kafarat atau penghapus dosa dan kesalahan kita. ”Tidaklah menimpa seorang mukmin satu kepayahan pun, tidak pula sakit yang terus-menerus, tidak pula kecemasan, kesedihan, gangguan, dan tidak pula kesusahan sampai-sampai duri yang menusuknya, kecuali dengan semua itu Allah akan menghapuskan kesalahan-kesalahannya. ” (HR Bukhari dan Muslim).

Bontang, 6 Syawal 1428 H/ 18 Oktober 2007