Melatih Anak Mengubah Kekurangan Menjadi Potensi

Assalamu’alaikum.

Saya adalah seorang ayah yang mempunyai putra berusia 4 tahun. Saya punya pertanyaan begini:

1. bagaimana cara agar saya mengetahui potensi khusus pada anak?

2. anak saya memiliki kecerdasan yang alhamdulillah bagus (menurut pengamatan saya anak saya mirip banget sama saya dalam hal kecerdasan dan karakter), dan bercermin pada diri sendiri,

saya memiliki sebuah ketakutan bahwa dia nantinya akan menghadapi problem yang sama dengan saya yaitu

(1) mudah merasa bosan apabila berhadapan dengan sesuatu yang sederhana dan tidak diperlukan proses pemikiran yang menuntut analisis dan runtutan sesuai mekanisme berfikir, sehingga seringkali jika berada pada kondisi ini reaksinya adalah menyepelekannya.

(2) sulit untuk terfokus pada satu subjek.

(3) sangat terobsesi pada kondisi kompetesi.

Pertanyaan saya adalah: bagaimana tips dan trik untuk melatih serta mengoptimalkan kelemahan-kelamahan tersebut agar bisa menjadi sebuah potensi bagi anak? Makasih.

Jazakumullah khoiron kasir.

Ayah Meha

Jawaban :

Assalammu’alaikum, ayah meha yang diridhoi ALLOH,

Subhanalloh nampaknya bapak sangat semangat yaa ingin mengkader anak bapak, begini pak mengenai kecerdasan dan optimalisasi anak, memang sebetulnya bisa diusahakan dari kecil asalakan terprogram dan ter-plan dengan baik serta yang menjalankannya (orangtua) istiqomah. Bapak dan ibu harus selalu bekerjasama dan sepakat hendak dijadikan apa dan dibawa kemana anak-anak kelak.

Potensi anak kita sebetulnya yang tahu adalah kita pribadi sebagai orangtua, orang yang terdekat dengan anak kita, selagi dia masih kecil dapat kita program dan kita beri motivasi dan penjelasan, serta istiqomah dalam menjalankan program untuk anak kita.

Jadi buatlah rancangan program jangka panjang, lalu jangan pikirkan yang negatif dahulu, karena nasib orang kan lain-lain, apalagi (meha perempuan ya pak? -bayangan saya anak perempuan yang cerdas).

Mengenai anak bisa seperti bapak atau tidak, begini pak, kalau lelaki memang tidak fokus, sampai usia 60 tahun sekalipun, kalau wanita ditakdirkan sebagai makhluk ALLOH yang fokus, dan mampu mengerjakan sesuatu dengan detail dan tekun, bila cerdas, wah dia kan menjadi seseorang yang luar biasa bila dewasa nanti.

Soal kompetisi, bisa dibangun dan bisa diciptakan environment-nya, yang penting kompetisi itu untuk apa, harus dijelaskan, karena bila terobsesi berkompetensi namun memiliki kegagalan memperoleh kemenangan, maka akan menghasilkan depresi dan dendam yang cukup dalam, sehingga dikhawatirkan kompetesi menjadi sesuatu yang negatif. Saya yakin bapak mampu, apalagi bila didukung oleh ibu yang lembut dan mampu menjadi pihak penyeimbang, agar anak kelihatan tough diluar (berusaha keras diluar), tapi dia dapat menemukan tempat beristirahat dalam pelukan bundanya yang nyaman. Selamat berjuang pak, by the way jangan lupa selalu berdoa, membaca buku dan berdiskusi dengan orang yang lebih pengalaman mengelola anak yang sudah kita lihat hasilnya (orang yang lebih tua dari kita dan sudah punya anak dewasa dan berhasil), dan juga musyawarah dan motivasi anak terus dan tanamkan kecintaan anak pada apa yang kita arahkan. Dan jangan lupa, hindari sikap memaksa atau menuntut, agar dia enjoy dengan semua yang dia kerjakan, ingatkan bahwa tugas manusia berusaha, dan ALLOH yang menentukan hasilnya. Salam competition.

Wassalamu’alaikum