Kebinasaan Umat

Suatu umat dan bangsa mengalami pasang surut, ada saat dimana mereka hidup dengan kemuliaan dan kejayaan, namun pada saat yang lain mereka hidup dalam kehinaan dan kesengsaraan hingga tercatat dalam sejarah sebagai umat yang terpuruk. Sebagai umat Islam dan bangsa Indonesia yang mayoritas muslim, kita tentu tidak ingin menjadi umat dan bangsa yang terpuruk. Karena itu, perlu kita cari sebab utama keterpurukan suatu umat atau bangsa agar kita bisa mencegahnya sejak dini dan bila itu sudah ada segera kita hentikan.

Paling tidak, setelah menceritakan keadaan umat-umat terdahulu, Al-Qur’an menyimpulkan tiga sebab mengapa terjadi kebinasaan pada suatu umat, Allah Swt berfirman: Maka mengapa tidak ada dari umat-umat yang sebelum kamu orang-orang yang mempunyai keutamaan yang melarang daripada (mengerjakan) kerusakan di muka bumi, kecuali sebahagian kecil diantara orang-orang yang telah Kami selamatkan diantara mereka diantara mereka, dan orang-orang yang zalim hanya mementingkan kenikmatan yang mewah yang ada pada mereka dan mereka adalah orang-orang yang berdosa (QS 11:116).

1. TIDAK MENCEGAH KERUSAKAN.

Terjadinya kerusakan di muka bumi, baik kerusakan fisik lingkungan hidup maupun kerusakan moral dan peradaban manusia merupakan faktor utama terjadinya kehancuran dan kebinasaan suatu umat dan bangsa, hal ini karena Allah Swt tidak suka kepada siapapun yang melakukan kerusakan sebagaimana firman-Nya: Dan janganlah kamu berbuat kerusakan (di muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan (QS 28:77).

Oleh karena itu, menjadi sangat penting bagi kita untuk mencegah manusia dari melakuhkan kejahatan dengan melakukan kerusakan di bumi ini, manakala hal ini kita lakukan, maka kita akan diselamatkan Allah Swt, sedangkan mereka yang mengabaikan upaya mencegah manusia melakukan kerusakan akan membuat mereka memperoleh azab atau siksa yang keras, baik di dunia maupun di akhirat, Allah Swt berfirman: Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik (QS 7:165).

Adanya orang-orang yang mencegah manusia dari melakukan kerusakan atau sering disebut dengan melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar membuat umat ini tetap eksis, bahkan misi mewujudkan kehidupan manusia yang bersih dari dosa dan bermartabat tinggi masih berlanjut hingga hari ini dan insya Allah hingga kiamat nanti. Bila tidak ada lagi yang peduli terhadap perbaikan umat, niscaya binasalah umat Islam ini sebagaimana telah binasa umat-umat terdahulu. Oleh karena itu, amar ma’ruf dan nahi munkar merupakan tugas yang amat mulia sehingga menjadi kunsi keberuntungan di dunia dan akhirat, Allah Swt berfirman: Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung (QS 3:104).

2. TENGGELAM DALAM KENIKMATAN DUNIA.

Pada dasarnya, dunia dengan segala kenikmatan yang terdapat di dalamnya bukanlah sesuatu yang harus dijauhi, ia boleh saja dinikmati namun tetap dalam kendali sehingga tidak menyimpang dari ketentuan Allah Swt sebagaimana yang dicontohkan oleh rasul-Nya. Ibarat orang yang sedang menikmati jernihnya air sungai atau air laut yang dikendalikan dengan kependaian berenang sehingga tidak sampai membahayakan dirinya. Karena itu bila suatu umat dan bangsa tidak memiliki kepandaian mengendalikan dunia, ia justeru akan tenggelam dalam kenikmatan itu yang membuatnya menjadi binasa. Rasulullah saw sudah mengingatkan soal ini kepada para sahabat yang berarti kepada kita semua dalam satu sabdanya: “Akan datang suatu masa dimana kamu akan diperebutkan oleh umat lain sebagaimana makanan lezat diperebutkan oleh orang yang lapar”. Para sahabat bertanya: “Apakah saat itu jumlah kami sedikit ya Rasulullah?”. Beliau menjawab: “Tidak, bahkan jumlah kamu banyak, tetapi seperti buih di lautan, karena kalian terserang penyakit wahn”. Mereka bertanya lagi: “Apakah penyakit wahn itu ya Rasulullah?”. Beliau menjawab: “Terlalu cinta dunia dan takut kepada mati” (HR. Abu Daud).

Tidak bolehnya manusia tenggelam dalam kenikmatan dunia karena memang dunia ini hanya sementara dan kenikmatannyapun tidak besar, masih ada hari akhirat yang kekal dan kenikmatan yang belum pernah dirasa, diraba dan dilihat, karenanya Rasulullah Saw memberikan perumpamaan dunia dengan akhirat seperti tetesan air dari jari dengan air yang ada di lautan, beliau bersabda: Perbandingan dunia dengan akhirat seperti seorang yang mencelupkan jari tangannya ke dalam laut lalu diangkatnya dan dilihatnya apan yang diperolehnya (HR. Muslim dan Ibnu Majah).

Dari sini, menjadi jelas bagi kita bahwa seseorang disebut tenggelam dalam kenikmatan dunia bila ia mencari kenikmatan dunia dengan menghalalkan segala cara dan menikmatinya secara berlebihan hingga ia lupa bahwa kehidupan di dunia ini hakikatnya adalah untuk mencari bekal menuju kebahagiaan yang hakiki di akhirat nanti, Allah Swt berfirman: Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (QS 102:1-4).

3. SENANG BERBUAT DOSA

Dosa adalah penilaian buruk yang diberikan Allah Swt atas perbuata manusia karena melanggar aqidah, syari’ah dan akhlak Islam. Dosa yang disenangi oleh manusia, apalagi bila hal itu termasuk dosa-dosa yang besar akan menjadi faktor kebinasaan bagi suatu umat atau bangsa, mereka akan mendapatkan azab yang besar, termasuk di dalamnya permusuhan antar sesama manusia yang menyebabkan perpecahan yang sangat sulit untuk dipersatukan, Allah Swt berfirman: Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebagian kamu keganasan sebagian yang lain. Perhatikanlah, betapa kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti agar mereka memahami (QS 6:65).

Di dalam ayat lain, dikemukakan juga oleh Allah Swt tentang akibat dari dosa yang membuat mereka bisa binasa dengan azab yang diberikan Allah Swt sebagaimana firman-Nya: Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka diantara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan diantara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan diantara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan diantara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri (QS 29:40).

KEBAIKAN KUNCI KESELAMATAN.

Manakala kita tidak ingin mengalami kebinasaan, maka tidak ada pilihan bagi kita kecuali terus memperbanyak melakukan kegiatan, melakukan gerakan perbaikan dan melestarikan nilai-nilai kebaikan yang sesuai dengan ketentuan Allah dan Rasul-Nya, inilah kunci keselamatan bagi kita sebagai umat dan bangsa. Meskipun sudah banyak kezaliman, dosa dan kemaksiatan dilakukan oleh manusia, namun keberadaan (eksistensi) kita masih lestari disebabkan masih ada orang yang mau melakukan kebaikan sebagaimana yang ditentukan Allah dan Rasul-Nya, bahkan mau memperjuangan tegaknya nilai-nilai kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari, Allah Swt berfirman: Dan Tuhanmu, sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang penduduknya orang-orang yang berbuat baik (QS 11:117).