Sistem Ekonomi Islam (4)

Sebagai penguat dari makna yang sudah dijelaskan yakni hikmah berinfak dan mencurahakan semua kemampuan, tujuan infak adalah edukasi diri dan memenej hati dan mengikatkan sipemberi dan sipenerima pada ikatan cinta karena Allah, Allah berfirman pada ayat berikutnya :

Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan sipenerima) . Allah Maha kaya lagi maha Penyantun.(263)

Allah menetapkan bahwa sedekah yang diikuti dengan memberikan rasa sakit pada yang menerima dan kemudaratan baginya, maka kata-kata yang baik dan perasaan kasih sayang lebih baik dari infak yang disertai dengan cercaan. Ucapan yang baik bisa membalut luka hati dan memenuhinya dengan rasa puas (ridha) dan muka yang berseri-seri. Ia juag bagaikan pemaafan yang akan menyucikan kendengkian-kedengkian dalam jiwa dan menggantikannya dengan rasa persaudaraan dan persahabatan. Kata-kata yang baik dan pemaafan dalam kondisi seperti ini akan menunaikan fungsi utamanya bagi sedekah, yakni edukasi jiwa dan menyatukan hati.

Karena sedekah itu bukan dikarenakan kelebihan harta dari yang memberi kepada yang menerima. Akan tetapi pinjaman untuk Allah, maka Allah mengiringinya dengan : { والله غني حليم } Dan Allah Maha Kaya dan Maha Penyantun. Tidak butuh sedekah yang menyakitkan. Maha Penyantun, yakni selalu memberi hamba-hamba-Nya rezki kendati mereka tidak mensyukurinya. Namun demikian, Allah tidak menyegerakan iqob (siksaan) dan menyakiti mereka. Dia memberikan kepada mereka segala sesuatu. Memberikan keberadaan mereka (did unida ini) sebelum memberikan sesuatu apapun. Hendaklah hamba-hamba-Nya belajar dari Maha Penyantunnya Dia – Maha Suci Dia -. Sebab itu Dia tidak serta merta menyegerakan azab atau kemarahan terhadap orang-orang yang memebrikan sebagian apa yang diberikan-Nya kepada mereka (fakir miskin) dengan cara yang tidak mengenakkan atau tidak mensyukurinya.

Al-Qur’an ini masih tetap mengingatkan manusia kepada sifat Allah Subhanahu Wata’ala agar mereka bisa meniru sifat tersebut secara maksimal. Dan sifat seorang Muslim hendaklah selalu menatap sifat Tuhan Pencipta-Nya. Menuju ketinggian dengan sifat itu sehingga meraih apa yang sudah ditetapkan baginya sesuai kemampuan dasarnya.

Setelah pengaruh hati mencapai tujuannya, setelah menampilkan visualisasi kehidupan yang berkembang dan memberikan sebagain perumpamaan bagi orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah, dengan tidak diiringi oleh cercaan dan tidak pula oleh cacian dan setelah menjelaskan bahwa Allah itu tidak membutuhkan sedekah seperti itu karena Dia adalah Maha Pemberi rezki serta tidak pula terburu-buru dalam kemarahan, maka Allah mengarahkan pembicaraan-Nya kepada orang-orang beriman agar tidak membatalkan sedekah mereka dengan cercaaan dan cacian. Setelah itu, Dia menghadirkan sebuah pemandangan yang menakjubkan, atau dua pemandangan yang menakjubkan yang singkron dengan pemandangan pertama yakni, pemandangan “tanaman” dan “pertumbuhan”. Kedua pemandangan tersebut menggambarkan karakter infak yang ikhlas hanya karena Allah dan infak yang dikotori oleh cercaan dan cacian, berdasarkan konsepsi seni (sastra) dalam Al-Qur’an di mana sebuah makna menampilkan suatu gambaran, pengaruh melahirkan gerakan dan situasi yang dapat disaksikan berwujud bagi khayalan :

Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan sipenerima), seperti orang yang menginfak-kan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah) . Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir . (264) Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai) . Dan Allah Maha melihat apa yang kamu perbuat.(265)

Ini adalah pemandangan (visualisasi) pertama. Sebuah pemandangan yang sempurna yang berpaut dari dua sisi pemandangan yang terbalik, baik bentuk, kondisi mapun buah (hasil)nya. Bagi setiap pemandangan terdapat sisi-sisi parsialnya yang saling singkron atara satu dengan yang lainnya, dari sisi seni melukiskan dan menampilkannya. Gambaran tersebut juga sesuai dengan apa saja yang menyerupainya berupa perasaan dan makna yang melukiskan objek pemandangan secara keseluruhan untuk dicantohkan, diwujudkan dan dihidupkan… “ Seperti orang yang menginfakkan hartanya karena riyak (dilihat orang) dan tidak beriman kepada Allah dan hari Akhir”…

Orang seperti itu tidak merasakan seruan keimanan dan keceriaannya. Akan tetapi dia balut hatinya dengan balutan riyak. Hati yang licin yang dibalut riyak itu digambarkan dengan sebuah batu yang tidak subur dan tiak pula lunak dan dibalut debu yang menutupinya dari penglihatan. Sebagaimana juga riyak menutupi hati yang kosong dari keimanan. “Lalu ditimpa hujan lebat, maka jadialah ia bersih”. Hujan lebat itu menghapus tanah yang sedikit tadi. Maka batu itu muncul dengan kegersangan dan kekerasannya yang tidak dapat menumbuhkan tanaman dan menghasilkan buah. Demiakian juga dengan hati yang mengiringi infaq dengan riyak kepada manusia, maka (infak itu) tidak akan membuahkan dan tidak akan mendapatkan ganjaran.

Adapun pemandangan kedua yang berlawanan dalam visualisasi ini, yakni hati yang dipenuhi keimanan, berseri-seri yang berinfak “hanya mencari ridha Allah”… Ia infakkan dengan penuh kepercayaan yang kuat dalam kebaikan yang muncul dari keimanan yang terhunjam dalam lubuk hati saniubari… Jika hati yang keras yang ditutupi riyak diumpamakan dengan batu keras nan licin yang ditutupi oleh sedikit tanah, maka hati orang Mukmin diumpamakan bagaikan taman. Taman yang subur dan memiliki kedalaman tanah yang berlawanan dengan tanah tipis yang membalut batu tadi…

Taman yang beridiri di atas tanah yang subur yang berlawanan dengan batu yang dibalut dengan tanah yang sedikit. Yang demikian itu agar pemandangan sesuai dalam bentuknya… Ketika hujan lebat datang, maka tanah yang subur itu tidak akan terbawa hujan lebat tersebut sebagaimana ia menghapus tanah yang membalut batu licin itu. Bahkan hujal lebat tersebut akan menambah kehidupan dan kesuburan tanah itu dan membuatnya jadi berkembang. “ Maka tanah subur itu disirami hujan lebat dan memberikan buahnya dua kali lipat”.

Hujan lebat itu telah menghidupkannya sebagaimana sedekah menghidupkan hati orang Mukmin, maka hatinyapun bersih dan meningkat hubungannya dengan Allah. Pada waktu yang sama, hartanya juga menjadi bersih dan dilipatgandakan Allah. Demikian pula kehidupan Jamaah Muslimah akan bersih, baik dan berkembang dengan berinfak…Kendati tanah subur itu tidak disirami hujan lebat, gerimispun sudah cukup baginya.

Sesungguhnya itu adalah visualisasi yang sempurna pada dua hal yang saling bertentangan. Memiliki parsial-parsial yang singkron yang ditampilakn dengan cara mukjizat kesesuaian dan pelaksanaan. Menggambarkan dengan pemandangn-pemandangan yang berbentuk bagi setiap lintasan hati. Menggambarkan perasaan-perasaan dan bahasa-bahasa hati yang berhadap-hadapan dengan kondisi-kondisi dan hal-hal yang dapat diindera sehingga memebrikan inspirasi bagi hati untuk memilih jalan dengan mudah dan mengagumkan..

Saat mana visualisasi itu merupakan bagian yang dapat dilihat mata kepala dan mata hati dari sisi lain, dan pakem segala sesuatunya adalah penglihatan Allah (Allah melihat apa saja yang tersembunyi di dalam hati manusia) dan mengenal-Nya melalui (makhluk-Nya) yang zahir, maka datanglah komentar berikutnya sebagai sentuhan bagi hati “ Dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan”…