Ternyata Arti Ta’jil Bukan Makanan Buka Puasa

 

tajilSering kita jumpai ketika bulan Ramadhan tiba, banyak sekali jajanan yang dijual untuk menu berbuka puasa. Mulai dari yang manis-manis sampai yang seger-seger. Seringkali makanan berbuka puasa tersebut disebut dengan ta’jil atau ta’jilan. “Jual Menu Ta’jil” tertulis di depan dagangan mereka. Maka disini kita akan mencoba menelisik apa sebenarnya makna dari kata ta’jil/ta’jilan tersebut.

Kata تَعْجِيْلٌ ta’jiilun kalau dibaca waqaf menjadi تَعْجِيْلْ ta’jiil berasal dari fi’il madhi عَجَّلَ ‘ajjala yang artinya adalah menyegerakan. Sebagaimana dalam hadits, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

لا يَزَالُ اَلنَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ

“Terus-menerus manusia berada dalama kebaikan selama mereka masih menyegerakan buka puasa.” [1]

Kata عَجَّلُوا ‘ajjaluu berasal dari fi’il madhi عَجَّلَ ‘ajjala yang ditambahkan dhomir muttashil [2] هُمْ hum (mereka). Sehingga artinya menjadi mereka menyegerakan. Sedangkan kata ‘ajjala di dalamnya terkandung dhomir muttashil هُوَ huwa (dia).

Kata ‘ajjala jika ditashrif [3] maka menjadi :

عَجَّلَ – يُعَجِّلُ – تَعْجِيْلاً

Di sini ta’jiilan berkedudukan sebagai mashdar [4].

Sehingga kata ta’jiil secara tekstual berarti penyegeraan, bukan makanan buka puasa. Dan juga Ibnu Hajar rahimahullah dalam kitabnya Fathul Bari membuat “Bab Ta’jil Al Fithr” yang artinya “Bab Menyegerakan Berbuka Puasa.”

Wallahu a’lam (source: blog thulabil ilmi)

____________________

[1] HR Al-Bukhari no. 1757 dan Muslim no. 1098 dari Sahl bin Sa’ad radhiyallahu ‘anhu.

[2] Dhomir (kata ganti) yang penulisannya bersambung dengan kata yang lain, baik bersambung dengan isim, fi’il atau huruf.

[3] Perubahan asal suatu kata kepada beberapa kata yang berbeda, untuk mencapai arti yang dikehendaki yang hanya bisa tercapai dengan perubahan tersebut.

[4] Induk kalimat atau akar dari sebuah kata.