Ramadhan di Negeri Kanguru: Kesan dan Tantangan

Gambar: Special iftaar yang digelar oleh Muslim Students Association of The University of Queensland (MSA-UQ), dengan mengundang staf universitas

Kaum muslimin di berbagai penjuru Australia mulai melaksanakan ibadah puasa Ramadhan 1430 H. pada hari Sabtu, 22 Agustus 2009 yang lalu. Pengumuman keputusan ANIC (Australian National Imams Council) mengenai hasil ru’yatul hilal (moon sighting) yang menandai awal Ramadhan disebarkan melalui berbagai media seperti website, milis, dan SMS.

Berdasarkan data sensus penduduk Australia tahun 2006, populasi muslim di Australia mencapai 340 ribu orang atau 1,71% dari jumlah penduduk. Latar belakang kaum muslimin Australia cukup beragam. Mereka berasal dari Asia Selatan, negara-negara Arab, Semenanjung Balkan, Asia Tenggara, Afrika, maupun orang Australia sendiri. Sebagian besar muslim Australia berdomisili di kota Sydney dan Melbourne.

Kota-kota besar lain seperti Perth, Brisbane, dan Adelaide juga mempunyai populasi muslim cukup banyak. Memang terdapat fenomena umum di mana kaum muslimin dari latar belakang tertentu merasa lebih nyaman berinteraksi intensif dengan sesama bangsanya. Meski demikian, hubungan antar-elemen kaum muslimin secara umum terbilang cukup baik.

Ramadhan ini adalah Ramadhan kedua yang saya jalani di Negeri Kanguru ini. Tahun ini Ramadhan bermula pada akhir musim dingin, di mana temperatur udara masih cukup menggigit pada malam dan subuh hari. Memasuki bulan September, kaum muslimin menjalani Ramadhan di musim semi yang ditandai dengan menghangatnya temperatur udara dan memanjangnya waktu siang.

Berpuasa di sebuah negeri dengan mayoritas penduduk non-muslim tentu mempunyai tantangan tersendiri. Seolah tidak ada perbedaan antara bulan Ramadhan dengan bulan-bulan yang lain. Rumah makan dan kafeteria tetap buka seperti biasa. Orang-orang tetap dengan santai makan dan minum pada siang hari di rumah makan di tepi jalan, sambil berbincang, ataupun sambil berjalan. Suhu udara yang mulai panas juga berkorelasi dengan selera berpakaian orang-orang di sini, terutama para pemudinya, yang semakin terbuka.   Ramadhan menemukan kemeriahannya hanya di hati tiap muslim yang bersukacita. Tanpa acara religi di media massa, tanpa spanduk ucapan selamat yang membentang di jalan-jalan. Masjid dan mushalla terasa lebih hidup di bulan Ramadhan. Di mushalla kampus dan masjid-masjid, shalat Tarawih dan shalat Shubuh berjamaah diikuti oleh banyak jamaah. Di Brisbane, terdapat berbagai macam kegiatan Ramadhan yang diadakan oleh komunitas muslim Indonesia maupun komunitas muslim lintas bangsa, seperti diskusi Ramadhan dengan non-muslim dan muallaf, buka puasa bersama, pengajian-pengajian kecil yang digelar berbagai kalangan, seminar-seminar yang membahas berbagai tema, pesantren Ramadhan untuk anak-anak, hingga i’tikaf bersama di sepuluh hari terakhir.

Aktivitas buka puasa bersama digelar di mushalla kampus dan masjid-masjid. Karena beberapa sebab, antara lain aktivitas akademik yang cukup menyita waktu, saya belum berkesempatan menikmati acara buka bersama di masjid-masjid Brisbane dan sekitarnya. Namun berbuka di mushalla kampus pun cukup representatif menggambarkan suasana buka bersama di sini.

Di mushalla universitas-universitas di Brisbane, penyediaan makanan berbuka dilaksanakan secara bergilir oleh komunitas muslim dari berbagai negara. Sebagaimana tahun lalu, saya berkesempatan mencicipi masakan khas dari berbagai negeri. Masakan Indonesia juga menemukan sensasinya tersendiri karena dinikmati di negeri orang, dan turut disantap oleh kaum muslimin lintas bangsa.

Komunitas muslim Indonesia di Australia pun mendapat lebih banyak kesempatan untuk mendapatkan siraman rohani dari ustadz-ustadz dari Tanah Air selama bulan penuh berkah ini. Dengan disponsori oleh PKPU melalui program “Safari Dakwah Ramadhan ke Australia”, Ustadz Cahyadi Takariawan (pengasuh Jogja Family Center) menyapa kaum muslimin Indonesia di Sydney, Melbourne, Brisbane, dan Adelaide. Sedangkan Ustadz HM Suharsono (General Manager Pendayagunaan PKPU) direncanakan mengunjungi Perth, Darwin, Adelaide, Melbourne, dan Sydney. Di samping itu, anggota Komisi Fatwa MUI yang juga Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Prof. DR. Fathurrahman Jamil, M.A., juga direncanakan akan menyampaikan ceramah di hadapan kaum muslimin Indonesia di Sydney, Melbourne, Brisbane, dan Adelaide.

Meski berada di rantau orang, semoga amal ibadah Ramadhan ini menjadi salah satu sarana untuk terwujudnya satu sasaran: terinternalisasinya nilai-nilai taqwa dalam pribadi-pribadi muslim…

Kiriman Salim Darmadi, mahasiswa Indonesia di University of Queensland, Brisbane http://salimdarmadi.multiply.com/