Beratnya Beban Hidup Rakyat?

Rakyat akan terus mengalami penderitaan. Seperti penderitaan itu tak putus-putus. Harapan untuk hidup menjadi lebih baik semakin pupus. Rakyat hidupnya terus di dera dengan kenaikan-kenaikan yang mengakibatkan mereka semakin terpuruk.

Pemerintah dan DPR telah menyetujui dengan kenaikan TDL (Tarif Dasar Listrik), yang besarannya rata-rata 6-18 persen. Kanaikan itu akan memberatkan para rakyat yang menengah ke bawah. Kenaikan TDL itu akan membuat pelanggan rumah tangga dengan daya 1.300 VA harus mengeluarkan biaya untuk tambahan rata-rata  Rp 24 ribu perbulan. Sedangkan untuk pelanggan 2.200 VA, tambahannya Rp 43 ribu perbulan.

Dari sisi anggaran, keputusan pemerintah mungkin bisa dimaklumi. Adanya kenaikan harga minyak dunia membuat ongkos produksi listrik semakin membengkak. Tetapi, lagi-lagi yang mendapat beban adalah rakyat. Padahal, pemerintah mestinya melakukan sejumlah kebijakan penghematan yang lebih drastis untuk mengurangi kenaikan TDL.

Karena dengan kenaikan itu, pasti mempunyai akibat yang sistemik, terutama di bidang ekonomi, dan akan mendorong kenaikan harga-harga kebutuhan pokok rakyat. Sementara itu, pendapatan dan penghasilan rakyat terus menyusut dengan adanya inflasi yang terus mendera mereka.

Kenaikan TDL ini juga akan disusul dengan kenaikan harga BBM, benar-benar akan memukul kehidupan rakyat menengagh dan kecil. Mereka yang menggantungkan kehidupan dari sektor informal akan terkikis dengan adanya kenaikan-kenaikan yang sekarang sudah diputuskan oleh pmerintah dan DPR.

Belum lagi, kalangan kelas menengah kebawah akan menghadapi tahun ajaran baru pendidikan, yang pasti akan membutuhkan berbagai kebutuhan, yang berkaitan dengan biaya pendidikan, dan pasti juga ikut melambung. Mulai dari tingkat sekolah TK, SD, SLTP, SMU, sampai perguruan tinggi, pasti akan menyedot biaya yang tidak sedikit.

Bagaimana mereka yang bekerja di sektor informal nasib mereka, dan masa depan terutama anak-anak mereka? Mereka yang bekerja sebagai pedagang asongan, penjual mie ayam, pejual gorengan, tukang ojek, dan buruh-buruh di pabrik, yang gajinya hanya setingkat UMR, yang tidak sampai mencapai Rp 2 juta setiap bulannya? Bagaimana mereka dapat menggapai hidup dan menyekolahkan anak mereka?

Sementara itu, rakyat disuguhi dengan berbagai berita yang sangat menusuk, di mana partai-partai politik masih memaksa untuk mendapatkan dana aspirasi yang setiap anggoata DPR akan mendapatkan Rp 15 milyar rupiah. Jumlah dana aspirasi ini akan membebani anggaran pemerintah APBN, yang jumlahnya triliun rupiah, dan semestinya dapat digunakan untukmeningkatkan kesejahteraan kaum miskin,yang masih banyak terperosok dalam kubangan kemiskinan yang menyedihkan. Tetapi sekarang, DPR tetap mematok adanya dana aspiri yang sudah disetujui Badan Anggaran.

Sementara itu, gagasan yang konon, akan ada listrik gratis untuk rakyat miskin, hanyalah menjadi berita yang kosong, karena faktanya pemerintah dan DPR telah menyepakati kenaikan TDL. Tidak mungkin sekarang ini dapat memberikan pelayanan yang murah kepada rakyat, dengan adanya kebijakan-kebijakan yang semuanya mengakibatkan semakin beratnya beban rakyat.

Alasan fihak PLN menaikkan TDL adalah dalam rangka untuk melakukan investasi baru, terutama untuk membuat jaringan dan pembuatan pembangkit baru, tetapi yang ironi, semua beban itu, mengapa harus dipikulkan kepada rakyat.

+++

Dengan ini rubrik dialog sebelumnya kami tutup, dan kami menyampaikan terima kasih atas perhatian dan partisipasi para pembaca eramuslim.