Mengapa Ikhwan Dimusuhi Pemerintah Mesir?

Sejak berdirinya Jamaah Ikhwan tahun 1928, hingga kini tak berhenti permusuhan pemerintah Mesir terhadap Ikhwan. Permusuhan dari satu pemeritahan ke pemerintahan lainnya terus berlangsung. Mulai dari Raja Farouk, Nuqrasyi Basya, Najib, Gamal Abdul Nasser, Anwar Sadat, sampai Marsekal Hosni Mubarak, mungkin juga Omar Sulaiman.

Pendiri Jamaah Ikhwan tewas di zamannya Raja Farouk, di tembak di jalanan kota Cairo, dan dokter tak mau menolongnya, ketika dibawa ke rumah sakit. Ketika jenazahnya di bawa ke pemakaman, Raja Farouk melarang pengikutnya mengantarkan jenazahnya, sehingga yang mengantarkan jenazahnya hanya isteri anaknya yang masih kecil.

Pemerintahan Nuqrasyi Basya, melarang Jamaah Ikhwan, Desember 1948, dan sekaligus melarang mekakukan aktivitas, dan tidak boleh melakukan pertemuan-pertemuan. Pelarangan ini menimbulkan kemarahan di jalan-jalan Cairo. Nuqrasyi melakukan penangkapan besar-besaran terhadap anggaota dan pemimpin Ikhwan.

Sesudah itu, Perdana Menteri Nuqrasyi Basya tewas ditangan seorang mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Cairo. Dengan meninggalnya Nuqrasyi itu, penggantinya Ibrahim Basya Abdul Hadi, kemudian melakukan tangan besi, membalas kematian Nuqrasyi. Pemerintah menangkap sejumlah ulama dan tokoh Ikhwan, yang dianggap ikut berperan, termasuk Syeikh Abdul Aziz Baqli dan Syeikh Sayyid Sabiq, yang dituduh mengeluarkan fatwa pembunuhan.

Kematian Nuqrasyi Basya itu, membawa bencana bagi Jamaah Ikhwan, dan pemerintah Mesir waktu itu, melakukan kekejaman yang luar biasa terhadap anggota dan para pemimpin Ikhwan. Tetapi semuanya dilalui oleh para anggota dan pemimpin Ikhwan dengan sabar. Hasan al-Banna berkaitan dengan pembunuhan Perdana Menteri Nuqrasyi Basa itu menegaskan, “Mereka bukan Ikhwan, bahkan mereka bukan Muslim..”, tegasnya.

Phase berikutnya konflik dengan Gamal Abdul Naser, di mana pada awalnya hubungan antara Ikhwan dan Nasser berlangsung baik. Tetapi, hanya beberapa saat, dan berubah. Nasser yang mempunyai ambisi menguasai Mesir itu, kemudian berubah pikiran. Perlahan-lahan perbedaan antara Nasser dengan pemimpin Ikhwan Hasan Hudaibi itu semakin tajam, dan tidak terjembatani. Hasan Hudaibi, seorang ahli hukum, yang menjunjung prinsip-prinsip hukum, tak dapat menerima pikiran Gamal Abdul Nasser.

Maka, ketika Jenderal Najib digulingkan dan digantikan oleh Gamal Abdul Nasser, menurut Mohamad Al-Ghazali, dinilai sebagai tahun bencana bagi Ikhwan. Bukan hanya dibubarkan dan dilarang oleh pemerintahan Nasser, tahun 1956, tetapi terjadi penangkapan besar-besaran, dan hukuman mati, dan bahkan tokoh-tokoh Ikhwan banyak yang digantung. Seperti Sayyid Qutb, Abdul Qadir Audah, dan sejumlah tokoh lainnya. Inilah phase yang paling kelam dalam sejarah Ikhwan.

Mereka para anggota dan tokoh Ikhwan dimasukkan ke penjara militer di Liman Thuroh, dan mengalami penyiksaan, sebelum akhirnya mereka dihukum mati oleh Nasser. Tetapi, para tokoh-tokoh Ikhwan, tak ada, yang meminta maaf, dan mau bergabung dengan Nasser. Termasuk Sayyid Qutb, sebelum digantung, ditemui oleh seorang perwira, dijanjikan akan dibebaskan dan bahkan ditawari jabatan, kalau mau meminta maaf bersedia berkerjasama dengan pemerintahan Gamal Abdul Nasser, tetapi menolak.

Kematian Nasser digantikan oleh Anwar Sadat, seorang perwira militer, dan mula-mula Sadat bersikap baik dengan Ikhwan, tetapi itu tidak lama. Sesudah terjadinya perang Oktober 1973, kemudian Anwar membangun hubungan dengan Israel. Melalui perjanjian Camp David, dan tahun 1978, perjanjian itu ditandatangani oleh Anwar Sadat. Sadat melakukan kunjungan ke Tel Aviv, dan berpidato di depan Knesset (parlemen), Israel. Ini menandai babak baru hubungan antara Mesir dengan Israel, yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Sadat tewas saat menghadiri perayaan hari ulang tahun angkatan bersenjata Mesir, 6 0ktober 1978, dan kemudian digantikan oleh wakilnya Marsekal Hosni Mubarak. Seorang perwira muda, Khaled Islambouli menembak mati Anwar Sadat.

Peristiwa pembunuhan ini dikisahkan oleh seorang pengarang terkemuka Mesir Thaha Ramadhan, tentang ‘Kemarau Kemarahan”, di mana rakyat Mesir marah dengan perjanjian damai itu, sementara Mesir tidak mendapatkan apa-apa dari perjanjian itu. Dengan perjanjian itu, artinya dunia Arab telah dilucuti oleh Israel.

Perjanjian itu dilanjutkan oleh Mubarak, hingga 30 tahun kemudian, dan tetap Mubarak melanjutkan sikapnya seperti pendahulunya terhadap Ikhwan, tidak ramah. Banyak para tokoh Ikhwan yang ditahan dan dipenjarakan oleh Mubarak. Bahkan, Mubarak mendukung Israel dalam melakukan isolasi terhadap Hamas di Gaza, yag dilakukan oleh Israel.

Mubarak yang akan pergi digantikan oleh Jenderal Omar Sulaiman, Kepala Intelijen Mesir, dan seperti pendahulunya, kekuasaan di Mesir selalu dipegang militer.

Inilah karakter pemerintahan Arab terhadap gerakan Islam. Tidak pernah memberikan kesempatan untuk hidup. Mengapa demikian?

+++

Dengan ini rubrik dialog sebelumnya kami tutup, dan kami menyampaikan terima kasih kepada para pembaca.