Sulitnya Melawan 'Kebohongan' SBY

Ada yang menarik dalam pengungkapan kritik tokoh-tokoh lintas agama terhadap kebohongan pemerintahan SBY, pekan lalu. Selain pada cakupan dari para tokoh yang tampil, juga bagaimana SBY merespon kritik dengan istilah kebohongan tersebut.

Para tokoh lintas agama yang tampil memperlihatkan keragaman tokoh agama yang ada. Di antaranya Ketua PP Muhammadiyah Din Syamsuddin, KH Shalahuddin Wahid, Syafii Maarif, Pendeta Frans Magnis Suseno, Bikkhu Pannyavaro Mahathera, Pendeta Andreas A Yewangoe, dan lain-lain.

Cakupan tokoh lintas agama yang tampil ini memang masih menyelipkan tanda tanya. Antara lain, kenapa beberapa tokoh Islam yang punya pengaruh besar seperti PB NU, MUI, dan tokoh-tokoh Islam lain yang tidak terekrut. Bukankah di sinilah adanya celah perlawanan balik dari pemerintah dengan memanfaatkan yang tidak diikutkan itu.

Hal ini memperlihatkan sebuah kesan bahwa lebih mudah merekrut tokoh agama non muslim ketimbang sesama tokoh Islam sendiri. Padahal, secara ril pengaruh tokoh Islam jauh lebih kuat dan berbobot dari pada tokoh agama lain. Kesan lain, tokoh agama lain seperti lebih sensitif dengan persoalan bangsa daripada tokoh-tokoh Islam sendiri.

Awalnya, pemerintahan SBY tampak begitu panik. Melalui Menkopolhukam, kritik tokoh-tokoh agama dengan sebutan kebohongan dijawab dengan kritik yang lain. Tapi akhirnya, atas gagasan Din Syamsuddin sendiri saling merespon kritik itu pun berujung pada dialog langsung dengan Presiden SBY.

Apa yang dikhawatirkan para pengamat pun akhirnya terjadi. Sepertinya, SBY memanfaatkan usulan dialog langsung dari Din Syamsuddin untuk menggembosi, paling tidak, mencairkan gerakan lintas agama ini.

Momentum acara dialog diseting sedemikian rupa seolah ini menjadi persoalan seluruh tokoh agama di Indonesia. Dengan begitu, mereka yang tidak terekrut dalam gerakan lintas agama ini akhirnya menjadi alat untuk meredam kritik.

Forum dialog yang tiba-tiba batal disiarkan secara langsung oleh media ini, akhirnya tak lebih menjadi forum dialog dan diskusi para tokoh agama dan pemerintah untuk kebaikan bangsa. Sementara, gagasan awal berupa kritik ‘kebohongan’ pemerintahan SBY menjadi sekadar pro kontra di antara para tokoh yang hadir.

**

Redaksi mengucapkan terima kasih atas komentar dan kritik para pembaca pada Dialog sebelumnya. Semoga bisa bermanfaat untuk kita semua.