Hati-hati dengan Kata “Sial”

“Sial banget aku hari ini seharian penuh aku kena masalah mulu, bener kata ibu kalau bulan Suro bikin sial!” ungkap si Fulan kesal.

Wow jangan sembarangan bilang sial, nanti kena getahnya lho. Maksudnya? Penasaran ya? Sabar dulu ya! Kita coba kenali dulu dunia ramal-meramal sebelum beranjak ke kata sial yang penuh misteri ini.

Bentuk Ramalan Masa Kini

Kita pasti tahu dan mungkin telinga kita tidak asing lagi mendengar istilah zodiak. Yupz bener banget. Zodiak berarti ramalan yang berdasar pada letak dan konfigurasi bintang-bintang di langit. Rubrik zodiak sekarang ini memang sedang digemari remaja. Mereka seakan bergantung dengan deretan kata-kata peramal supaya hari-hari mereka bisa diantisipasi sejak dini. Semisal peramal menyebutkan bahwa hari ini sial maka dilarang untuk bepergian, mungkin remaja yang membacanya spontan akan mengikuti titah peramal.

Hal ini akan berlangsung lama apabila para remaja tak henti-hentinya dijejali dengan produk-produk haram seperti zodiak melalui rubrik zodiak di majalah atau koran. Rubrik zodiak sering mengangkat tentang pantangan apa yang mesti dihindari, seluk-beluk masa depan orang-orang yang lahir pada bulan tertentu, rezekinya bagaimana, dan jodohnya seperti apa yang dapat ditaksir melalui bintang tertentu.

Dengan ini anak muda seakan menjadikan zodiak sebagai pedoman sehingga mengurangi dan mampu menghilangkan kepercayaan mereka terhadap takdir Allah Subhanahu wa Ta’ala. Naudzubillahi min dzalik

Tidak hanya zodiak saja lho yang termasuk dalam dunia ramal-meramal. Sebagian orang mungkin tidak tahu bahwa dunia ramal-meramal sudah banyak menodai kehidupan manusia dan sudah menjadi wabah penyakit yang perlu dicegah. Banyak kalangan baik orang yang berkelas, berjabat tinggi, berpendidikan tinggi maupun orang tidak berkelas, tidak memiliki jabatan tinggi, dan tidak berpendidikan apabila ada pergantian tahun seringkali meminta diramal oleh peramal atau tidak mendengar siaran TV, radio, serta membaca majalah yang secara khusus membahas ramalan.

Ini bukanlah fenomena yang langka, melainkan sudah menjadi tradisi apabila ada pergantian tahun peramal laris manis diberi berbagai pertanyaan dan diminta untuk meramal. Entah itu meminta apa baiknya yang dilakukan pada tahun depan atau sekadar ingin meminta wejangan dari peramal yang sekarang ini juga dapat dengan mudah dikonsumsi melalui media Ponsel.

Ada juga kebiasaan orang Jawa yang secara terselubung ternyata mengarah ke dunia ramal-meramal. Pelupuk mata dan tangan kanan bergerak-gerak atau istilah Jawanya keduten dianggap orang akan menerima uang banyak atau akan ditemui oleh orang yang lama tidak ketemu dan memberi kabar gembira. Diam-diam kebiasaan orang jawa ini termasuk meramal juga lho. So, hati-hati kawan!

Kita tahu bahwa suatu perbuatan yang berkaitan dengan dukun atau peramal pasti akan berdampak buruk dan banyak memberikan mudharat. Sholatnya tidak diterima oleh Allah selama 40 hari serta masuk jurang kekufuran.

Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, “Barangsiapa yang mendatangi dukun dan menanyakan tentang sesuatu lalu membenarkannya, maka tidak diterima shalatnya 40 malam.” (HR. Muslim dari sebagian istri Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam)

“Barangsiapa yang mendatangi dukun (peramal) dan membenarkan apa yang dikatakannya, sungguh ia telah ingkar (kufur) dengan apa yang dibawa Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam.” (HR. Abu Dawud)

Menguak Arti Kata Thiyarah (Kesialan)

Itu tadi sekilas membahas tentang dunia ramal-meramal dari segi bentuk dan akibat mendekatinya. Nah, habis ini kita beranjak ke misteri thiyarah. Thiyarah apaan ntu?

Teman-teman mungkin merasa asing dengan kata thiyarah. Sebelumnya kita sudah sedikit tahu tentang dunia ramal-meramal, ini sebagai bekal untuk mendalami apa itu thiyarah. Pasalnya, istilah thiyarah sangatlah lekat dengan dunia ramal-meramal sehingga tak ada salahnya memahami keburukan dunia ramal meramal sebelum memahami thiyarah.

Secara bahasa, kata thiyarah (kesialan/pamali) adalah isim mashdar dari kata tathoyyur yang mana asal katanya adalah tho` irun yang berarti burung sehingga thiyarah diartikan merasa sial ketika melihat jenis burung tertentu atau merasa sial dengan alasan lain, sebagaimana dikatakan al Imam Ibnu Hajar al-Asqalani. Sedangkan secara istilah thiyarah artinya menjadikan atau menyandarkan kesialan kepada sesuatu yang dilihat atau yang didengar atau yang diketahui.

Produk Thiyarah Terpopuler

Kebanyakan orang memang tidak menyadari kalau ternyata apa yang mereka anggap sial entah itu ketika melihat burung, mendengar suara burung hantu atau gagak, menganggap sial angka tertentu atau mungkin merasa sial pada hari atau bulan tertentu akan berujung pada kemisteriusan yang akan menodai aqidah seseorang. Nakutin banget!

Ternyata thiyarah sudah populer di zaman Jahiliyyah lho. Mau tahu? Zaman jahiliyah pastinya zaman yang tidak lepas dengan berbagai kemungkaran dan kebodohan.

Orang-orang pada zaman jahiliyah menganggap bahwa beberapa jenis burung, suara manusia atau binatang membawa sial. Sebelum melakukan aktivitas mereka menggunakan burung untuk meramal hari ini baik atau tidak untuk beraktivitas.

Apabila burung terbang ke arah kanan, mereka siap beraktivitas. Akan tetapi, bila burung terbang ke arah kiri, mereka mengurungkan niat untuk beraktivitas karena dianggap hari ini sial. Namanya zaman jahiliyah pasti selalu diwarnai dengan berbagai sikap yang sarat dengan kemungkaran. Betul nggak?

Kemudian, Rasulullah datang memberikan cahaya di zaman kegelapan (zaman jahiliyah), Rasulullah menjelaskan bahwa anggapan sial atau thiyarah adalah bathil. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, artinya, “Tidak ada thiyarah (sial karena burung) dan tidak ada kesialan (karena makhluk tertentu).”

Anggapan sial yang sudah mengakar di zaman jahiliyah belum juga lenyap di kehidupan umat manusia. Ilmu pengetahuan teknologi yang sudah maju pun tidak mampu melenyapkan thiyarah sebagai warisan konyol zaman jahiliyah.

Seharusnya dengan kemajuan di dunia IPTEK, semua hal-hal yang berbau klenik salah satunya thiyarah mampu ditangkal, tetapi nyatanya negara-negara maju seperti Eropa dan Amerika masih percaya dengan hal-hal yang tak bernalar tersebut.

Salah satu budaya dunia barat yang berkaitan dengan thiyarah dan yang sudah meracuni generasi-generasi muda di Indonesia yaitu budaya anggapan sial terhadap angka 13. Angka 13 divonis sebagai angka sial bukanlah hal yang aneh di kehidupan masyarakat, di mata masyarakat angka 13 penuh misteri.

Ada negara tertentu sampai tidak menuliskan angka 13 pada apa-apa yang mereka miliki, seperti penduduk di New Zealand. Karena sikap penduduk yang berlebihan pada angka 13, negara ini sering ketiban masalah salah satunya masalah perbedaan paham.

Orang Jawa pun memiliki kebiasaan yang mengarah ke thiyarah yaitu menganggap sial bulan Muharram. Mereka tidak mau melakukan acara pernikahan atau hajatan lain di bulan Muharram atau istilah Jawanya bulan Suro karena mereka takut akan tertimpa kesialan atau masalah.

Anggapan sial terhadap bulan Muharram (bulan Suro) tersebut tidak beralasan. Keyakinan ini bisa menyeret kita ke lubang kesyirikan dan juga penjatuhan kaffarat sebagaimana yang dijelaskan Nabi Shallallahu’alaihi wasallam “Barangsiapa yang (kepercayaan) thiyarahnya mengurungkan hajat (yang hendak dilakukannya) maka ia telah berlaku syirik, mereka bertanya : Wahai Rasulullah , apa kaffarat (tebusan) dari padanya? Beliau bersabda : Hendaklah salah seseorang dari mereka mengatakan : “ ya Allah, tiada kebaikan kecuali kebaikan dari Engkau, tiada kesialan kecuali kesialan dari Engkau dan tidak ada sembahan yang hak selain Engkau [Hadits riwayat Imam Ahmad : 2/220, As silsilah Ash shahihah no : 1065 (hadits ini lemah, sebaiknya disebutkan dengan menerangkan kelemahannya, bin Baz)].

Bulan Muharram termasuk satu dari empat bulan yang mulia. Maka, tidaklah pantas orang menganggap sial bulan yang mulia ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman “Artinya : Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, diantaranya empat bulan haram (mulia). Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu” [At-Taubah : 36]

Say No Thiyarah!

Thiyarah janganlah dianggap remeh. Serangannya begitu cepat. Thiyarah produk haram yang harus dibuang jauh-jauh dari kehidupan umat muslim. Anggapan sial terhadap angka-angka tertentu seperti angka 13, menganggap sial terhadap bulan-bulan tertentu seperti bulan Muharram (bulan Suro), dapat mengurangi kesempurnaan tauhid kita dan Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam berlepas diri dari mereka yang berkeyakinan dengan thiyarah dan tidak termasuk golongan Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam sebagaimana sabda beliau, “Tidak termasuk golongan kami orang yang melakukan atau meminta tathayyur, meramal atau meminta diramalkan (dan saya kira juga bersabda) dan yang menyihir atau yang meminta disihirkan [Hadits riwayat at Thabrani dalam Al Kabir : 18 / 162, lihat shahihul jami’ no : 5435].

Sebagai hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala kita tidak ingin khan terpisah dari golongan Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam. Oleh karena itu, kita harus senantiasa bertawakal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala apabila kita tertimpa sesuatu yang tidak kita inginkan.

Masalah atau cobaan yang menimpa kita adalah takdir yang sudah digariskan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” Jangan terlalu mudah bilang sial pada waktu atau hari hanya gara-gara kita tertimpa masalah, bisa-bisa kemudahan mulut kita berkata sial tersebut membuat kita masuk jurang kesyirikan baik itu syirik kecil atau syirik akbar jika hati kita benar-benar menyakini bahwa apa yang menjadi penyebab suatu masalah gara-gara angka, burung atau hari. اَلطِّيَرَةُ شِرْكٌ اَلطِّيَرَةُ شِرْكٌ “Thiyaroh adalah kesyirikan, thiyaroh adalah kesyirikan”. (HR. Abu Daud dan At-Tirmidzy dan dishohihkan oleh Al-Albany dalam Ash-Shohihah no. 429)

Buanglah jauh-jauh thiyarah dari hati kita. Anggaplah semua yang terjadi itu adalah ketetapan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan dibalik ketetapan itu Allah ada pelajaran berharga yang harus dipecahkan dengan cara yang baik oleh umat muslim.

Eva Khofiyana, Mahasiswi UNS Solo, Aktifis FLP ranting Solo, E-mail: [email protected]