Benang Merah Perjuangan Pahlawan dan Perjuangan Aktivis Dakwah Kampus

Baru saja bangsa Indonesia terkena cobaan berupa gempa bumi yang terjadi di daerah Padang Sumatra Selatan. Kepedulian warga negara Indonesia terhadap saudaranya kembeli butuh pembuktian. Demikian pula dengan dengan kaum muslim, seberapa besar itsar yang dilakukan pada saudaranya yang ada di sana pada saat itu. Tidak sedikit dari para pemuda yang menjadi relawan di sana. Akan tetapi peristiwa tersebut sekarang seolah telah usai. Saat ini persoalan yang harus diselesaikan seolah hanya permasalahan KPK dan Polri atau yang dikenal cicak vs buaya.

Bencana yang menimpa daerah Padang tidak muncul lagi. Para pemuda atau para aktivis tersibukkan oleh kejadian yang menimpa KPK tersebut. Kemudian bagaimana dengan para pemuda yang tergabung dalam Lembaga Dakwah Kampus?

Semua lembaga dakwah kampus pasti memiliki visi yang besar dalam mensyiarkan Islam di kampus yang bersangkutan. Meskipun Lembaga dakwah kampus yang satu dengan lembaga dakwah kampus yang lain memiliki cara berdakwah yang berbeda-beda, tetapi cita-cita mereka sama yaitu Islamisasi Kampus.Perjuangan yang dilakukan oleh aktivis dakwah kampus ada irisannya dengan perjuangan yang dilakukan para pahlawan. Bedanya para pahlawan dahulu berjuang melawan para penjajah.

Pada intinya ada persamaan yaitu sama-sama “berjuang”. Semangat persatuan yang menggelora dalam dada mampu mengusir para penjajah. Secara logika, kemenangan tidak mungkin didapatkan. Peralatan yang dimiliki tidak imbang. Para pahlawan hanya membawa senjata bambu runcing. Penjajah membawa senjata yang sudah modern. Akan tetapi senjata itu terkalahkan oleh semangat persatuan para pemuda. Persatuan tanpa membedakan golongan, tanpa membedakan idealisme yang dimiliki. Mereka memiliki satu kesamaan cita-cita yaitu mempertahankan kemerdekaan bangsa. Dan itu benar-benar dibuktikan saat berperang dalam medan pertempuran.

Sedikit berbeda dengan perjuangan yang dilakuakan oleh sebagian aktivis dakwah kampus. Perbedaan yang harokah yang dimiliki oleh aktivis yang satu dengan yang lain sering kali menjadi penghambat dalam mewujudkan Islamisasi kampus. Banyak para aktivis yang terjebak dalam fanatik yang berlebihan akhirnya mudah untuk dijadikan sebagai kendaraan oleh orang-orang yang berkepentingan. Alasan utama yang dilontarkan adalah demi menjaga sinergitas dakwah. Yang menjadi pertanyaan, sinergitas untuk siapa? Apakah sinergitas untuk dakwah kampus yang sebenarnya dengan melibatkan semua harokah karena kita punya satu pedoman yang sama yaitu Al Quran dan As-Sunah? Ataukah sinergitas untuk kalangan tertentu saja?

Inilaha yang sebenarnya memacu banyak kerugian dalam dakwah itu sendiri. Bahkan apa yang dilakukan bisa jadi bernilai nol. Teori fisika tentang resultan gaya sepertiny sesuai untuk mengambarkan ini peristiwa ini. Disatu sisi mengeluarkan gaya yang besar ke arah utara dan disisi lain dilakukan gaya yang besar pula ke arah selatan, maka resultan gaya yang dilakukan adalah nol. Bisa jadi ini adalah realitas hasil dakwah yang terjadi.

Lembaga dakwah kampus sudah seharusnya menaungi kegiatan dakwah yang ada dalam kampus yang bersangkutan. Dan tidak bisa dihindari bahwasannya yang notabandnya berisi orang-orang yang intelek akan berpotensi memliki perbedaan “pandangan”. Ketika pandangan berakar kuat dan sulit untuk dipahamkan maka potensi perpecahan dalam umat sendiri akan terjadi. Apa yang terjadi jika kita sesama umat Islam saling bercerai berai hanya karena perbadaan tersebut. Apa lagi pada saat ini beredar adanya isu teroris yang masuk kalangan aktivis. Jika isu ini tidak ditindak lanjuti oleh para aktivis dakwah kampus secara keseluruhan, maka tujuan mulia dari dakwah itu sendiri akan terhambat atau justru malah gagal ditengah perjalanan.

Untuk itu sudah saatnya lembaga dakwah kampus menjadi sarana bersama bagi semua aktivis dakwah yang masih mengakui Al Qur’an dan As- Sunah sebagai pedomannya. Bukan saatnya dakwah kampus hanya terlihat bergerak untuk kepentingan tertentu, yang bukan untuk kepentingan umat Islam secara keseluruhan. Saatnya Lembaga Dakwah Kampus yang sudah bisa menyatukan semua elemen aktivis dakwah tampil sebagai promotor. Ini demi kepentingan bersama dalam syiar kampus. Jika lembaga dakwah kampus masih saja berkutik pada permasalahan bahwa ini aktivis dakwah dari A, ini dari B, maka bersiaplah menerima perpecahan dalam kampus itu sendiri.

Bersiaplah menerima hambatan dari saudara sendiri. Saatnya para aktivis dakwah kampus bersatu dalam membicarakan masalah umat, bukan membicarakan masalah kepentingan. Dengan begitu perjuangan yang dilakukan untuk Islamisasi kampus insyaAlloh akan tercapai. Wallahu a’lam bis-shawab.

Penulis:
Wahidunnaba
; mahasiswa fisika ITS
Organisasi : Pesma SDM-IPTEK dan Community Of Santri Scholars Of Ministry Of Religion Affairs
Pernah aktif Lembaga Dakwah Kampus
Email :[email protected]
Blog :www.wahidunnaba.multiply.com