Indonesia, Tanah Pusaka Untuk Bumiputera Sebagai Pemilik Yang Sah, Bukan Asing dan Bukan Aseng

Eramuslim.com – Disana tempat lahir beta, dibuai dibesarkan bunda, tempat berlindung dihari tua, hingga akhir menutup mata.  

Itulah sepotong bait lagu yang melukiskan sebuah kecintaan kepada Indonesia dan harapan bahwa Indonesia kelak akan menjadi tempat berlindung dihari tua, dan menjadi tempat akhir menutup mata. Sebuah harapan berbasis kecintaan kepada Indonesia. Siapapun ingin menutup mata terakhir kali dipelukan orang yang dicintai, begitu jugalah kenapa penulis lagu tersebut ingin menutup mata terakhir kali dipelukan bumi Pertiwi.

Harapan dalam lagu tersebut terus menggema dan menjadi harapan bagi setiap orang Indonesia yang cinta bangsanya. Namun melihat situasi saat ini, sepertinya harapan dalam lagu itu menjadi sangat sulit dipenuhi. Banyak orang tua terusir dari rumahnya atas nama penataan kota. Banyak orang tua tidak tahu akan menutup mata dimana karena tempat berlindungnya dibongkar paksa tanpa ada yang melindungi.

indonesia-pusakaKemana lagi rakyat ini akan mengadu? Semua saluran mengadu tidak perduli atas duka dan keprihatinan rakyatnya. Lembaga kepresidenan  bahkan terdiam seakan mengamini. Rakyat digusur tanpa perikemanusiaan, kemudian dibangun pemukiman mewah untuk menampung kalangan mampu.

Negara tidak lagi hadir untuk semua golongan secara adil. Negara berubah menjadi layaknya sebuah perusahaan yang wajib menghasilkan laba bagi pemegang sahamnya. Pemerintah bekerja laksana management perusahaan yang diangkat pemegang saham dan mutlak bekerja hanya melaksakan amanat pemegang saham demi keuntungan pemegang saham, sementara rakyat dijadikan objek ekploitasi kepentingan.   Ini adalah bentuk penyimpangan pelaksanaan negara yang seharusnya rakyat adalah tuan dan pemerintah adalah pelayan rakyat.

Indonesia itu tanah pusaka. Indonesia itu tanah leluhur bukan tanah imigran. Indonesia itu dibangun dan dibentuk dari darah dan nyawa para pejuang bangsa. Didirikan atas kesadaran luhur para leluhur bangsa yang terdiri dari suku suku asli Indonesia yang menyebar diseluruh nusantara dalam bentuk pemerintahan kerajaan-kerajaan nusantara dengan berbagai macam budayanya.

Indonesia for Indonesian, Indonesia untuk Orang Indonesia, Merdeka atau Mati*, begitulah sepotong kalimat-kalimat pendek masa revolusi kemerdekaan yang tertulis ditembok, dinding dan tentu didalam jiwa para pejuang dan pendiri bangsa ini.

Dengan begitu, siapakah kita ini sekarang hingga berani melecehkan kalimat-kalimat perjuangan diatas dengan menyerahkan Indonesia kepada bangsa asing? Indonesia dimerdekakan untuk orang Indonesia. Apa yang dilakukan oleh pemerintah sekarang diduga membawa bangsa ini menjadi embel-embel bangsa asing dengan mengabaikan kedaulatan negara demi kekuasaan. Apakah ini harus dibiarkan?

Indonesia itu tanah pusaka. Titipan anak cucu Indonesia yang harus dijaga dan dilindungi segenap tumpah darahnya. Membangun tanpa menggadaikan kedaulatan adalah kata kunci keutuhan negara karena memimpin bukanlah kepura-puraan jadi pemimpin. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang melindungi segenap tumpah darah Indonesia, bukan yang menggadaikan negara demi kekuasaan.

Sekali lagi, INDONESIA ITU TANAH PUSAKA, bukan tanah rampasan. Pusaka yang tidak boleh diserahkan kepada bangsa asing. Pusaka yang harus diteruskan turun-temurun kepada generasi penerus yang punya genetika Indonesia bukan kepada yang pura-pura jadi orang Indonesia.

Mari jaga Tanah Pusaka, kita lawan segala bentuk upaya penghilangan identitas kepusakaan Indonesia. Indonesia untuk orang Indonesia….!! Mari bersatu, satukan langkah satukan hati, rebut Indonesia dari penjajahan baru. Bersatu menangkan Jakarta untuk rakyat… menangkan Indonesia untuk Indonesia…!

Oleh: Ferdinand Hutahea (Aktivis Rumah Amanat Rakyat)