Mengulik Kristenisasi

salibOleh : Abu Azizah  <[email protected]>

Kasus kristenisasi yang membonceng Car Free Day di Jakarta dan di solo memaksa saya untuk kembali membuka dunia kristologi yang sudah lama saya tinggalkan. Saya lebih memilih mempelajari zionisme dan perang pemikiran lain yang lebih menantang ketimbang kristenisasi yang cenderung berpola sama. Hampir pasti coraknya adalah Musang Berbulu Domba. Bahkan lebih ekstrem lagi apa yang ditunjukan oleh Saksi Yehowa pada Car Free Day di solo.

Kasus pertama yg membuat saya memutuskan mempelajari kristologi adalah murtadnya 1 keluarga di kampung saya akibat ketidakmampuan mengobati kanker yang bersemayam di perut anak bungsunya. Puncak dari kasus kristenisasi paling ekstrem yg saya ikuti adalah diculiknya Yopi Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Lampung oleh salah satu mahasiswa Kristen di fakultas yang sama.

Tak ada larangan menyebarkan agama. Agama apapun itu. Bahkan menyebarkan agama merupakan aktifitas mulia yang akan mendapatkan ganjaran pahala dari Tuhan. Namun permasalahannya akan berbeda ketika aktifitas itu dilakukan dengan cara-cara di luar norma kepatutan bahkan cenderung menyimpang dan atau dengan cara-cara kotor.

Dalam Kristen sendiri, amanat agung kristenisasi tertuang dalam Matius 28:19 yang berbunyi: “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus.

Tidak ada yg salah dengan ayat di atas. Yang salah adalah cara yang ditempuh. Sayangnya Alkitab dalam hal ini Perjanjian Baru justru memberikan rangsangan yang kurang baik dalam melakukan penyebaran Kristen. Beberapa ayat justru memberikan lampu hijau penyebaran Kristen dengan cara-cara kotor.

Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.” (Matius 10:16). Ayat ini jelas memberikan peluang besar bagi umat Kristen untuk melakukan berbagai tindak kecurangan dalam penyebaran agama. Dalam Kristen ular merupakan hewan paling cerdik yang telah memperdaya istri Adam yakni Hawa sehingga ia memakan buah pohon pengetahuan yang menyebabkan ia dan suaminya Adam terusir dari taman eden. Kisahnya dapat dibaca pada Kitab Kejadian 3:1-23.

Ayat di atas menjadi pendorong para gembala Yesus merelakan sebagian hartanya, waktunya, pemikirannya untuk melaksanakan ayat ini. Mereka berani ‘blusukan’ ke daerah-daerah terpencil dengan membawa sembako dan beberapa kebutuhan mendasar masyarakat daerah tujuan untuk diberikan secara cuma-cuma. Atau mereka berani menghabiskan jutaan rupiah untuk menanggung biaya pengobatan, pendidikan, dan biaya-biaya vital lain dengan konvensasi tentunya.

Di ayat lain, Paulus tak ketinggalan memberikan metode yang kurang baik dalam melakukan penginjilan. “Tetapi jika kebenaran Allah oleh dustaku semakin melimpah bagi kemuliaan-Nya, mengapa aku masih dihakimi lagi sebagai orang berdosa?” (Roma 3:7). Nampak jelas di ayat ini. Bahwa berdusta untuk kebenaran Allah boleh-boleh saja. Dengan catatan bahwa dusta yang dilakukan hanya untuk kemulyaan Allah. Maka tak heran muncul oknum yang mengaku sebagai mantan muslim dari pesantren lalu bersaksi bagaimana ia murtad dan memilih Yesus sebagai juru selamat. Walau kadang kesaksiannya terlihat absurd dan menggelikan. Atau oknum yang berpura-pura baik atau bahkan berpura-pura masuk islam untuk dapat menikahi putri seorang muslim. Setelah punya momongan atau pada momen-momen penting si oknum menampakan aslinya. Inilah yang terjadi pada Asmirandah.

Lebih rinci, 1 Korintus 9:19-22 menjabarkan teknik lain. Kalau boleh saya menyebutnya Teknik Bunglon. “Sungguhpun aku bebas terhadap semua orang, aku menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang. Demikianlah bagi orang Yahudi aku menjadi seperti orang Yahudi, supaya aku memenangkan orang-orang Yahudi. Bagi orang-orang yang hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku sendiri tidak hidup di bawah hukum Taurat, supaya aku dapat memenangkan mereka yang hidup di bawah hukum Taurat. Bagi orang-orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku tidak hidup di luar hukum Allah, karena aku hidup di bawah hukum Kristus, supaya aku dapat memenangkan mereka yang tidak hidup di bawah hukum Taurat. Bagi orang-orang yang lemah aku menjadi seperti orang yang lemah, supaya aku dapat menyelamatkan mereka yang lemah. Bagi semua orang aku telah menjadi segala-galanya, supaya aku sedapat mungkin memenangkan beberapa orang dari antara mereka.

Ayat di atas secara gambling memberi keleluasaan bagi para penginjil untuk berpura-pura dan hidup seperti bunglon. Asalkan bisa memenangkan sebanyak mungkin orang. Inilah yang menjadi dasar para tokoh Kristen amat memuji dan dekat dengan para tokoh Islam Liberal. Lihat saja bagaimana mereka memuji dan mendewakan Gus Dur. Gus Dur begitu dielu-elukan pada saat berpidato di hadapan puluhan ribu umat Kristen yang bersatu menolak RUU Sisdiknas waktu itu. Intinya, tidak masalah melakukan apapun kebiasaan umat lain asal bisa memenangkan mereka. Ya itulah setidaknya yang dilakukan seorang teman Kristen saya waktu kuliah yang berpura-pura puasa pada bulan ramadhan.

Memang beroleh selamat dalam Kristen itu amat sangat mudah. Tak perlu bertele-tele dengan segala macam tetek bengek ritual. Cukup melakukan apa yang Paulus ajarankan. “Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan.” (Roma 10:9)

Sayangnya apa yang dibawa Yesus bukan untuk semua bangsa seperti apa yang ada pada Matius 28:19 di atas. Di tempat lain Yesus dengan jelas mengabarkan bahwa apa yang dia bawa hanyalah untuk gembala yang hilang dari orang-orang yahudi. “Kedua belas murid itu diutus oleh Yesus dan Ia berpesan kepada mereka: “Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.” (Matius (10:5-6).

Bahkan lebih ekstrem, Yesus sampai harus berlaku rasialis untuk mempertegas bahwa dia bukan untuk umat di luar Israel. “Jawab Yesus: ‘Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.’ Tetapi perempuan itu mendekat dan menyembah Dia sambil berkata: “Tuhan, tolonglah aku.” Tetapi Yesus menjawab: ‘Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.’” (Matius 15:24-26). Meski dengan cara menyembah sekalipun, tetap saja apa yang Yesus bawa tidak diperuntukan untuk umat di luar Israel. Dan jangan memaksa kalau tidak ingin seperti anjing.

Dalam sebuah percakapan dengan Petrus yang dicatat Matius 19:28, terungkap bahwa yang akan dihakimi kelak di hari pembalasan hanyalah kedua belas Suku Israel saja. Di luar itu bersiap-siap saja untuk terlantar dan terkatung-katung selamanya di hari penghakiman. Sebab memang Yesus bukan untuk umat di luar Israel. “Kata Yesus kepada mereka: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada waktu penciptaan kembali, apabila Anak Manusia bersemayam di takhta kemuliaan-Nya, kamu, yang telah mengikut Aku, akan duduk juga di atas dua belas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel.’

Jadi sebenarnya kristenisasi yang dilakukan oleh mereka di luar umat Israel hanyalah kesia-siaan saja. Usaha mereka tidak akan pernah dihargai oleh Yesus. Bahkan Yesus akan memandang mereka tidak lebih mulia dari ANJING.

Akan lebih baik mengikuti tokoh yang maksud oleh Yohanes Pembaptis berikut ini: “Aku membaptis kamu dengan air sebagai tanda pertobatan, tetapi Ia yang datang kemudian dari padaku lebih berkuasa dari padaku dan aku tidak layak melepaskan kasut-Nya. Ia akan membaptiskan kamu dengan Roh Kudus dan dengan api.” Matius (3:11). Teman-teman Kristen berkesimpulan bahwa tokoh tersebut adalah Yesus. Namun Yohanes Pembaptis berani membaptis Yesus. Dan sampai saat ini pembaptisan dalam Kristen masih menggunakan air sebagaimana Yesus membaptis juga dengan air.

Di ayat lain, Yesus mengabarkan tokoh yang saya maksud. “Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu.” (Yohanes 16:7). Tokoh ini oleh teman Kristen disimpulkan sebagai Roh Kudus. Namun bukankha Roh Kudus itu bagian dari Trinitas dan merupakan manunggal dengan Yesus? Dan Roh Kudus sudah ada dan turun ke bumi jauh sebelum Yesus dan Yohanes Pembaptis lahir. Lihat Lukas 1:8-16.

Jadi jelas tokoh tersebut bukanlah Yesus atau Roh Kudus. Tapi tokoh lain yang lebih besar dari Yohanes Pembaptis, membaptis dengan Roh Kudus dan api, datang setelah Yesus meninggal.