Mencintai dan Mendoakan Non Muslim

sigit1Assalamualaikum Ustadz,

Saya seorang muslimah berusia 25 tahun. Saat ini saya sedang menyukai seorang lelaki yang beragama nasrani. Hubungan kami hanya sebatas saling mengenal saja. Akan tetapi saya berharap bahwa kelak dia akan menjadi seorang muslim meskipun pada akhirnya dia bukan jodoh saya. Saya mengerti masalah hidayah hanya Allah SWT yang mengetahui. Lalu, sampai batas manakah saya bisa berdoa agar dia sekiranya bisa mendapat hidayah. Atas jawaban dan perhatiannya saya sampaikan terima kasih. Wassalamualaikum, wr, wb.

Waalaikumussalam Wr Wb

Saudara Tika yang dimuliakan Allah swt

Memang cinta adalah misteri yang kekuatannya sering memperdaya orang-orang yang merasakannya dan menjadikan mereka berbuat apa pun untuk dapat menyempurnakannya. Ia adalah perasaan hati seseorang yang muncul dikarenakan ketertarikan terhadap sesuatu yang dia sukai.

Begitulah yang terjadi pada diri anda ketika anda mencintai seorang laki-laki yang beragama Nasrani. Tentunya ada sesuatu (kelebihan) didalam diri orang itu yang menjadikan anda begitu tertarik kepadanya hingga berniat untuk melanjutkan hubungan dari sekedar saling kenal menjadi saling mengasihi dan mencintai.

Apapun yang menjadi daya tariknya terhadap anda namun ada satu hal yang sangat mendasar yang perlu anda perhatikan sebagai seorang muslimah, sebagaimana disebutkan Allah swt yaitu agamanya. Inilah yang harus menjadi pertimbangan pertama dan utama bagi anda didalam melihat calon pasangan anda karena didalam sebuah rumah tangga yang menjadi pemimpinnya adalah suami. Suamilah yang paling banyak memegang peranan dan kendali didalamnya hingga dalam pembentukan karakter keluarga dan anak-anaknya. Dia lah yang paling bertanggung-jawab terhadap kesalehan orang-orang yang ada dibawah kendalinya itu. Tentunya jika ia seorang yang shaleh maka akan membawa istri dan anaknya menjadi orang-orang yang shaleh begitu pula sebaliknya.

Firman Allah swt.:

وَلاَ تَنكِحُواْ الْمُشْرِكَاتِ حَتَّى يُؤْمِنَّ وَلأَمَةٌ مُّؤْمِنَةٌ خَيْرٌ مِّن مُّشْرِكَةٍ وَلَوْ أَعْجَبَتْكُمْ وَلاَ تُنكِحُواْ الْمُشِرِكِينَ حَتَّى يُؤْمِنُواْ وَلَعَبْدٌ مُّؤْمِنٌ خَيْرٌ مِّن مُّشْرِكٍ وَلَوْ أَعْجَبَكُمْ أُوْلَئِكَ يَدْعُونَ إِلَى النَّارِ وَاللّهُ يَدْعُوَ إِلَى الْجَنَّةِ وَالْمَغْفِرَةِ بِإِذْنِهِ وَيُبَيِّنُ آيَاتِهِ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ

Artinya : “Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.” (QS. Al Baqoroh : 221)

Ayat itu menjelaskan bahwa bagaimana pun tetap seorang muslim lebih baik dihadapan Allah swt daripada orang-orang musyrik (non muslim) betapa pun daya tarik yang dimilikinya.

Betul… anda belumlah sampai ke tingkat pernikahan namun ada baiknya mempertimbangkan hal itu sejak dini karena tentunya hubungan yang akan anda bina dengan orang itu akan bermuara kepada suatu pernikahan juga sebagaimana suatu kaidah menyebutkan “Tutuplah suatu jalan (keburukan)”.

Namun andai pun anda tetap berkeinginan bersamanya maka janganlah anda menikah dengannya sebelum dirinya menjadi seorang muslim dan betul-betul anda yakini bahwa keislamannya—jika Allah kehendaki—adalah benar bukan hanya tipuan dan main-main sebagaimana kebanyakan dari mereka. Para ulama telah bersepakat bahwa diharamkan bagi seorang wanita muslimah menikah dengan seorang laki-laki non muslim.

Adapun tentang hukum seorang muslim yang berdoa agar seseorang yang kafir mendapatkan hidayah maka hal ini tidaklah dilarang sebagaimana terdapat didalam beberapa hadits shahih diantaranya :

1. Dari Abu Hurairoh berkata bahwa Thufail bin ‘Amr ad Dausiy—Thufail bin ‘Amr (ad Dausiy) mendatangi Nabi saw—dan berkata,”Sesungguhnya (orang-orang) Daus telah celaka, maksiat dan enggan maka berdoalah kepada Allah untuk mereka.’ Lalu beliau saw bersabda,’Wahai Allah berilah petunjuk kepada (orang-orang) Daus dan berangkatlah kamu menemui mereka.” (HR. Bukhori dan Muslim)

2. Diriwayatkan dari Abu Hurairoh yang mengatakan bahwa aku mengajak ibuku memeluk islam sementara dia masih musyrik maka dia memperdengarkan kepadaku tentang Rasulullah sesuatu yang aku tidak menyukainya. Aku pun mendatangi Rasulullah saw sambil menangis aku mengatakan,”Wahai Rasulullah sesungguhnya aku mengajak ibuku memeluk islam tapi dia enggan terhadapku dan hari ini pun aku mengajaknya dan dia memperdengarkan kepadaku tentang dirimu yang aku tidak menyukainya. Maka berdoalah kepada Allah agar Dia swt memberikan petunjuk (hidayah) kepada ibu Abu Hurairoh. Rasul pun bersabda,’Wahai Allah berikanlah petunjuk kepada Ibu Abu Hurairoh.’ Maka aku pun keluar dengan gembira karena doa Nabi Allah swt. Tatkala aku datang saat itu ibuku dalam keadaan kering dan ia mendengar langkah kedua kakiku dan dia berkata,’diam di tempatmu.’. kemudian aku mendengar suara air, Abu Hurairoh berkata—ibuku mandi dan mengenakan pakaian panjangnya dan bersegera mengenakan khimar (kerudung hingga ke dada) lalu membuka pintu sambil berkata,’Wahai Abu Hurairoh Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya.’—Abu Hurairoh berkata—maka aku pun kembali menemui Rasulullah saw—aku menemuinya dengan tangisan gembira—Abu Hurairoh berkata—aku mengatakan,’Wahai Rasulullah bergembiralah sungguh Allah telah mengabulkan doamu dan Dia swt telah memberikan hidayah kepada ibu Abu Hurairoh.’ Beliau saw pun memuji Allah dan berkata,’selamat.’—Abu Hurairoh berkata—aku berkata,’Wahai Rasulullah berdoalah kepada Allah agar memberikan kepadaku dan ibuku kecintaan kepada sesama hamba-Nya yang beriman dan memberikan kepada mereka kecintaan kepada kami—dia berkata—maka Rasulullah saw bersabda,’ Wahai Allah berikanlah kedua hamba-Mu ini—yaitu Abu Hurairoh dan ibunya—kecintaan kepada hamba-hamba-Mu yang beriman dan berikanlah kepada mereka kecintaan kepada orang-orang beriman.” Maka tidaklah ada seorang mukmin yang tercipta dan didengar olehku walau aku tidak melihatnya kecuali orang itu pasti mencintaiku.” (HR. Muslim)

Wallahu A’lam