Nasib Orang Tua Rasulullah saw.

sigit1Assalammu’alaikum wr. wb

Pak Ustad Saya mau tanya tentang apakah orang tua Rasul, apakah masuk surga atau neraka. karena yang saya tahu saat itukan islam belum turun .dan agama yang mereka anut apa.

apakah mereka mati dalam keadaan islam, bertauhid, atau kafir.

terima kasih ustad

jazakallah khairon katsiro

wassalammu’alaikim wr.wb

al fakir

Waalaikumusslam Wr Wb

Saudara Sigit yang dirahmati Allah swt

Didalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Anas bahwa seseorang telah bertanya kepada Rasulullah saw,”Wahai Rasulullah dimanakah ayahku? Beliau saw menjawab,’di neraka.’ Ketika orang itu berlalu maka (Rasul) memanggilnya dan mengatakan,’Sesungguhnya ayahku dan ayahmu di neraka.” (HR. Muslim)

Didalam hadits lain yang juga diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairoh bahwasanya Rasulullah saw bersabda,”Aku meminta izin kepada Tuhanku untuk memohon ampun buat ibuku maka Dia tidak mengizinkanku dan aku meminta izin untuk menziarahi kuburnya maka dia mengizinkanku.”

Syeikh Athiyah Saqar mengatakan bahwa para ulama telah membicarakan tentang kedua orang tua Nabi saw dan mereka berdua telah meninggal sebelum diutusnya Nabi saw menjadi seorang Rasul saw. Sekelompok ulama mengatakan bahwa mereka berdua selamat (dari neraka) seperti halnya orang-orang ahli fatroh–orang-orang yang hidup setelah masa nabi Isa as hingga diutusnya Nabi Muhammad saw, pen—sebagaimana firman-Nya :

وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولاً

Artinya : “Dan Kami tidak akan meng’azab sebelum Kami mengutus seorang rasul.” (QS. Al Isra : 15)

Sementara para ulama yang lain mengatakan bahwa mereka berdua bukanlah orang-orang yang beriman. Mereka berdalil dengan hadits Abu Hurairoh diatas yang dikuatkan oleh firman Allah swt ;

Artinya : “Tiadalah sepatutnya bagi nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahanam.” (QS. Al Isra : 113)

Kelompok pertama memberikan jawaban kepada mereka dengan mengatakan bahwa tidak adanya izin dari Allah untuk memohon ampunan bukanlah dalil terhadap kekufuran sebagaimana Nabi saw tidak menshalatkan seorang meninggal yang memiliki utang padahal ia bukanlah orang kafir dan tidak dibolehkannya memohon ampunan bagi orang-orang musyrikin setelah jelas bahwa mereka adalah para penghuni neraka jahanam dan hal itu setelah datang kepada mereka da’wah islam. Adapun kedua orang tua Rasulullah saw tidaklah sampai kepada mereka berdua da’wah islam dikarenakan mereka meninggal sebelum diutusnya Nabi saw sebagai Rasul. (Fatawa al Azhar juz VIII hal 237)

Terhadap hadits Abu Hurairoh diatas, Imam Nawawi mengatakan bahwa hadits itu menjelaskan tentang larangan memohon ampunan buat orang-orang kafir. (Shahih Muslim bi Syarhin Nawawi juz V hal 64)

Al ‘Alamah Abu Thoyib al Abadi mengatakan bahwa makna “maka Dia tidak mengizinkanku” dikarenakan dia (ibunya saw) masih kafir dan memohon ampunan buat orang-orang kafir tidaklah diperbolehkan. (Aunul Ma’bud juz IX hal 39 – 40)

Adapun pendapat orang-orang yang mengatakan telah disebutkan didalam sebuah hadits bahwa Allah swt telah menghidupkan kedua orang tua Rasulullah sehingga mereka berdua masuk islam melalui tangannya kemudian keduanya meninggal setelah itu ?

Maka Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa hal itu tidak pernah diriwayatkan oleh seorang ahli hadits pun bahkan para ahli ma’rifah telah bersepakat bahwa itu adalah dusta dan bualan belaka. Walaupun Abu Bakar al Khatib telah meriwayatkan hal itu didalam kitabnya “as Sabiq wal Lahi” dan disebutkan oleh Abul Qasim as Suhailiy didalam “Syarhu as Siroh” dengan sanad yang didalamnya banyak orang-orang yang tidak dikenal dan juga telah disebutkan oleh Abu Abdillah al Qurthubi didalam “at Tadzkiroh” dan tempat-tempat lainnya maka tidaklah ada perselisihan antara ahli ma’rifah bahwa perkataan itu adalah hadits palsu yang paling nyata kebohongannya sebagaimana dinyatakan oleh ahli ilmu bahwa perkataan itu tidak terdapat didalam buku-buku yang menjadi rujukan didalam hadits, tidak didalam as Shahih, as Sunan dan tidak didalam musnad dan lainnya dari buku-buku hadits yang dikenal serta tidak juga disebutkan oleh para penulis buku peperangan dan tafsir walau terkadang mereka meriwayatkan hadits-hadits lemah bersamaan dengan hadits-hadits shahih. Karena kebohongan hal itu tidaklah tersembuyi bagi pada ahli agama.

Seandainya yang seperti itu terjadi… maka sesungguhnya hal itu adalah perkara yang luar biasa dilihat dari dua sisi : dari sisi menghidupkan orang yang telah meninggal dan dari sisi beriman setelah meninggal.

Kemudian Syeikhul Islam mengatakan bahwa hal itu bertentangan dengan al Qur’an, sunnah yang shahih dan ijma. Firman Allah swt :

إِنَّمَا التَّوْبَةُ عَلَى اللّهِ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السُّوَءَ بِجَهَالَةٍ ثُمَّ يَتُوبُونَ مِن قَرِيبٍ فَأُوْلَئِكَ يَتُوبُ اللّهُ عَلَيْهِمْ وَكَانَ اللّهُ عَلِيماً حَكِيماً ﴿١٧﴾
وَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ حَتَّى إِذَا حَضَرَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ إِنِّي تُبْتُ الآنَ وَلاَ الَّذِينَ يَمُوتُونَ وَهُمْ كُفَّارٌ أُوْلَئِكَ أَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا ﴿١٨﴾

ِArtinya : “Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, Maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan : “Sesungguhnya saya bertaubat sekarang”. dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. bagi orang-orang itu telah kami sediakan siksa yang pedih.” (QS. An Nisaa : 17 – 18)

Maka Allah swt menjelaskan bahwa tidak ada taubat bagi orang yang meninggal dalam keadaan kafir.

Artinya ; “Maka tatkala mereka melihat azab kami, mereka berkata: “Kami beriman hanya kepada Allah saja, dan kami kafir kepada sembahan-sembahan yang telah kami persekutukan dengan Allah”. Maka iman mereka tiada berguna bagi mereka tatkala mereka telah melihat siksa kami. Itulah sunnah Allah yang telah berlaku terhadap hamba-hamba-Nya. dan di waktu itu binasalah orang-orang kafir.” (QS. Al Mukmin : 84 – 85)

Allah swt telah memberitahu bahwa sunnah-Nya terhadap hamba-hamba-Nya adalah tidak bermanfaatnya keimanan setelah melihat siksaan, lantas bagaimana setelah kematian? Dan nash-nash lain yang sejenis.

Didalam shahih Muslim disebutkan,”Bahwa seorang laki-laki bertanya kepada Nabi saw,”Dimana ayahku?’ Beliau saw bersabda,’Sesungguhnya ayahmu didalam neraka.’ Dan tatkala orang itu berpaling maka Nabi saw memanggilnya dan bersabda,’Sesungguhnya ayahmu dan ayahku berada di neraka.”

Didalam shahih Muslim, bahwa Nabi saw bersabda,”Aku meminta izin Tuhanku untuk menziyarahi kubur ibuku maka Dia mengizinkanku dan aku meminta izin untuk memohon ampun buatnya maka Dia tidak mengizinkanku. Maka berziarahlah kalian sesungguhnya hal itu mengingatkan (kalian) akan akherat.”. Didalam Musnad dan yang lainnya beliau saw bersabda,”Sesungguhnya ibuku dan ibumu di neraka.’ (Majmu’ al Fatawa juz IV hal 325 – 326)

Wallahu A’lam

Ustadz Sigit Pranowo Lc

Bila ingin memiliki  karya beliau dari  kumpulan jawaban jawaban dari Ustadz Sigit Pranowo LC di Rubrik Ustadz Menjawab , silahkan kunjungi link ini : Resensi Buku : Fiqh Kontemporer yang membahas 100 Solusi Masalah Kehidupan…