Sepeda Motor Untuk Dakwah Islam Di Daerah Terpencil Pegunungan Bromo-Semeru

Foto0074Kondisi jalan yang becek, penuh lumpur, membuat berkali-kali naik turun sepeda motor untuk menuntun dan mendorongnya, demikianlah perjalanan menuju daerah binaan dakwah  di kawasan pegunungan Bromo-Semeru. Apalagi jika musim hujan, licinnya semakin menjadi-jadi dan rasa was-was pun bertambah, lantaran sisi kanan dan kiri jalan terdapat jurang yang dalam.

“Medan yang kami lalui memang bermacam-macam, tetapi ya namanya daerah pegunungan tidak akan jauh kondisinya dengan seperti ini,” ujar Abdul Wahid, da’i yang sudah lama berdakwah di pelosok-pelosok daerah di sekitar pegunungan Bromo dan Semeru, Jawa Timur ini mengungkapkan, saat menemani tim Badan Wakaf Al Qur’an (BWA) meninjau daerah binaan dakwahnya.

Sesampainya di Desa Bungkus, salah satu lokasi yang menjadi target dakwah di kawasan gunung Semeru, seperti biasa da’i yang biasa disapa Gus Wahid ini membersihkan bajunya dari kotoran lumpur yang banyak menempel. Bergegas, ia melanjutkan perjalanan ke beberapa rumah warga yang sudah menjadi kontakan dakwahnya dengan raut wajah penuh kegembiraan.

Ditemani 7 orang da’i lainnya yang memiliki visi yang sama, Gus Wahid merapihkan barisan dakwah dengan membentuk sebuah komunitas berbadan hukum, dengan nama LPS Garda Muda, kependekan dari Lembaga Pendidikan dan Sosial – Gerakan Da’i Peduli Mualaf  dan Dhuafa.

Alhamdulillah, sejak memulai perjalanan dakwahnya di Suku Tengger, kawasan Gunung Bromo, kini mulai merambah ke daerah pegunungan sebelah utaranya, yakni kawasan Gunung Semeru. Di kawasan Semeru ini, terdapat dua kecamatan yang sudah satu tahun menjadi lahan dakwah tim Garda Muda. Yakni, Kecamatan Senduro dan Kecamatan Gucialit.

Di kawasan Gunung Semeru ini, tim Garda Muda kesulitan menjangkau daerah-daerah terpencil tersebut, “Karena jalannya sangat rusak sekali, sehingga waktu tempuhnya jadi lama apalagi menggunakan motor bebek yang kami miliki ini,” ungkap Gus Wahid.

Sambutan Dakwah Ditengah Masyarakat Beragama Hindu   

Ketua dari tim Garda Muda ini cukup gigih menyampaikan dakwah islam. Ia memulai dakwah dengan perkenalan dan sambung hati dengan salah seorang warga. “Awalnya kita membicarakan masalah pertanian misalnya, lalu saling memberikan pendapat dan masukan. Akhirnya kita sentuh masalah tauhid pelan-pelan,” beber Gus Wahid.

Setelah sekian kali berkunjung, lanjutnya, Alhamdulillah lama kelamaan sudah satu kampung bisa kenal semua. Tak sedikit, sebagian warga mau bersyahadat dan mengaku sangat lega perasaannya setelah memeluk Islam.

Supoyo (40), salah seorang tokoh dusun Pusung Duwur, Desa Argosari Kecamatan Senduro salah satunya. Ia mengaku tak dapat mengungkapkan perasaannya dengan kata-kata. “Waduh iya pak, sekarang ko dada saya beda rasanya, lega sekali seperti tanpa beban, terus slametannya bagaimana pak?” tanya Supoyo kepada Gus Wahid saking senangnya.

Untuk melancarkan aktivitas dakwah, Gus Wahid meminta dua orang temannya, Ustadz Fattah dan Ustadz Yunus menikah dengan perempuan dari desa Argosari, anak perempuan Supoyo dipersunting oleh Ustadz Fattah. Sejak itu, Alhamdulillah sholat jum’at pun bisa diselenggarakan di desa tersebut.

Di Kecamatan Gucialit, sambutan warga lebih antusias lagi. Eko Setyawan, selaku penanggung jawab wilayah itu menuturkan, meski warga masih mayoritas beragama Hindu, anak-anak mereka dipersilahkan belajar Iqro di majelis yang ia adakan. “Kemarin sempat ikut acaranya Darul Qur’an di Senayan, Jakarta. Padahal sebagian orang tua mereka masih beragama Hindu,” tutur ustadz yang biasa disapa Gus Eko ini.

Berkat antusiasme warga yang cukup tinggi, tim Garda Muda di Kecamatan Gucialit bersama warga kini sedang dalam proses pembangunan sebuah Pondok Pesantren dan sebuah Mushola. Ponpes yang direncanakan bernama Tahfidzul Qur’an Roudhlotul Muhibbin ini dikoordinatori langsung oleh Gus Eko, lokasinya di Dusun Sumber Agung Desa Pakel Selatan.

Gus Wahid, selaku ketua tim Garda Muda sangat bersyukur dapat menyelami berkah dakwah ini. Ia mengajak seluruh kaum muslim untuk mempertahankan suasana dakwah di dua kecamatan kawasan Gunung Semeru ini.  “Selain itu kami membutuhkan dukungan sarana transportasi untuk menempuh perjalanan yang terjal itu. Sepeda motor jenis trail akan sangat membantu dakwah ini,” ungkapnya, menyampaikan harapan.

Bersediakah Anda menyingkirkan hambatan dakwah di sana? Insya Allah, setiap hidayah yang tumbuh di hati dan setiap  ilmu yang didapatkan para mualaf-mualaf baru, akan mengalirkan pahala bagi mereka yang mewakafkan hartanya. []

Klik Disini Untuk Wakaf!