Antara Gawai, Orang Tua, dan Anak

Eramuslim – Digital kini menjadi kebutuhan dasar setiap orang. Selain sandang, pangan, dan papan, kini dibutuhkan pula kuota dan pulsa.

Tidak mengherankan jika sekarang banyak orang lebih memilih menahan lapar demi memiliki smartphone lengkap bersama kuotanya. Sayangnya, fenomena itu berdampak besar terhadap komunikasi di keluarga.

Kesibukan anggota keluarga pada perangkat elektroniknya masingmasing membuat interaksi antara anak dan orang tua hanya sebatas se remonial. “Orang tua hanya bertanya, ‘Sudah makan belum?’ Anak lalu menjawab.

Diskusi mendalam sudah tidak ada lagi. Indikasinya, saat anakanak sudah jarang curhat dan memiliki rahasia, maka yang muncul anak cenderung mudah mendapat pe ngaruh buruk dari luar,” kata pakar parenting Islam Ustaz Bendri Jaisyurrahman saat dihubungi Republika.

Dia menuturkan, kedekatan antara orang tua dan anak sangat penting. Hal itu dicontohkan oleh Nabi Yusuf AS yang sangat dekat dengan ayahnya hing ga tidak ragu menceritakan mim pinya kepada sang ayah.

“Di era digital ini, anak tidak lagi memiliki keinginan curhat buka rahasia ke orang tua. Ka lau orang tua tanya, malah dibilang ke o. Ini menjadi celah para predator seksual dan pengedar narkoba,” ungkap dia.

Solusinya, ujar dia, perkuat bonding atau ikatan batin antara orang tua dan anak. Kedua, harus bijak sekaligus memahami kapan perlunya memperkenalkan gawai ke anak. Terakhir, aplikasikan mengenai hak milik seperti yang termaktub dalam Alquran, surah an-Nisa ayat 6. Ustaz Bendri menyatakan, setiap keluarga Muslim harus mampu menjadikan meja makan sebagai tempat untuk mengobrol serta tertawa bersama. (rol)