Episode Seperti Nabi Nuh dan Asiyah

Dalam hadits yang lain, riwayat Bukhori dan Abu Dzar ra. Rasulullah SAW bersabda: “Tiada seorang yang memaki orang lain dengan kata fasik atau kafir, melainkan kalimat itu kembali pada dirinya sendiri, jika tidak benar demikian keadaan orang yang dimaki.”

Atau kasus lain yang menimpa seorang wanita shalehah. Tak pernah menyangka ia bahwa suaminya tak jujur saat taaruf. Ternyata rumah dan harta yang dimiliki sang suami jauh hari sebelum menikah adalah dari hasil aqad riba. Hutang menumpuk di bank. Tak dikira sama sekali karena sang suami pun aktif mengaji dan beramar ma’ruf nahi munkar. Ketika diingatkan dengan baik-baik bukannya berubah, tapi justru semakin hobi menambah kekayaan dengan aqad yang sama. Mobil pun dibeli dengan hutang riba. Suami bukan tak tahu bahwa Allah telah berfirman, ” “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri, melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila.” (QS Al-Baqarah: 275).

“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan shadaqah.” (QS Al-Baqarah: 276).

Dari Jabir ra, ia berkata. “Rasulullah saw melaknat pemakan riba, pemberi makan riba, dua saksinya dan penulisnya.” Dan Beliau bersabda, “Mereka semua sama.” (Shahih: Mukhtasar Muslim no: 955, Shahihul Jami’us Shaghir no: 5090 dan Muslim III: 1219 no: 1598).

Dari Ibnu Mas’ud ra bahwa Nabi saw bersabda, “Riba itu mempunyai tujuh puluh tiga pintu, yang paling ringan (dosanya) seperti seorang anak menyetubuhi ibunya.” (Shahih: Shahihul Jami’us Shaghir no: 3539 dan Mustadrak Hakim II: 37).

Kedua kasus di atas hanyalah sebuah contoh. Fenomena yang terjadi di masyarakat lebih memprihatinkan lagi. Banyak wanita dan pria yang merasa telah salah memilih, ada yang karena ternyata pasangan berperangai kasar dan hobi selingkuh. Sebab ternyata sang suami atau istri amat keras hati saat nasihat taqwa diberikan, bahkan sangat keras kepala dan menantang saat diingatkan kebenaran. Bukannya berubah menjadi lebih baik, tapi justru semakin buruk.

Sebagai manusia beriman, tentu tak ada satupun yang ingin mengalami seperti kasus di atas. Oleh karena itu, sangat bijak bila memilih pasangan hidup dengan hati-hati. Apalagi kelak ia yang akan menjadi ibu atau bapak anak-anak kita. Baik laki-laki maupun wanita sama saja, yaitu menjadikan panduan untuk memilih pasangan karena agamanya sebagai pertimbangan utama. Rasulullah bersabda, ” dinikahi wanita karena empat perkara, hartanya, keturunannya, kecantikannya dan agamanya, maka pilihlah karena ketaatannya dalam beragama, niscaya akan beruntung,”(Muttafaq’alaih).