Hati Hati Jangan Jadi Isteri Bermasalah

Hati Hati Jangan Jadi Isteri Bermasalah

Allah sungguh telah menjadikan orang-orang yang hidup terdahulu sebagai contoh dan pelajaran terbaik bagi manusia saat ini. Tidak hanya hal-hal kebaikan yang patut diteladani, namun juga Allah menggambarkan keburukan-keburukan yang bisa diambil hikmahnya. Di semua aspek kehidupan, sudah disajikan secara lengkap baik dalam Al Qur’an maupun kisah-kisah kehidupan yang terjadi di masa Rasul-Rasul Allah, juga para sahabat.

Begitu pula halnya dengan contoh-contoh teladan dalam berumah tangga. Selain mengetengahkan pribadi-pribadi mengagumkan yang bisa dijadikan rujukan dalam berumah tangga, termasuk didalamnya tata cara, adab juga akhlak terhadap pasangan hidup. Kita tentu mengenal pribadi-pribadi mengagumkan seperti Rasulullah Muhammad Saw dalam cara memperlakukan istri-istri beliau, Ibrahim alaihi salam yang terkenal begitu santun dan menyayangi istrinya.

Selain daripada itu, Allah juga menampilkan tokoh-tokoh wanita dambaan yang memiliki keluhuran budi dan kemuliaan hati semacam Rahmah istri Nabi Ayub yang sangat setia mendampingi dan merawat suaminya yang menderita sakit parah nan menjijikkan. Ada Asiyah istri Raja Fir’aun yang berhati mulia, penyayang meski sang suami terkenal sebagai orang yang kejam dan tidak manusiawi. Lewat Asiyah lah Allah melindungi Musa kecil hingga menjadi Nabi Allah. Disamping dua wanita tersebut, juga tak kalah hebatnya adalah Siti Khadijah, istri pertama Rasulullah yang termasuk salah seorang yang pertama-tama meyakini kerasulan Muhammad. Bijak, dewasa dan matang bersikap adalah ciri utama dari Khadijah. Aisyah yang cerdas, seharusnya juga menjadi teladan bagaimana seorang istri juga berperan dalam membantu suami memecahkan permasalahan-permasalahan yang ada. Bayangkan betapa berharganya anda sebagai istri yang cerdas dan suami amat membanggakan kecerdasan istrinya.

Yang juga penting untuk dicontoh adalah istri sekaligus ibu seperti Nusaibah binti Kaab yang memiliki semangat pengorbanan begitu tinggi. Suami dan anak-anaknya (juga dirinya) semua ikhlas melebur ke dalam medan jihad membela rasul. Dua istri Nabi Ibrahim, Siti Sarah dan Siti Hajar juga sangat layak menjadi contoh terbaik bagi kita. Sarah yang setia dan Hajar ibunda Ismail yang gigih tak kenal putus asa, juga taat kepada Allah. Kegigihannya diperlihatkan saat harus berlari-lari dari Safa ke Marwah mencari air untuk untuk ananda Ismail yang masih bayi. Sarah juga sangat gigih saat bersama suaminya menghalau godaan syetan saat Allah mengeluarkan perintah kepada Ibrahim untuk menyembelih Ismail.

Namun demikian, dihadirkan pula tokoh-tokoh istri yang bermasalah yang sekiranya bisa menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi kita agar kita senantiasa berlepas diri dari sifat-sifat mereka. Diantaranya, adalah istri Abu Lahab yang membantu suaminya menentang dan memusuhi Rasulullah. Ketaatannya kepada suaminya adalah bentuk ketaatan yang salah karena mengikuti suami untuk menentang kebenaran. Kisah ini kemudian diabadikan Allah dalam salah satu surat dalam Al Qur’an. Kemudian ada Istri Nabi Nuh yang menolak ikut suaminya kepada jalan kebenaran sehingga ia bersama anaknya Kana’an yang juga menentang Nabi Nuh tenggelam oleh karena kesombongannya. Demikian pula istri Nabi Luth yang ikut bersekongkol dalam budaya homo yang terjangkit pada masa Nabi Luth. Pada masa Yusuf, ada wanita yang bernama Zulaikha yang berniat berselingkuh hanya karena tak mampu menahan nafsunya pada ketampanan Yusuf.

Tentu masih akan sangat banyak profil-profil yang bisa ditampilkan untuk dijadikan sebagai pelajaran dan hikmah bagi kita. Seperti halnya kita masih bisa menemukan suami-suami yang taat, teguh pendirian, dan menjaga kemaluannya. Juga istri-istri yang shalihah, taat kepada Allah dan suaminya, setia, sabar, pengertian serta menjaga harga diri dan suaminya. Kita juga masih akan terus bisa menyaksikan para suami dan para istri yang bermasalah. Semoga sebagai istri, kita terhindar dari ketaatan yang salah dengan ikut menentang kebenaran yang juga ditentang suami, sombong dan sama sekali menolak kebenaran padahal suaminya sudah meminta untuk berlaku benar, terpengaruh oleh budaya yang menyesatkan, atau bahkan terbersit niat untuk mengkhianati suami dengan berselingkuh. Masih banyak lagi tentunya, sifat-sifat tercela dan kebiasaan buruk dari orang-orang terdahulu dan juga yang terjadi di sekitar kita saat ini. Dan semoga, kita tak menjerumuskan diri ke dalam golongan orang-orang yang tersesat. Wallahu ‘a’lam bishshowaab (Ummu Hufha)