Kujadikan Masa Penganguran Ini Untuk Berbakti Kepada Orangtua

siluet muslimah“Masih belum bekerja juga?.”

“Kerja dimana sekarang?.”

Pertanyaan-pertanyaan itu terus mengiringiku sejak aku menyelesaikan pendidikan starata 1. Bahkan tetanggaku pun ada yang mencibirku karena aku hanyalah seorang sarjana pengangguran.

Aku sudah berusaha mendapatkan pekerjaan dengan mengirimkan surat lamaran ke perusahaan-perusahaan. Beberapa kali aku mendapatkan panggilan tes kerja namun tidak satu pun membuahkan hasil.

Aku yang tak kunjung mendapatkan pekerjaan merasa malu pada teman-teman kuliahku yang telah bekerja, tetanggaku dan juga pada keluarga besarku. Tidak hanya rasa malu, aku pun tertekan dengan keadaanku yang masih pengangguran.karena aku tidak bisa memberikan apapun kepada orang tuaku setelah mereka mengeluarkan banyak biaya untuk pendidikanku.

Rasa malu yang mendera diriku membuatku enggan keluar rumah. Aku pun lebih banyak menghabiskan waktu dengan mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Tetanggaku pun mengira kalau aku sudah bekerja karena mereka tidak pernah melihatku. Meskipun begitu, aku tetap masih risih karena setiap aku keluar dan bertemu tetanggaku, mereka selalu bertanya kerja dimana aku sekarang.

Keluargaku memang tidak pernah membicarakan tentang aku yang masih belum bekerja. Bahkan ketika aku lulus seleksi administrasi kemendikbud, orang tuaku dan adikku melarangku untuk mengikuti tes cpns di Jakarta dengan alasan Jakarta adalah kota besar yang rawan kejahatan bagi perempuan.

Jika pelarangan mengikuti tes cpns di Jakarta terjadi sebelum aku membaca sebuah hadist yang diriwayatkan oleh HR AL-Bukhori dan Muslim tentang keistimewaan anak perempuan, aku akan bersikukuh untuk pergi mengikuti tes tersebut.

“Barang siapa yang diuji dengan sesuatu dari anak-anak perempuan lalu ia berbuat baik kepada mereka maka mereka akan menjadi penghalang baginya dari api neraka.” (HR AL-Bukhori 1416 dan Muslim 2629)

Hadist tersebut diatas telah membuka pikiran saya bahwa sebagai anak perempuan memberikan limpahan materi bukan satu-satunya wujud bhakti kepada orang tua dan bukan pula satu-satunya cara memberikan kebahagiaan dan kebanggaan pada orang tua.

Diamnya anak perempuan di rumah ternyata mampu memberikan kebaikan kepada orang tua mereka. Bukan limpahan materi yang mampu memberikan kebahagiaan dan kebanggaan kepada orang tua kita melainkan kebaikan akhlak dan budi pekerti kita, anak perempuan mereka yang mampu menjaga harkat dan martabatnya.

Kini, aku bisa menerima keadaanku yang masih pengangguran. Aku yang masih belum bekerja tidak lagi membebani diriku. Aku tidak lagi memandang bahwa aku yang tidak bekerja merupakan kegagalan bagiku maupun orang tuaku. Orang tuaku telah menghantarkan aku meraih S1, bagiku itu merupakan sebuah keberhasilan bagi orang tuaku.

Aku memang tidak bisa memberikan limpahan materi kepada orang tuaku. Aku juga tidak mampu merikan kebanggaan berupa karier yang menjulang tinggi. Namun, aku akan berusaha untuk menjadi wanita sholeha sehingga aku dapat memberikan kebahagiaan dan kebanggaan yang sejati dan abadi kepada orang tuaku.

 

Budi Prastiwi