Rumah Mertua

Rumah adalah tempat bernaung kita semua. Berkumpulnya segenap anggota keluarga secara fisik. Juga tempat berkumpulnya segenap perasaan sacara emosional. Hingga ia menjadi sesuatu yang spesial. Menjadi kenangan seumur hidup. Karena ia tempat tumbuh kembang kita semua.

Di rumah kita dibesarkan oleh orang tua. Dididik dan diasuh hingga mengerti arti kehidupan. Memahami seluk beluk dunia yang fana ini. Hingga seuatu saat kelak kita berharap dapat kembali ke alam keabadian dengan selamat. Melalui bekal ilmu yang ditanamkan orang tua.

Setelah kita dewasa tubuh ini pun siap meninggalkan rumah. Untuk kemudian memabangun rumah sendiri yang berbeda dengan rumah orang tua kita. Melalui bekal yang telah ditanamkan. Bersama keluarga baru kita. Bersama pasangan hidup dan anak-anak jika sudah diberi karunia.

Maka di fase kehidupan tersebut kita akan mendapatkan orang tua baru. Ia adalah mertua kita. Statusnya sama dengan orang tua kandung. Maka curahan bakti menjadi bertambah. Ladang amal sholeh menjadi semakin luas.

Pada fase tersebut saya diberi kesempatan oleh Allah untuk mewujudkan bakti dan cinta kasih. Alhamdulillah rumah mertua saya dapat dijadikan area kerja. Karena beliau atas dasar kesepakatan bersama pindah rumah ke perumahan dekat rumah saya.

Rumah ini awalnya bangunan lama yang agak kusam. Luas tanahnya hanya 50 m2. Hingga saya harus berpikir keras untuk membuat kesan lapang dan luas. Untuk itu box besar di depan menjadi solusinya. Lalu balkon atas menggunakan atap konsol. Ditingkahi kerei bambu yang eksotis, maka rumah ini menjadi salah satu karya seni anak bangsa.

 

Teras nyaman dan segar menjadi daya tarik utama rumah kecil ini. Karena deretan batu alam diselingi rumput yang menjadi landasan taman. Lalu bak tanaman tembok menjadi stopper disain di ujung lahan. Serta atap tritisan teras yang sangat mencirikan arsitektur tropis.

Bak tanaman lantai 2 tampil sebagai pengikat pandangan mata. Karena ia tidak terlalu tinggi. Hingga mata sipit di bawah bak dapat menyapa semua orang. Lubang bolongnya selain berfungsi sebagai angin juga menjadi lubang silaturahim kepada tetangga.

Jadi sebenarnya rumah ini percampuran antara minimalis dan tropis. Langgam saya sebagai anak muda yang ingin berekspresi sesuai dengan zamannya. Diiringi dengan selera mertua yang juga mewaklili zamannya.

Belukar beton yang keras tetap dipadukan dengan hijaunya tanaman segar yang natural. Tidak hanya zaman saja yang berpadu. Ornamen pendukung disain juga saling isi mengisi. Saling melengkapi bersama warna terang gelap yang menyatu dalam bingkai atap pelana sederhana.

Pagar besi sederhana membuat rumah kecil ini tetap lapang. Tidak ditutup penyekat karena tetangga yang cukup ramah dan kondisi jalan buntu membuat area ini cukup sepi. Cocok untuk istrirahat pensiunan sambil menimang cucu tersayang.

Alhamdulillah. Segala puji bagi Allah hingga saya dapat berbagi ilmu kepada netters sekalian. Tips singkat mengelola disain rumah kecil. Serta berbagi rasa kehidupan yang mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua. Untuk refleksi perjalanan bakti kita. Agar terarah dan terukur. Hingga jika ada kesalahan dapatlah kita berbenah. Dan jika sudah diberikan jalan yang benar, kita dapat segera mensyukurinya.

Andan Nadriasta, ST   –   [email protected]