Aman Dibawah Kendali Turki, Ratusan Ribu Pengungsi di Turki Mudik ke Kampung halaman ke Suriah

Eramuslim – Rayakan lebaran Idul Fitri 1438 Hijriyah, ratusan ribu warga Suriah kembali ke kampung halaman mereka di Suriah setelah bertahun-tahun menghabiskan di tempat pengungsian di Turki akibat perang yang melanda sejak tahun 2011.

Tercatat sekitar 110 ribu orang Suriah menyeberangi perbatasan setelah menunggu berjam-jam di tengah terik panas untuk kembali ke rumah mereka, seperti dilansir surat kabar Milliyet dalam laporannya hari Minggu (25/6).

Puluhan ribu migran, termasuk wanita dan anak-anak, berbondong-bondong ke gerbang perbatasan Öncüpınar di provinsi tenggara Kilis setelah kantor gubernur kota tersebut mengumumkan bahwa keberangkatan dan kedatangan ke wilayah-wilayah tertentu di Suriah akan diizinkan antara 13 hingga 23 Juni untuk Idul Fitri.

Mereka tiba di depan gerbang perbatasan pada dini hari dari berbagai daerah di Turki dan menunggu berjam-jam untuk menyeberangi perbatasan. Setelah tidak ada izin lalu lintas massa melalui perbatasan selama satu tahun karena masalah keamanan.

MORIA, GREECE – MARCH 12: Refugees mainly from Syria, Iran and Iraq are seen inside a registration camp while waiting to be registrated, outside the village of Moria, on March 12, 2016 in Moria, Greece. The camp is owned by the UNHCR (United Nations High Commissioner for Refugees) and seperates refugees fleeing from war or poverty. Barbed-wire fences surrounds the complex, which is hidden in the hills. Migrants and refugees are still arriving on the shores of the Island of Lesbos, while the multinational force of the Standing NATO (North Atlantic Treaty Organisation) Maritime Group 2 are patrolling the coast of the Greek Island of Lesbos and the Turkish coast. Turkey announced on Monday it will take back illegal migrants in exchange for genuine refugees. (Photo by Alexander Koerner/Getty Images)

Sejumlah orang Suriah yang menunggu untuk menyeberang ke daerah-daerah yang dibebaskan dalam operasi oleh Angkatan Bersenjata Turki (TSK), termasuk Azaz, Marea, Soran, Akhtarin dan al-Rai, pingsan dari waktu ke waktu karena panas.

Ambulans menunggu di sekitar area untuk melakukan intervensi jika terjadi keadaan darurat medis.

Selain itu, polisi melakukan tindakan pengamanan ketat di sekitar gerbang perbatasan.

Banyak orang Suriah yang harus berlindung di Turki menyuarakan harapan mereka bahwa negara mereka akan menjadi tanah damai.

“Kami berada dalam situasi yang baik sebelum perang. Dengan perang, kami hancur dan suami saya terbunuh. Sekarang saya tinggal di Turki bersama putri saya dan kami tidak memiliki orang lain,” kata warga Suriah Adniye Abyad (46 tahun) seraya menceritakan bahwa dirinya kini harus mengemis di jalanan untuk mencari nafkah.

“Kadang-kadang saya mengemis dan dilain waktu saya menjadi tukang bersih-bersih. Saya tidak memiliki banyak kerabat yang tersisa di Suriah, tapi saya ingin melihat negara saya. Kami akan mengalami kenangan pahit Idul Fitri, tapi kita akan berada di negara kita. Mudah-mudahan perang akan berakhir sesegera mungkin. Kita butuh kedamaian,” katanya.

Seorang pengungsi lain yang sedang menunggu untuk kembali ke Suriah, Ali Davut (45 Tahun) mengatakan bahwa dia sangat merindukan negaranya.

“Saya memiliki gedung sekolah berlantai lima di Qamishli, saya adalah seorang guru bahasa Inggris. Bangunan kursus saya hancur dalam serangan udara,” ujar Davut seraya mengatakan bahwa dirinya kini tinggal di provinsi Diyarbakır tenggara.

“Saya mengajar les bahasa Inggris jika saya bisa menemukan siswa. Saya sangat merindukan negara saya dan ingin menghabiskan Idul Fitri disana,” tambahnya.

Selain itu, Muhammad Suphi Ahmed, 37, yang memasuki Turki secara ilegal empat tahun lalu bersama keluarganya, mengatakan bahwa dia adalah seorang pembuat furnitur di Azaz dan melanjutkan profesinya di provinsi barat laut Bursa.

“Saya tidak berpikir kita akan bisa kembali ke negara kita,” kata Ahmed, menambahkan bahwa dia telah menunggu di depan gerbang perbatasan selama 4 hari lamanya. (Voa-Islam/Ram)