Akal Sehat, Descartes dan Rezim Jokowi

Seperti ketika Denny mengeluarkan Meme “Filosop tanpa karya filosofi”, milik Gunawan Muhammad (GM) sebelum membuat catatannya ini, dalam menyerang RG. (Untuk serangan GM ini harusnya dia bertanya apa publikasi Socrates sehingga dia bergelar filosof? Jaman now, pikiran Rocky malah gampang dipelajari di YouTube)

Tanggapan saya atas catatan Denny adalah sebagai berikut:

Pertama, pengertian akal sehat dalam filosofi dari para filosof abad “Middle Age” sampai sekarang (misalnya: Hubert Dreyfus on “Artificial Intelligent and the problem of Common Sense” dan Timothy Williamson on “from Common Sense to Philosophy”) tetap melihat “common sense” sebagai “sensus communis” atau sense untuk menilai atau men-judgment fakta yang diyakini banyak pihak.

Menurut Descartes dan diikuti Rocky Gerung, common sense ini adalah anugrah alam semesta atau Tuhan kepada manusia secara adil, diberikan kepada semua orang.

RG menilai bahwa problem manusia adalah ketika dia tidak mau atau malas menggunakan akal sehat ini. Sedangkan Descartes masuk melangkah kepada metoda meragukan (cartesian doubt) atau skepticism yang lebih mumpuni dari sekadar common sense itu.

Bagi Rocky, akal sehat juga mengandung “thinking” atau “understanding”. Dengan akal sehat manusia cukup untuk menilai sebuah fakta sosial.

Filosop Aristotle berpikir bahwa akal sehat juga dimiliki binatang, sedang logik atau berpikir hanya dimiliki manusia. Professor Hubert Dreyfus mengatakan yang sama bahwa “common sense” akhirnya memiliki keterbatasan dalam menganalisa banyak fakta sekaligus. Perlu “brain” untuk hal itu.