Ancaman Israel untuk Menghancurkan Syria

Sudah sejak puluhan tahun Israel mengancam akan menghancurkan Syria dengan kekuatan militernya. Kali ini Israel mengancam akan meluluhlantahkan negara komunis Baathist ini dan mengembalikannya ke zaman batu. Israel mengakui bahwa mereka memiliki peta fasilitas-fasilitas vital negara Syria seperti pelabuhan dan pembangkit energi.

Konflik antara kedua negara tersebut bermula dari pendirian negara zionis tersebut yang merampas tanah Bangsa Arab di Palestina, Yordania, Mesir dan Syria. Hingga Saat ini Dataran Tinggi Golan yang dimiliki oleh Syria masih dibawah kekuasaan Israel. Syria juga turut berperang dalam kontingen Arab dua kali yaitu pada tahun 1948 dan 1967.

Berbagai upaya damai telah dilakukan namun selalu mentok karena tidak tercapai kesepakatan. Tidak seperti negara tetangganya Palestina yang dibawah rezim Abbas, Syria lebih cerdik dalam menghadapi Israel. Mereka hanya akan berdamai jika Israel mau mengembalikan tanah mereka di dataran tinggi Golan. Syarat seperti itu telah diminta oleh mendiang Syria Hafidz Assad semasa hidupnya. Terbukti, Israel tidak mau menyerahkan dataran tinggi Golan seperti Israel juga mengkhianati Arafat yang berjanji akan memberikan kemerdekaan Palestina. Pemimpin Syria sangat paham betul bahwa Israel tidak akan menepati janjinya.

Adapun kemurkaan Israel kali ini adalah sehubungan dengan dugaan Syria memasok rudal Scud ke pejuang pro-Iran Hizbullah di Libanon. Israel khawatir dengan rudal Scud yang dapat menjangkau seluruh wilayah Israel. Daya ledak Scud juga besar apalagi kalau memakai hulu ledak nuklir. Warga Israel tentu trauma dengan Scud-Scud Irak yang mendarat pada masa Perang Teluk I. Syria membantah tuduhan Israel yang tidak berdasar tersebut.

Yang lebih menarik lagi adalah analisa dari duta besar Syria Ahmad Salkinidi Washington menyebutkan bahwa Israel hendak mengalihkan isu yang sedang berkembang (en.aljazeera.net, 21/4/2010). Israel mengalihkan kekejaman mereka di darat. Dunia tentu tidak akan lupa dengan pembunuhan terhadap bangsa Palestina, penghancuran rumah mereka dan perluasan pemukiman. Kita harus sadari bahwa hingga detik ini Israel tetap membangun pemukiman Yahudi di tanah Palestina. Himbauan dari Amerika Serikat yang memang juga sekedar lips service tidak diindahkan oleh Israel.

Israel juga menyimpan dendam karena Syria adalah tempat markas para musuh Israel termasuk Hamas yang berhasil menggentarkan Israel pada Perang Gaza tahun lalu. Pemimpin Politbiro Hamas, Khalid Mishal, hingga saat ini masih bermukim di Damaskus, Ibukota Syria dan merancang perlawanan Hamas dari sana.

Hamas kerap menggunakan Damaskus sebagai pusat kegiatan mereka di luar negeri. Mereka dapat mengatur penerimaan dana untuk perjuangan Hamas di Gaza. Israel juga menuduh serangan bom yang terjadi akhir-akhir ini juga berkaitan dengan Damaskus.

Israel tentu sangat berhasrat dalam menghabisi kekuatan Hamas di luar negeri. Maklum Hamas adalah batu sandungan yang besar untuk mewujudkan negara Israel. Mungkin jika Hamas tidak ada, maka perlawanan bangsa Palestina akan tiada. Praktis, rezim Abbas yang korup akan dengan mudahnya menjual Palestina pada Israel dengan harga yang murah.

Jika Israel menyerang Syria maka akan terjadi perang besar yang melibatkan beberapa negara di Timur Tengah. Israel tentu tidak akan mudah begitu saja menaklukkan Syria terlebih Syria mempunyai angakatn perang yang tangguh.

Yang lebih mengkhawatirkan adalah campur tangan negara sekutu Israel seperti Amerika Serikat, Perancis dan Inggris dalam konflik ini. Mereka (sekutu Israel – red) dapat saja menuduh Bahwa Syria mempunyai senjata pemusnah massal. Sebelumya juga ada tuduhan bahwa Syria memiliki senjata nuklir. Tuduhan tersebut adalah tuduhan yang sama yang pernah dialamatkan kepada Iraq dan Saddam Hussien. Ternyata setelah Amerika menduduki Iraq tuduhan tersebut sama sekali tidak terbukti. Alasan senjata pemusnah massal hanyalah alasan yang dibuat-buat.

Akankah Amerika menyerang Syria seperti mereka menyerang Iraq? Tidak ada yang pasti namun Amerika Serikat akan sulit untuk menyerang Syria terlebih Amerika belum berhasil menaklukan Afghanistan dan Iraq. Publik Amerika dan Publik dunia akan menentang aksi Amerika di jantung Timur Tengah tersebut.

Israel dan sekutu tidak akan mudah menaklukan Syria seperti menaklukan Iraq atau Afghanistan dulu. Syria adalah negara yang sejak dulu mempunyai kekuatan militer yang cukup disegani di Timur Tengah sedangkan Iraq hanyalah sebuh negara yang sudah lemah akibat embargo dan Afghanistan dibawah Taliban tidak mampu menandingi persenjataan Amerika Serikat. Militer Syria juga mendapat dukungan dari beberapa milisi yang ada di Lebanon Selatan. Mereka akan bahu membahu menangkis serangan Israel. Jika dengan Hizbullah saja, Israel tidak mampu mengalahkannya. Bagaimana dengan Syria yang memiliki angkatan perang yang lebih tangguh?

Pada perang dua tahun lalu, Hizbullah menghujani Israel dengan 4000 roket jarak menengah. Dalam perang 34 hari tersebut sebanyak lebih 1400 Orang Libanon yang kebanyakan penduduk sipil meninggal. sedangkan Israel kehilangan 160 orang yang kebanyakan adalah prajurit. (Andri Faisal. Pemerhati Dunia Islam)