Asian Games 2018 Berlalu, Negara Bangkrut

Eramuslim.com – Bercermin dari Asian Games 2014 di Incheon Korea Selatan yang menelan anggaran hampir 2 miliar US Dollar. Ketika Asian Games baru saja dimulai, adanya kemungkinan stadion yang kosong dan utang besar di tahun-tahun depan, membuat acara olahraga terbesar Asia itu tidak disukai warga. (https://www.dw.com/id/terjerat-hutang-besar-akibat-jadi-tuan-rumah-asian-games/a-17934304)

Kondisi ini sama dengan Asian Games 2018, khususnya di Palembang, warga kurang antusias dikarenakan cabang olahraganya dianggap tidak menarik, juga karena sistem keamanan merepotkan, serta tiket masuk yang mahal juga membuat warga enggan mengunjungi perhelatan tersebut.

Bahkan, Ekspo Sumsel 2018 yang bertujuan mendongkrak pertumbuhan ekonomi dengan memanfaatkan momen Asian Games pun sepi. Peserta ekspo mengeluh mengalami kerugian.

(http://palembang.tribunnews.com/amp/2018/08/26/sumsel-expo-2018-sepi-pembeli-pedagang-jangankan-untung-balik-modal-pun-tidak)

===

Ancaman Utang Makin Menggunung

Sebenarnya, pemerintah sudah mempunyai prediksi, namun sepertinya hal tersebut diabaikan. Sebagaimana pernyataan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro telah mengingatkan dampak negatif penyelenggaraan event olahraga tingkat internasional, seperti Asian Games 2018, terhadap perekonomian tuan rumah: “Jika tidak bisa me-manage utang dan fasilitas, maka bisa terjadi penumpukan utang dan pemanfaatan sarana olahraga yang kurang optimal,” ujar Bambang di Kementerian Kominfo, Jakarta pada Ahad, 13 Mei 2018.

Bahkan, pemerintah sudah mengantongi fakta-fakta tentang negara penyelenggara yang mengalami kebangkrutan pasca menjadi tuan rumah ajang olahraga internasional. Bambang mencontohkan, beberapa event yang menimbulkan dampak negatif terhadap perekonomian tuan rumah penyelenggara, terjadi pada event Olimpiade Montreal 1976. Saat itu, ujar Bambang, pembangunan Olympic Stadium dianggarkan sebesar US$ 250 juta, namun pada akhirnya menghabiskan US$1,4 milyar. Akibatnya, pembangunan dibayarkan dalam bentuk utang dan baru dilunasi 30 tahun kemudian.

Contoh lainnya, saat Olimpiade Rio de Janeiro, Brasil pada 2016. Dimana biaya penyelenggaraan Olimpiade mencapai US$10-12 miliar, sehingga menyebabkan ketimpangan pendapatan di Brasil semakin lebar. “Harga sewa, properti, dan makanan meningkat selepas pelaksanaan Olimpiade,” ujarnya.

(https://bisnis.tempo.co/amp/1088383/bappenas-ingatkan-dampak-negatif-asian-games-jika-tak-bisa-kelola-utang)

===

Bagaimana dengan Indonesia?

Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games 2018 yang digelar di Jakarta dan Palembang pada 18 Agustus – 2 September 2018 . Total anggaran Asian Games 2018 mencapai Rp 6,6 triliun. Beberapa proyek infrastruktur pendukung Asian Games menelan biaya 27 T, seperti LRT. Dan kondisinya masih terutang dari swasta dan asing.

Meski pemerintah mencoba meyakinkan bahwa Asian Games 2018 tidak membawa efek negatif bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan catatan selama bisa mengelola utang dan fasilitas dengan baik. Dengan mengambil contoh Inggris, Event Economic Impact of the London 2012 Olympic and Paralympic Games, dirilis dari Oxford Economics, berkontribusi terhadap PDB Inggris sebesar £16,5 milyar selama periode 12 tahun.

Rincian dampaknya, 82 persen berasal dari aktivitas pre-event dan konstruksi, 12 persen dari pariwisata, dan 6 persen dari pengeluaran langsung terkait penyelenggaraan event. Kunjungan turis juga diperkirakan meningkat sebesar 10,8 juta antara tahun 2005 dan 2017.

Fakta nya , perhelatan belum usai nilai mata uang Rupiah merosot tajam. (http://wartakota.tribunnews.com/amp/2018/08/31/penghujung-agustus-2018-rupiah-terus-melemah-capai-rp-14800-per-usd)

Artinya akan terjadi inflasi. Dan otomatis harga kebutuhan pokok masyarakat akan meroket. Dan biasanya akan diikuti oleh berbagai macam kejahatan atau kriminalitas. Jangankan berfikir membayar hutang, yang ada akan menambah hutang. (https://m.detik.com/finance/moneter/d-4118091/utang-luar-negeri-ri-naik-jadi-rp-5127-triliun)

Bahkan hutang Indonesia hingga batas kewajaran. (http://medan.tribunnews.com/amp/2018/08/20/sri-mulyani-beber-utang-jatuh-2018-ternyata-rp-174-24-triliun-dari-pemerintahan-sebelum-jokowi)

Terlebih animo masyarakat untuk menggunakan fasilitas infrastruktur Asian Games sangat rendah. Sulit untuk membantu mendongkrak pemasukan negara. Karena memang fasilitas tersebut bukan kebutuhan penting bagi masyarakat. (http://www.pikiran-rakyat.com/nasional/2017/07/20/proyek-lrt-dikritik-tidak-menyentuh-masyarakat-kecil-405592)

Masyarakat pun dipaksa untuk menjadikan LRT sebagai gaya hidup. (https://regional.kompas.com/read/2018/08/02/09451921/menhub-lrt-harus-jadi-gaya-hidup-masyarakat-palembang)

Jangankan memikirkan tentang gaya hidup, memikirkan kebutuhan hidup (sandang,pangan, papan, kesehatan, pendidikan dan keamanan) masyarakat sudah pusing tujuh keliling. Ibaratnya nasib bangsa ini sudah diujung tanduk. Oleh karena itu, wajib dan penting bagi kita untuk merenungkan agar bisa keluar dari persoalan yang ruwet ini. Allah subhanahu wa ta’ala telah mengingatkan kita hendaknya kita beriman dan mengambil syariah Nya dalam mengatur kehidupan ini. Islamlah yang akan menyelamatkan negeri ini.

Allah berfirman dalam surat At Thalaq ayat 2-3:

‏{‌‏وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا‏} ‏[‏الطلاق‏:‏ 2- 3‏]‏

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu”. (Qs. At Thalaq: 2-3). [swa]

*) Penulis: Qisthi Yetty H,  adalah Pengamat Masyarakat Urban Palembang