Bangsat Bangsa: BuzzeRp

Eramuslim.com

Bangsat Bangsa: BuzzeRp

Oleh:Syahrial Nasution

AKHIR-Akhir ini, Partai Demokrat habis-habisan diserbu buzzeRp. Tiap kali mengkritik penanganan covid yang tidak efektif, buzzeRp bekerja. Jurusnya, otak kosong. Karena memang tidak punya konsep.

Saking hopeless-nya, buzzeRp menuding Demokrat mau menggulingkan Jokowi. Sinting!

Partai Demokrat bukan bagian dari pemerintah, jadi memang harus kritis. Di mana salahnya, dalam kebijakan mengatasi pandemi Covid-19 jika ingin mengutamakan rakyat? Wong memang seluruh rakyat menghadapi masalah yang sama.

Jika ada yang kepentingannya terganggu, pasti oligarki dan kartel.

Presiden Jokowi harusnya berterimakasih kepada Partai Demokrat yang tidak punya DNA menggulingkan kekuasaan di tengah jalan. Jangan-jangan yang begitu ada di sana? Justru Demokrat jadi counterpart yang keren saat ini. Tanpa Demokrat, kreativitas berpolitik di Indonesia akan tumpul. Dinamikanya, hambar.

Hingga saat ini, cuma media mainstream yang punya legitimasi dan sumber informasi yang bertanggungjawab. Medsos hanyalah pipeline, tidak masuk dalam pilar ke-4 demokrasi.

Jika membiarkan buzzeRp bekerja dan malah dijadikan rujukan informasi, rasanya sedang ada yang salah dengan negeri ini.

Fitnah dan informasi Hoax yang dilakukan buzzeRp terhadap pribadi Pak

Susilo Bambang Yudhoyono, Ketum Mas Agus Harimurti Yudhoyono, Waketum Mas Edhie Baskoro Yudhoyono dan keluarga, dikembangkan buzzeRp entah dasarnya apa dan entah apa manfaatnya untuk negeri ini. Kecuali merusak keadaan dan menciptakan kebencian.

Tidak ingin menuding pihak mana pun. BuzzeRp bebas memainkan perannya menguasai jagad informasi di negeri ini. Mencederai bahkan memberangus kebebasan berbicara dan berekspresi. Menebar ketakutan.

Tapi negara diam. Malah beberapa pelakunya juga menjadi pejabat negara.

Inilah bangsat bangsa: buzzeRp. Sejenis kutu busuk yang bertabiat menjijikkan. Bersatu menjadi kawanan, menebar aroma bau dan menjijikkan.

Mendengungkan kebohongan dan ketakutan hanya untuk memaksakan kehendak. Membungkam pendapat dan pikiran yang tidak sejalan dengan mereka. [Gelora]

(Deputi Balitbang DPP Partai Demokrat)