BBM Naik, Rakyat Bisa Apa?

 bbmOleh : Anna Nur F (Ibu Rumah Tangga, Pemerhati Masalah Sosial)

Hari ini, Sabtu, 22 Juni 2013 adalah hari yang akan dikenang masyarakat. Di hari inilah BBM mengalami kenaikan harga. Pengumuman disampaikan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik dalam jumpa pers di Kantor Kemenko Perekonomian, Lapangan Banteng, Jakarta, Jumat (21/6).

“Pengumuman nomor 07 PM/12/MEM/2013 tentang penyesuaian harga jual eceran BBM bersubsidi, sesuai ketentuan pasal 4, pasal 5, dan pasal 6, Perpres nomor 15 tahun 2012 tentang harga jual eceran dan konsumen jenis bahan bakar tertentu, dan Peraturan Menteri ESDM Nomor 18 tahun 2013 tentang harga jual eceran jenis BBM tertentu untuk konsumen tertentu penyesuaian hrg jual BBM bersubsidi ditetapkan sebagai berikut, premium (gasoline) ron 88 Rp 6.500 per liter, kedua minyak solar (gas oil) menjadi Rp 5.500 per liter. Harga tersebut berlaku serentak di seluruh wilayah RI terhitung sejak 22 Juni 2013 pukul 00.00 WIB,” begitu Jero Wacik menjelaskan.

Namun sejatinya pengumuman itu tak mengejutkan, karena rakyat sudah tahu harga BBM akan naik setelah DPR menyetujui APBN-P 2013 beberapa hari sebelumnya. Apalagi faktanya, harga-harga kebutuhan pokok sudah naik terlebih dahulu. Sebelum harga BBM naik, rakyat sudah merasakan dampaknya.

Upaya demo, protes, keberatan rakyat oleh berbagai elemen masyarakat untuk “menggagalkan” rencana Pemerintah menaikkan harga BBM tidak membuahkan hasil. Pemerintah tetap dengan rencananya dengan berbagai asumsi, alasan, pertimbangan yang “tidak dimengerti” rakyat kecil, sebagai golongan masyarakat yang paling merasakan efek naiknya harga BBM. Sekarang keputusan sudah diketuk, rakyat hanya bisa pasrah, nrimo dan mengatakan, “memang bisa apa?”

Rakyat kecil memang tidak bisa apa-apa. Mereka hanya bisa berdoa agar Alloh memberi kekuatan, kesabaran atas kedholiman penguasanya. Rakyat kecil hanya bisa mengurangi jatah makan, yang biasanya ada lauk, cukup dengan garam pun tak mengapa asal bisa mengganjal perut. Rakyat kecil hanya bisa memperbanyak puasa, karena tak bisa mengepulkan asap dapur setiap hari. Rakyat kecil hanya bisa berkhayal, andai Presiden SBY seperti Umar bin Khatab yang bahkan ikhlas memasakkan untuk rakyat miskin yang kelaparan. Rela berkeliling ke pelosok-pelosok hanya untuk memastikan tak ada rakyatnya yang terdholimi. Karena Umar takut dengan hadits riwayat Akhmad dan Muslim seperti ini, ” barang siapa yang memberatkan urusan suatu umat/rakyat maka ia akan diberatkan urusannya kelak di akhirat.” Umar juga sangat memahami, doa orang yang terdholimi termasuk doa yang makbul. Dan Umar benar-benar takut.

Rakyat bisa apa? Selain berpikir apa makan hari ini? Bukan seperti kebanyakan orang-orang hebat, penguasa negri ini yang bertanya, makan apa hari ini? Beban hidup yang sudah berat semakin bertambah berat dengan naiknya harga BBM.

Rakyat bisa apa selain bertanya dalam hati, Presiden SBY tercintanya yang pernah dipilihnya dengan harapan besar dapat menyejahterakan rakyat kecil negri ini, apa tidak tahu? Bahwa banyak orang tua renta yang terpaksa terus bekerja menguras tenaganya yang telah lemah untuk sekedar mencari sesuap nasi? Berkeliling menjajagakan dagangan, gas elpiji, kayu bakar, menjadi tukang becak, kuli panggul  dan pekerjaan kasar lainnya di saat fisik telah teramat lelah. Bahwa banyak rakyat yang menjadikan kolong langit sebagai atap, tidur di bawah jembatan, emperan toko, bahkan di jalanan. Bahwa rakyatnya masih banyak yang terpaksa mengais – ngais sampah mencari sisa makanan orang kaya untuk menghilangkan lapar. Bahwa orang miskin harus kuat dan gak boleh sakit, demi menghidupi anak istri. Dan beribu-ribu bahwa tentang fakta memiriskan hati yang dialami anak negri.

Rakyat miskin bisa apa? Selain bertanya, siapa yang salah? Sebuah lagu Koes Plus yang pernah didengarnya bilang bahwa, ” bukan lautan tapi kolam susu, ikan dan udang cukup menghidupimu….orang bilang tanah kita tanah syurga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman…”. Tapi mengapa untuk makan saja terasa sulit dan semakin tak terjangkau.

Kata orang, kita juga negeri yang kaya. Subur makmur, hijau royo-royo, dan penuh kekayaan di dalam perut bumi. Ada emas, batubara, termasuk BBM juga asalnya dari dalam bumi. Tapi mengapa rakyat kecil negeri ini tak menikmatinya? Bukankah semua kekayaan alam negri ini semata dari Alloh Sang Pencipta, yang diberikanNya untuk semua orang? Bukan hanya untuk Presiden SBY, penguasa, para mentri, pejabat, pekerja tambang, orang kaya, tapi juga untuk rakyat kecil. Sebab rakyat kecil dan SBY dengan para mentri dan staffny adalah sama. Sama-sama diciptakan oleh Alloh, sama-sama berhak untuk hidup sejahtera, sama-sama akan mati dan sama-sama akan dimintai pertanggungjawaban kelak.

BBM naik, rakyat bisa apa? Meski rakyat apalagi Pak Beye dan staffnya yang pinter tahu bahwa undang-undang negeri ini menyatakan, ” bumi, air, dan kekayaan yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negera dan digunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.” Tapi entah rakyat yang mana, karena rakyat kecil ternyata tak merasakan kemakmuran itu.

Rakyat kecil bisa apa? Selain bermimpi, suatu hari nanti negri ini memiliki pemimpin yang baik seperti Umar bin Khatab, dan Umar bin Abdul Aziz. Dua sosok pimpinan negara yang Presiden SBY juga pasti tahu. Semoga, mimpi kan jadi nyata.