Catatan Asyari Usman: Islam Nusantara Perlu Nabi Nusantara

Eramuslim.com – Saya sarankan kepada para penggagas dan pendukung konsep Islam Nusantara (Lamtara) supaya tidak serba tanggung kalau mau membuat “agama baru”. Jangan sebatas anti-Arab, anti-janggut, anti-jubah, anti-sorban, anti-istilah (bahasa) Arab, dlsb. Buatlah Islam Nusantara yang “kaffah”. Yang sempurna. Sama sekali tidak ada unsur Arab-nya.

Harus betul-betul lepas dari kearaban. Barulah bisa disebut Islam Nusantara atau Lamtara. Termasuk jangan pakai Nabi Muhammad SAW. Sebab, Baginda yang dielu-elukan oleh kaum muslimin ini dan juga dimuliakan oleh Allah SWT itu, adalah orang Arab. Beliau berbahasa Arab. Berjubah dan bersorban.

Jadi, kalau mau menciptakan “agama baru”, jangan tanggung-tanggung. Anda perlu sosok “nabi” sendiri, kitab sendiri, tata cara ibadah sendiri, semua sendiri. Supaya asli betul sebagai Islam Nusantara. Jangan ikut Nabi Muhammad lagi karena begitu disebut “Nabi Muhammad”, pasti orang akan ingat dengan “Islam” saja. Nabi Muhammad tidak diutus untuk menyampaikan konsep “Islam Nusantara”.

Mengapa? Karena sejak awal kenabian beliau, Muhammad hanya menggunakan kata “islam” untuk sebutan agama yang diridhoi Allah. Sekali lagi, Baginda diutus untuk “Islam” bukan untuk “Islam Nusantara”.

Dengan demikian, mutlak Anda perlu memunculkan Nabi Nusantara. Dan Anda perlu cepat mendeklarasikan Nabi Nusantara agar bisa segera disosialisasikan. Kemudian sang Nabi Nusantara itu haruslah mampu membuat “kitab suci Lamtara”. Sebab, kalau masih menggunakan al-Quran sebagai pedoman, maka menjadi batallah kenusantaraan Islam Nusantara yang Anda inginkan.