Catatan Djoko Edhie: Media Indonesia Perlu Belajar dari War On Terrorism

Yang menarik juga adalah bahwa riset investigatif Aaronson ini dibiayai oleh Universitas California Berkeley.

Dan akhirnya, karena back up Berkeley, FBI tidak berkutik, meski mereka membantah secara umum, mereka tidak berani terang-terangan menjawab pertanyaan teknis.

Jurnalis seperti Aaronson sekarang tambah banyak, apalagi setelah lahirnya kelompok aktivis yang membuka borok negara seperti Wikileak yang dibuat oleh Julian Assange.

Tentu rakyat Amerika beruntung karena uang mereka ketahuan kemana larinya.

Buku #TerrorFactory layak dibaca sebagai referensi bahwa sampai kapanpun sikap kritis itu diperlukan.

Apalagi bagi mereka yang dibiayai negara untuk kritis. Bukan sebaliknya, baru dapat gula-gula kecil atau ditakutin, lalu mulut jadi bungkam. Ayo, jurnalis, akademisi, dll bikin Indepth war on teror Indonesia, setidaknya untuk menyambut UU Anti Teror 2018 dan kejanggalan-kejanggalan sekeliling Densus 88.[]

Penulis: Djoko Edhie Abdurrahman (Anggota Komisi Hukum DPR 2004 – 2009, Advokat, Wakil Sekretaris Lembaga Penyuluhan Bantuan Hukum Nahdlatul Ulama, PBNU)

Link Source