Catatan Syahganda Nainggolan: Andi Arief, Yudhoyono, dan Keteladanan Sandi Uno

Orang mempertanyakan AHY yang hanya berpangkat mayor dan meninggalkan karir militernya yang masih panjang. Biasanya pertarungan Gubernur DKI dilakukan oleh jenderal sedikitnya bintang dua.

Selain itu, bukankah SBY sudah menyiapkan Ibas (Edhie Baskoro Yudhoyono), putra lainnya, sebagai kader partai demokrat (PD) untuk menjadi pimpinan nasional dijalur politik?

Spekulasi atas pertanyaan di atas berpraduga pada tiga hal berikut; rumor mengatakan bahwa AHY mulai mengalami ganggua karir militer dari rezim Jokowi, yang tidak menginginkan dinasti Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berkembang. Khususnya, adanya Megawati, yang masih dendam terhadap SBY.

Rumor AHY mempunyai cacat fisik sehingga karir militernya memang susah berkembang pada jalur komando. Sehingga lebih baik mengembangkan potensi pemikirannya yang memang cerdas. Rumor, adanya ambisi SBY agar anaknya AHY dapat meniti karir politik, setelah Ibas mengalami penurunan popularitas karena sering dikaitkan dengan kasus korupsi Nazaruddin.

Tidak ada jawaban pasti kenapa AHY meninggalkan karir militernya. Namun, masuknya dia dalam pertarungan politik DKI, telah mengantarkannya pada sosok elit politik nasional. Hal ini karena peeolehan suara dia cukup besar, 17 persen dan DKI adalah barometer nasional.

Sebagai petarung yang kalah, meski menjadi populer, tentu langkah seharusnya bagi AHY adalah memantapkan diri sebagai tokoh rakyat. Prabowo dan Wiranto, misalnya, dalam konteks paska kekalahan mereka pada politik elektoral, langsung melakukan “jalan sipil”, masuk dalam ormas ormas kebangsaan dan olahraga.

Wiranto tercatat mendirikan lembaga think-tank bermarkas di dekat bundaran HI, sedangkan Prabowo memimpin organisasi tani HKTI dan persilatan IPSI.

Wiranto dan Prabowo, meski menyandang status eks jenderal, bertahun tahun berinteraksi dengan rakyat dan aktifis.

Transisi politik dari militer ke sipil dalam suasana demokrasi adalah sesuatu hal fundamen. Jika tidak, maka watak militer yang anti dialog, akan dominan dalam tubuh eks militer yang berpolitik. Anti dialog adalah anti demokrasi.

Berbeda dengan Prabowo dan Wiranto, AHY kembali digadang gadang untuk jadi capres/cawapres PD pada tahun 2019 ini. SBY mendongkrak status AHY di partai dengan memberikan posisi strategis ala militer Komandan Satuan Tugas Bersam (Kosgama).

Gelar komandan merupakan kosa kata anti sipil dan  menempatkan AHY di atas seluruh struktural pengurus partai, kecuali SBY. Itu terlihat dari beberapa kesempatan di mana AHY mewakili partainya bertemu Jokowi dan elit-elit politik nasional.