Catatan Zeng Wei Jian: Anies dan Sandiaga Uno

Eramuslim.com – Nearky all men can stand adversity, but if you want to test a man’s character, give him power. Begitu kata Abraham Lincoln.

Karakter seseorang baru tampak saat dia berkuasa. Ada ex aktifis kere. Naik-turun angkot. Blepotan. Setiap hari hirup asap knalpot. Mukanya kumuh akibat kebanyakan radikal bebas. Gayanya langsung berubah saat jadi anggota DPR.

Tadinya nangkring di pojok warteg. Tidur di atas pohon. Setelah jadi pegawai istana, life style-nya naik. Sekarang sering nongkrong di hotel borobudur, ngewine, nyigar dan ditemani cewek-cewek cantik.

Ada figur ramah, berubah jadi pemarah saat jadi gubernur. Jadi susah ditemui. Susah diajak ngobrol. Jadi suka marah. Sewotan. Congkak.

Kekuasaan mengubah aktifis kere dan orang itu. Karakter aslinya muncul.

You know, Anies Baswedan dan Sandiaga Salahudin Uno. The dynamic duo. Gubernur dan Wagub Jakarta. Dwi Tunggal.

Dua orang ini nggak berubah. Malah semakin down to earth. Iya, mereka lebih kurus sekarang. Anies turun 15 kilogram. Sandi turun 1-2 kilogram. Satu-satunya perubahan mungkin kesibukan dan jadwal acara mereka.

Mereka muslim yang baik. Sandi masih puasa senin-kamis. Salat Duhanya panjang. Kalo ketemu teman, dia pasti peluk dan kecup tangannya. Dia tetap kocak dan humoris. Every one will be happy around him.

Anies masih santun kepada orang yang lebih tua dan siapa saja. Good listener. Zikir hati tak putus. Dia masih mampir ke warteg dan salat di musholah emergency di Kampung Aquarium saat waktu salat memanggil di tengah perjalanan dinasnya.

Saya kira, “kekuasaan” tidak membuat Anies-Sandi lupa diri. Di tangan mereka, power is nothing but a mere of illusion. THE END. [***]

Penulis: Zeng Wei Jian, kolumnis dan aktvis Komunitas Tionghoa Anti-Korupsi (Komtak).[rmol]