Dahlan Iskan: Tirta Marah

Tirta punya daftar apa saja kegilaan yang beredar di medsos. Lalu ia marahi satu per satu.

Tirta juga masih ingin kuliah lagi. Entah kapan. Ia ingin meraih master untuk bidang kesehatan masyarakat.

“Kan bidang itu tidak bisa untuk cari uang?” tanya saya.

“Tapi kecocokan saya kelihatannya di situ,” jawabnya.

“Lho Anda kok fasih mengucapkan istilah-istilah Islam?” tanya saya lagi.

“Saya kan ngaji di masjid dekat Monjali Jogja itu,” jawabnya.

Bukan di zaman Covid ini saja Tirta jadi relawan. Mulainya saat mahasiswa. Waktu ada tanah longsor di Wates, Jogja. Lalu menjadi relawan pendidik kesehatan di sekitar Puskesmas.

Saat Covid mulai marak, ia menjadi relawan bagi makanan. Yakni di daerah-daerah merah Covid. Lalu melebar ke relawan Covid secara umum. Termasuk pernah bersama Bonek Persebaya memasyarakatkan masker di Surabaya dan sekitarnya.

Selain Tirta, ada juga orang marah dengan halus tapi telak. Cara Jogja juga. Yakni yang dilakukan Ir KPH. Bagas Pujilaksono Widyakanigara MSc LicEng PhD.

Bacalah surat terbukanya: telak banget. Beliau insinyur nuklir UGM, S-2 metalurgi ITB, dan S-3 metalurgi Swedia. Kini dosen UGM.

Dari gelar kebangsawanannya ia keturunan Prabu Brawijaya Majapahit dan Kerajaan Mataram. Tapi gaya suratnya seperti surat orang Eropa, mungkin karena lama di sana.

“Saya dari keluarga terhormat, dari garis ayah saya, adalah cucunya Brawijaya V dari Kebo Kanigara.  Sedangkan raja-raja Mataram yang bertakhta saat ini, dari garis adik kandungnya Kebo Kanigara yaitu Kebo Kenongo,” tulisnya.

Ia terlihat begitu jengkel ada orang di DPR punya pikiran seperti itu. Ia seperti ingin mengingatkan begitu banyak orang yang lebih pintar, anya nasib saja yang tidak bisa membuat yang pintar itu menjadi anggota DPR.

Tapi Tirta-lah yang kini menjadi corong paling keras untuk melawan kegilaan di sekitar vaksinasi.

Meski Tirta pakai gaya marah, tapi yang melihatnya tetap bisa terhibur. Itulah jenis marah yang berkarakter.

Saya pernah mencoba cara marah seperti Tirta itu. Sambil mencari kesibukan di kamar saya di RS ini.

Tapi gagal.

Mungkin karena Tirta ganteng. Masih 29 tahun. Kulitnya bersih.

Sedang saya sudah 70 tahun, berkulit hitam, dan terkena Covid pula.[]

Penulis: Dahlan Iskan