Derek Manangka: Kejinya Kebijakan Politik Beras

Eramuslim.com – Hampir seharian penuh di akhir pekan ini, hati saya galau. Penyebabnya bukan karena persoalan pribadi. Tetapi dampak dari persoalan kehidupan bangsa. Persoalan bangsa itu, terungkap melalui informasi, berita televisi yang videonya menjadi viral dalam waktu yang hampir bersamaan.

Persoalan bangsa yang seharusnya tidak ada, tetapi menjadi ada.

Persoalan bangsa itu muncul, karena maaf – ketidak jujuran, dan keangkuhan ataupun kesombongan dari segelintir manusia. Mereka yang cukup beruntung karena menduduki posisi di kekuasaan, kemudian dengan kekuasaan, secara sadar memelintir dan memanipulasi situasi.

Informasi Menjadi Barang Dagangan

Media televisi menjadi ajang pertarungan dan pembelaan kepentingan sekelompok elit. Sementara media sosial menjadi perpanjangan tangan dari media mainstream, untuk penyebaran ke audiens berjuta orang. Yang menjadi korban rakyat Indonesia.

Dengan penuh rasa prihatin saya tak ragu mengatakan, pekan ini saya menemukan, banyak krisis yang terjadi di negara kita saat ini, tidak lepas dari unsur kesengajaan.

Krisis terjadi karena memang dibuat atau “krisis buatan ” (“Crisis by design”). Pembuatnya, yah para segelintir orang yang berada di lingkar kekuasaan ataupun yang punya akses ke dan dengan kekuasaan.

Tetapi dari sekian banyak krisis itu, untuk saat ini, saya batasi pada persoalan “krisis beras”.

Baru seminggu masuk kerja di tahun 2018, tiba-tiba bangsa sudah dihadapkan pada kenaikan harga beras. Kenaikan harganya sangat tidak wajar.

Sebagai pemakan nasi dan nasinya terbuat dari bahan baku beras, saya heran. Mengapa?

Hingga dengan penghujung tahun 2017, Kementerian Pertanian rajin menyebarkan informasi bahwa stok beras mencukupi. Kebutuhan beras bagi penduduk Indonesia yang mencapai 250 juta orang tersedia. Stok masih cukup untuk dua bulan ke depan.